Kronologi bentrok Konami di Gambir versi IPW

Kamis, 29 Maret 2012 - 09:21 WIB
Kronologi bentrok Konami di Gambir versi IPW
Kronologi bentrok Konami di Gambir versi IPW
A A A
Sindonews.com - Indonesia Police Watch (IPW) mencatat banyak terjadi aksi kekerasan oleh polisi saat mengamankan aksi demontrasi menolak kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan Konsolidasi Nasional Mahasiswa Indonesia (Konami) di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat menuju Istana Negara.

Sebanyak 16 aktivis mahasiswa terluka dan 31 orang lainnya ditangkap dalam bentrok itu. Begitupun dengan tujuh polisi yang melakukan pengamanan mengalami luka.

Berikut kronologi bentrokan mahasiswa lawan polisi di Gambir versi IPW:

Sekira 1.500 orang mahasiswa yang tergabung dalam Konami melakukan long march dari YLBHI dengan rute Salemba, Senen, Tugu Tani, Gambir, dan berakhir Istana Negara. Sekira pukul 15.00 WIB, mahasiswa tiba di pojok timur laut Monas. Di tempat ini, ribuan mahasiswa dihadang pasukan anti huru hara (PHH).

Mahasiswa terus merangsek berusaha menerobos barisan pasukan anti huru-hara menuju Istana Merdeka. Akhirnya, terjadi negosiasi. Polisi mengizinkan mahasiswa melintas dengan syarat tas yang dibawa mahasiswa digeledah, karena polisi mencurigai sejumlah mahasiswa membawa bom molotov.

"Mahasiswa menolak swiping yang dilakukan polisi sehingga terjadi perdebatan. Sampai pukul 16.10 WIB tidak ada kesepakatan. Beberapa mahasiswa bahkan menolak tasnya digeladah polisi," ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam rilis yang diterima Sindonews, Rabu 28 Maret 2012.

Saat bersamaan, dari arah mahasiswa muncul lemparam botol air mineral dan bambu ke arah polisi. Melihat hal ini, polisi melakukan lemparan balasan dan ramai-ramai menyerang mahasiswa. Mendapat serangan ini, mahasiswa mundur dengan cara berlari.

Tapi puluhan intel yang sudah menyusup ke kelompok mahasiwa langsung menyapu dan menendangi kaki mahasiswa yang sedang mundur. Puluhan mahasiswa langsung tersungkur dan terjerembab ke jalanan. Melihat hal ini puluhan intel yang menyusup ke barisan mahasiswa langsung menginjak-injak dan menendangi mahasiswa.

Meski para mahasiswa sudah berteriak-teriak kesakitan, mereka tetap saja ditendangi dan diinjak-injak puluhan intel. Melihat hal ini, mahasiswa lain langsung melakukan perlawanan. Bersamaan dengan itu, dari arah PHH terdengar letusan senjata api, sebagian ke udara, sebagian lagi langsung diarahkan ke mahasiswa.

Mahasiswa pun langsung berhamburan, tapi mereka tetap saja diberondong dengan tembakan peluru karet. Akhirnya, mahasiswa membalas dengan lemparan batu sambil merangsek mundur ke bawah jembatan layang kereta api. Sebaliknya, polisi terus menembaki polisi dengan gas air mata.

Tak lama kemudian, dua water cannon muncul. Ternyata water canon yang muncul abal-abal. Sebab, tembakan airnya tidak maksimal. Hanya 2-3 meter. Padahal harusnya 15 meter.

Mahasiswa bukannya terpental akibat tembakan water cannon, malah seperti main di pancuran. Hanya lima menit water cannon sudah tak berfungsi. Lalu datang satu lagi water cannon yang ternyata tangki airnya bocor. Hanya tiga menit beraksi water cannon itu kemudian tidak berfungsi.

Mahasiswa kembali melempari polisi dengan batu. Polisi yang emosi dan arogan menembaki mahasiswa dengan gas air mata berapi. Melihat hal ini mahasiswa membalas dengan lemparan molotov. Dua water cannon tanpa semprotan air merangsek dan mendorong mahasiswa. Di atasnya berdiri empat penembak gas air mata berapi.

Sementara satu water cannon lainnya ditarik mundur. Akibatnya polisi hanya mengandalkan tindakan refresif, dengan peluru karet dan gas air mata berapi. Dalam kondisi ini, tak ada lagi upaya negosiasi yang dilakukan polisi dengan mahasiswa.
"Bagaimana mau ada negosiasi, jika polisi terus memprovokasi mahasiswa. Ironisnya, perang gas air mata berapi polisi dengan batu mahasiswa terlama terjadi di depan markas Kostrad. Lebih dari 1 jam," terang Neta.

Polisi, tambah Neta, sepertinya sengaja membiarkan situasi ini dan tidak mendorong mahasiswa dengan cepat. Akibatnya, markas Kostrad pun tersiram gas air mata berapi yang tersapu angin. Gas air mata model ini, lebih perih di mata ketimbang gas air mata biasa.

Setelah "perang" selama satu jam di depan markas Kostrad, barulah mahasiswa didorong ke arah pertigaan Gereja Imanuel. Rombongan mahasiswa langsung lari kocar kacir, sebagian ke arah Tugu Tani dan sebagian lagi lari ke arah rumah-rumah penduduk di Pejabom.

"Yang lari ke Tugu Tani relatif aman. Tapi yang lari ke rumah penduduk di Pejambon, tetap dikejar polisi dan intel. Mereka dihajar habis-habisan hingga babak belur. Baru kemudian dibawa ke mobil tahanan polisi," tandasnya.

Sekira pukul 17.20 WIB bentrokan berakhir. Jalanan kawasan Gambir dipenuhi batu, dan sisa-sisa gas air mata dan peluru karet. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6403 seconds (0.1#10.140)