Saham Garuda untuk investor domestik

Kamis, 08 Maret 2012 - 07:55 WIB
Saham Garuda untuk investor domestik
Saham Garuda untuk investor domestik
A A A
Sindonews.com - Layanan maskapai Garuda Indonesia mendapat pujian dari pengguna jasa penerbangan internasional. Hal itu ditandai dengan pemberian predikat sebagai The Best International Airline versi Roy Morgan sebuah lembaga riset yang berkedudukan di Australia.

Berdasarkan hasil riset yang digelar sejak Februari 2011 hingga Januari 2012 menyatakan, sebanyak 91 persen dari 3.943 responden pengguna jasa penerbangan internasional yang disurvei lembaga yang sudah beroperasi 70 tahun itu sangat puas akan layanan Garuda Indonesia. Predikat sebagai maskapai internasional terbaik hendaknya dijadikan momentum bagi maskapai pelat merah ini untuk terus membenahi pelayanan maksimal terhadap pengguna jasa penerbangan nasional dan internasional.

Prestasi internasional itu tidak hanya membanggakan,tetapi juga membuktikan bahwa Garuda Indonesia bisa lebih baik dari Singapore Airlines, Air New Zealand, Emirates, dan Cathay Pacific yang selama ini sulit tertandingi dalam urusan pelayanan. Sebelumnya berbagai penghargaan lain juga diraih di antaranya The World’s Most Improved Airlinedan Airline Turn Around of The Year.

Sayangnya,berbagai tanda penghargaan yang berhasil disabet maskapai milik negara itu belum berkorelasi langsung pada kinerja saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lihat saja data-data dari BEI,meski sudah lebih dari setahun maskapai penerbangan itu melepas saham ke publik, investor urung membeli saham saat initial public offering (IPO).

Saham yang berkode GIAA masih memble karena masih terus bertengger seputar level Rp500 per saham,padahal harga IPO sebesar Rp750 per saham. Sekadar menyegarkan ingatan, proses go public Garuda Indonesia memang tidak mendarat mulus di pasar saham, didahului dengan proses penentuan waktu listing maju-mundur sudah menunjukkan gejala ada yang tidak beres.

Akibat penentuan waktu listing yang berubah-ubah itu, akhirnya saham dilepas saat kondisi pasar saham tak mendukung. Selain itu, sejumlah investor dan analis pasar saham juga sudah mengingatkan,kalau harga saham IPO yang ditawarkan penjamin emisi terlalu mahal, cenderung diabaikan. Hasilnya, saham Garuda Indonesia mendarat “darurat” alias harga perdana langsung terpangkas dan hingga kini terus terseok-seok untuk menembus angka Rp750.

Tidak hanya itu, IPO Garuda Indonesia juga telah mengancam kelangsungan hidup PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas selaku penjamin emisi. Ketiga perusahaan sekuritas pelat merah tersebut terpaksa “menelan” 3.008.406.725 saham IPO senilai Rp2,256 triliun karena tidak terserap habis di pasar.

Kini perusahaan sekuritas tersebut sudah tidak tahan memegang saham tersebut karena harus menanggung biaya bunga dari dana talangan untuk membayar saham tak laku itu. Karena itu, hanya satu pilihan melepas saham itu segera bila tidak ingin bangkrut. “Tiga perusahaan sekuritas itu sudah setengah mati,” ungkap Menteri BUMN Dahlan Iskan pekan lalu.

Sebagai menteri yang mengurusi ratusan perusahaan negara, Dahlan rupanya tidak tega melihat ketiga perusahaan sekuritas itu kolaps karena menanggung beban saham yang tak laku-laku. Maka itu, Dahlan pun punya pekerjaan tambahan sebagai sales saham Garuda Indonesia.

Kabarnya,beberapa investor dari Singapura dan Hong Kong sudah siap mengambil alih saham tersebut, namun menteri BUMN itu belum sregkalau saham maskapai penerbangan nasional itu jatuh kepada pihak asing lagi, sementara investor domestik belum merespons. Nah, jangan salahkan kalau investor asing yang memborong lagi saham BUMN.(azh)

()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7014 seconds (0.1#10.140)