UN bukan hantu

Rabu, 18 April 2012 - 08:02 WIB
UN bukan hantu
UN bukan hantu
A A A
Sindonews.com - Ujian Nasional (UN) 2012 untuk tingkat SMA/SMK/MA yang diikuti lebih dari 2,5 juta siswa selalu menjadi cerita yang menarik. UN tidak hanya menyita perhatian siswa, guru, orang tua murid, dan pemerintah, tapi juga aparat dan pemuka agama.

Beberapa aparat harus terlibat tidak hanya menjaga lembaran soal dan jawaban, tapi juga harus menjaga pelaksanaan UN. Beberapa sekolah di Tanah Air bahkan “memaksa” muridnya untuk diperiksa terlebih dulu oleh aparat polisi sebelum masuk ruang ujian. Tujuannya agar tidak membawa barang-barang yang dicurigai sebagai alat untuk membocorkan jawaban.

Adapun pemuka agama digunakan pihak-pihak yang terlibat langsung UN untuk membantu berdoa kepada Tuhan agar UN yang dikerjakan dapat berjalan lancar. Maksud lancar dalam hal ini adalah lancar dalam mengerjakan UN dengan hasil yang bisa membuat semua siswa lulus. Beberapa kegiatan keagamaan hingga ada yang memunculkan isak tangis dan pingsan setiap tahun terus mengiringi persiapan UN.

Kisah lain jelang pelaksanaan UN adalah kunci jawaban soal UN yang bocor.Ini yang menjadi buruan sebagian siswa agar dapat lulus UN.Namun sebagian memilih tetap belajar guna persiapan menghadapi UN. Singkatnya, UN bagi siswa adalah sebuah hal yang sangat penting untuk bisa dilalui.Jika tidak, punishment dari lembaga terkait hingga sanksi sosial akan tertuju kepada siswa yang gagal UN.

Melihathaldiatas, UN seolah menjadisesuatuyangmenakutkan seperti hantu.Tidak hanya bagi pelaksana, UN juga dianggap sebagaimana hantu bagi penyelenggara, pemerintah atau lembaga sekolah. Baik buruknya hasil UN dari siswa-siswa akan bisa menaikkan atau menurunkan kredibilitas mereka.Jadi kadang kita mendengar tentang bagaimana seorang guru atau lembaga sekolah justru memberikan bocoran jawaban kepada siswa agar rata-rata nilai UN tinggi.

Setiap tahun, baik pelaksana dan penyelenggara ataupun pemerintah dan lembaga sekolah seperti melihat hantu ketika UN datang. Semestinya, UN tak perlu dilihat seperti sesuatu yang menakutkan. UN bukanlah hantu karena ini bisa dilewati dengan baik asalkan pihak-pihak yang terkait dengan UN mampu mempersiapkan dengan baik. Sejak dulu, UN selalu ada setiap tahun meskipun namanya mengalami perubahan.

Tapi semangatnya sama, yaitu ujian akhir bagi siswa di suatu tingkatan sekolah. Artinya, UN adalah sesuatu yang harus dihadapi dan telah diketahui kapan akan terjadi.UN bukan sebuah bencana yang kita tak tahu kapan terjadi hingga kadang sulit untuk melakukan langkah antisipasi. Sesuatu yang pasti terjadi dan terjadwal, seperti UN, bisa dipersiapkan jauh-jauh hari tanpa rasa takut.

Sebagai contoh, sebuah sekolah tentu harus mempersiapkan siswanya menghadapi UN satu tahun atau bahkan dua-tiga tahun sebelumnya. Sekolah harus mempunyai sebuah sistem pembelajaran agar siswa-siswa merasa percaya diri dan siap menghadapi UN. Jika siswa merasa percaya diri tentu rasa takut dan khawatir tentang UN akan hilang.Cara ini juga bisa mencegah siswa mengurungkan niat mencari bocoran.

Cara ini pula yang membuat sebuah lembaga sekolah lebih percaya diri bahwa rata-rata hasil UN yang didapatkan siswa-siswanya bisa mengangkat kredibilitas sekolah. Banyaknya kasus dalam UN juga bisa dicegah jika pemerintah melakukan persiapan dan pelaksanaan dengan baik. Kita yakin angka 254 kasus pada hari pertama pelaksanaan UN 2012 tingkat SMA/SMK/MA bisa lebih ditekan jika sistem persiapan ataupun pelaksanaan UN telah dipersiapkan dengan baik.

Dengan begitu, cerita tentang kebocoran jawaban, lembar soal tertukar, guru memberikan bocoran kepada siswanya,dan lain-lain bisa dicegah dengan baik. Sistem yang baik akan membuat siswa dan pihakpihak terkait lainnya tidak menganggap UN sebagai hantu, melainkan sebagai bagian dari pendidikan yang harus dilalui dan diyakini bisa dilalui dengan baik.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0473 seconds (0.1#10.140)