NPL perbankan naik tipis
A
A
A
Sindonews.com - Perkembangan kredit perbankan ditandai dengan kenaikan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang tipis pada awal tahun ini. NPL meningkat sekitar 4 persen atau sebesar Rp2,06 triliun dari Rp49,36 triliun pada akhir Februari 2011 menjadi Rp51,42 triliun per akhir Februari tahun ini.
Namun, persentase itu lebih rendah dibandingkan tahun lalu seiring dengan kucuran kredit yang naik mencapai Rp2.203 triliun per Februari. Bandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tercatat Rp1.773 triliun. Kredit bermasalah terdiri atas kredit rupiah sebesar Rp1.844 triliun dan kredit valuta asing (valas) sekitar Rp358,6 triliun.
Melihat kecenderungan NPL tersebut, Bank Indonesia (BI) optimistis target pertumbuhan kredit yang dipatok sebesar 27 persen bakal terealisasi tahun ini meski kalangan perbankan memasang target konservatif sekitar 23 persen. Penetapan target pertumbuhan kredit oleh yang lebih besar dari rencana bisnis perbankan didasari dengan pertumbuhan kredit tahun lalu yang mencapai 24,5 persen, prediksi inflasi yang masih rendah, dan nilai tukar rupiah yang cenderung tidak fluktuatif.
Prediksi tersebut tentu di luar rencana pemerintah tentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Meski demikian, bank sentral sudah menghitung tidak akan berpengaruh secara signifikan. Sepanjang tahun lalu total kredit yang dikucurkan perbankan mencapai Rp2.200,094 triliun, sekitar 62,92 persen didominasi oleh 10 bank besar.
Berdasarkan data BI, lima di antara 10 bank besar tersebut terdiri atas Bank BRI dengan jumlah kredit Rp283,832 triliun (12,9 persen dari total kredit),menyusul Bank Mandiri sebesar Rp272,197 triliun (12,37 persen), diikuti Bank BCA sekitar Rp199,487 triliun (9,07 [persen), lalu Bank BNI sebesar Rp157,252 triliun (7,15 persen), dan Bank CIMB Niaga sekitar Rp122,179 triliun (5,55 persen).Komposisi lima besar bank pengucur kredit tersebut diperkirakan tidak akan bergeser hingga akhir tahun ini.
Sementara itu,total NPL mencapai Rp52,527 triliun.Posisi NPL tersebut mengalami peningkatan tipis dibandingkan periode 2010 dengan rasio sebesar 1,53%. Dari total kredit yang dikucurkan tersebut, BI mencatat Rp2.067,704 triliun masuk kategori lancar, Rp7,407 triliun tergolong kategori kurang lancar, Rp6,887 triliun masuk wilayah diragukan, dan Rp33,401 triliun dalam predikat macet.
Yang menarik dicermati adalah sumbangan kartu kredit terhadap NPL perbankan tak bisa dilihat sebelah mata. Dalam dua bulan awal tahun ini BI mencatat transaksi kartu kredit mencapai Rp31,004 triliun dengan volume sekitar 32,53 juta kali. “Terjadi rata-rata transaksi harian menggunakan kartu kredit senilai Rp516,74 miliar dengan volume 592.252 kali,” ungkap Ketua Tim Pengawasan Sistem pembayaran BI Puji Atmoko belum lama ini.
Hal itu menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan “uang plastik” tersebut cukup signifikan belakangan ini. Perkembangan transaksi kartu kredit yang signifikan tersebut turut memompa NPL perbankan. Data per Januari 2012 menunjukkan bank pelat merah mencatatkan NPL kartu kredit sebesar Rp147 miliar,bank swasta nasional tercetak Rp432 miliar, bank campuran sekitar Rp215 miliar, dan NPL terbesar dialami bank asing yang mencapai sebesar Rp726 miliar.
Angka-angka tersebut tidak menutup kemungkinan menimbulkan masalah besar ke depan, melihat begitu mudahnya masyarakat mendapatkan kartu kredit jika dibandingkan negara lain.BI mencatat pemegang kartu kredit bertumbuh di atas 12,45 [ersen per tahun. Ancaman NPL kartu kredit jangan sampai luput dari kewaspadaan otoritas moneter.(azh)
Namun, persentase itu lebih rendah dibandingkan tahun lalu seiring dengan kucuran kredit yang naik mencapai Rp2.203 triliun per Februari. Bandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tercatat Rp1.773 triliun. Kredit bermasalah terdiri atas kredit rupiah sebesar Rp1.844 triliun dan kredit valuta asing (valas) sekitar Rp358,6 triliun.
Melihat kecenderungan NPL tersebut, Bank Indonesia (BI) optimistis target pertumbuhan kredit yang dipatok sebesar 27 persen bakal terealisasi tahun ini meski kalangan perbankan memasang target konservatif sekitar 23 persen. Penetapan target pertumbuhan kredit oleh yang lebih besar dari rencana bisnis perbankan didasari dengan pertumbuhan kredit tahun lalu yang mencapai 24,5 persen, prediksi inflasi yang masih rendah, dan nilai tukar rupiah yang cenderung tidak fluktuatif.
Prediksi tersebut tentu di luar rencana pemerintah tentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Meski demikian, bank sentral sudah menghitung tidak akan berpengaruh secara signifikan. Sepanjang tahun lalu total kredit yang dikucurkan perbankan mencapai Rp2.200,094 triliun, sekitar 62,92 persen didominasi oleh 10 bank besar.
Berdasarkan data BI, lima di antara 10 bank besar tersebut terdiri atas Bank BRI dengan jumlah kredit Rp283,832 triliun (12,9 persen dari total kredit),menyusul Bank Mandiri sebesar Rp272,197 triliun (12,37 persen), diikuti Bank BCA sekitar Rp199,487 triliun (9,07 [persen), lalu Bank BNI sebesar Rp157,252 triliun (7,15 persen), dan Bank CIMB Niaga sekitar Rp122,179 triliun (5,55 persen).Komposisi lima besar bank pengucur kredit tersebut diperkirakan tidak akan bergeser hingga akhir tahun ini.
Sementara itu,total NPL mencapai Rp52,527 triliun.Posisi NPL tersebut mengalami peningkatan tipis dibandingkan periode 2010 dengan rasio sebesar 1,53%. Dari total kredit yang dikucurkan tersebut, BI mencatat Rp2.067,704 triliun masuk kategori lancar, Rp7,407 triliun tergolong kategori kurang lancar, Rp6,887 triliun masuk wilayah diragukan, dan Rp33,401 triliun dalam predikat macet.
Yang menarik dicermati adalah sumbangan kartu kredit terhadap NPL perbankan tak bisa dilihat sebelah mata. Dalam dua bulan awal tahun ini BI mencatat transaksi kartu kredit mencapai Rp31,004 triliun dengan volume sekitar 32,53 juta kali. “Terjadi rata-rata transaksi harian menggunakan kartu kredit senilai Rp516,74 miliar dengan volume 592.252 kali,” ungkap Ketua Tim Pengawasan Sistem pembayaran BI Puji Atmoko belum lama ini.
Hal itu menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan “uang plastik” tersebut cukup signifikan belakangan ini. Perkembangan transaksi kartu kredit yang signifikan tersebut turut memompa NPL perbankan. Data per Januari 2012 menunjukkan bank pelat merah mencatatkan NPL kartu kredit sebesar Rp147 miliar,bank swasta nasional tercetak Rp432 miliar, bank campuran sekitar Rp215 miliar, dan NPL terbesar dialami bank asing yang mencapai sebesar Rp726 miliar.
Angka-angka tersebut tidak menutup kemungkinan menimbulkan masalah besar ke depan, melihat begitu mudahnya masyarakat mendapatkan kartu kredit jika dibandingkan negara lain.BI mencatat pemegang kartu kredit bertumbuh di atas 12,45 [ersen per tahun. Ancaman NPL kartu kredit jangan sampai luput dari kewaspadaan otoritas moneter.(azh)
()