Bakal capres harus visioner
A
A
A
Sindonews.com – Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Kuskrido Ambari menyatakan, sosok bakal calon presiden (capres) harus visioner. Presiden masa depan harus bisa memprioritaskan penyelesaian berbagai persoalan yang melanda Indonesia.
“Sosok capres 2014 harus punya visi bagaimana dia mengelola konflik di antara problem lainnya,” kata Kuskrido di Jakarta Senin 21 Februari 2012.
Dia mengatakan, saat ini Indonesia dikelilingi berbagai persoalan mulai dari konflik horizontal, isu perburuhan, penegakan hukum,dan ekonomi sehingga perlu sosok capres yang visioner dalam mengatasi persoalan tersebut.
Menurutnya, ada tiga agenda mendesak yang perlu dilakukan presiden mendatang. Pertama, menuntaskan konflik horizontal seperti isu kerukunan umat beragama, perburuhan, dan sengketa lahan yang belakangan ini mencuat. Kedua, presiden masa mendatang perlu memberantas korupsi yang dinilainya telah menggurita. Ketiga, penataan masalah politik.
Menurutnya, selama para elite politik saling serang roda pemerintahan akan terganggu. Selain visioner, kualitas kepemimpinan seorang presiden juga ditentukan tim yang dibentuknya. Menurut dia, tim yang tangguh akan mampu mengelola dan mengatasi berbagai persoalan. Kemudian sosok capres mesti memiliki kepribadian dan kapabilitas yang baik.
Untuk itu, dia berharap dibuka suatu ruang di mana para kandidat berkompetisi. “Karena kita perlu penyegaran dan tidak terpaku dengan stok figur yang selama ini beredar,” pinta akademisi Universitas Gajah Mada (UGM) itu.
Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Tjatur Sapto Edi mengungkapkan, selain mempunyai visi dan rekam jejak yang bagus, sosok capres juga mesti berpengalaman memimpin organisasi yang besar.
Selain itu, memahami kultur kebudayaan Indonesia dengan Bhineka Tunggal Ika. “Menjadi pemimpin itu ada dua. Satu menunjukkan arah, kedua memimpin,” kata Tjatur.
Bagi dia, seorang pemimpin yang baik adalah rakyat tahu akan dibawa ke mana. Meski begitu, faktor luar negeri tidak bisa dipisahkan oleh kandidat capres. Siapa pun figurnya perlu mempunyai jaringan dalam pergaulan internasional.
Sementara itu, Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa saat menghadiri Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) PAN di Pekanbaru, Riau, Sabtu 18 Februari 2012 menilai, suhu politik akhir-akhir ini menunjukkan arah negatif.
“Saat ini kondisi perpolitikan kita sudah tidak sehat. Kita harus pandai menyikapinya. Jangan pandainya hanya mengkritik, mencaci maki tanpa bisa mencari jalan keluar. Lebih baik berbuat daripada berdialog di televisi karena diskusi tanpa ada langkah nyata untuk menyelesaikan persolan bangsa tidak ada gunanya,” ungkap Hatta.(azh)
“Sosok capres 2014 harus punya visi bagaimana dia mengelola konflik di antara problem lainnya,” kata Kuskrido di Jakarta Senin 21 Februari 2012.
Dia mengatakan, saat ini Indonesia dikelilingi berbagai persoalan mulai dari konflik horizontal, isu perburuhan, penegakan hukum,dan ekonomi sehingga perlu sosok capres yang visioner dalam mengatasi persoalan tersebut.
Menurutnya, ada tiga agenda mendesak yang perlu dilakukan presiden mendatang. Pertama, menuntaskan konflik horizontal seperti isu kerukunan umat beragama, perburuhan, dan sengketa lahan yang belakangan ini mencuat. Kedua, presiden masa mendatang perlu memberantas korupsi yang dinilainya telah menggurita. Ketiga, penataan masalah politik.
Menurutnya, selama para elite politik saling serang roda pemerintahan akan terganggu. Selain visioner, kualitas kepemimpinan seorang presiden juga ditentukan tim yang dibentuknya. Menurut dia, tim yang tangguh akan mampu mengelola dan mengatasi berbagai persoalan. Kemudian sosok capres mesti memiliki kepribadian dan kapabilitas yang baik.
Untuk itu, dia berharap dibuka suatu ruang di mana para kandidat berkompetisi. “Karena kita perlu penyegaran dan tidak terpaku dengan stok figur yang selama ini beredar,” pinta akademisi Universitas Gajah Mada (UGM) itu.
Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Tjatur Sapto Edi mengungkapkan, selain mempunyai visi dan rekam jejak yang bagus, sosok capres juga mesti berpengalaman memimpin organisasi yang besar.
Selain itu, memahami kultur kebudayaan Indonesia dengan Bhineka Tunggal Ika. “Menjadi pemimpin itu ada dua. Satu menunjukkan arah, kedua memimpin,” kata Tjatur.
Bagi dia, seorang pemimpin yang baik adalah rakyat tahu akan dibawa ke mana. Meski begitu, faktor luar negeri tidak bisa dipisahkan oleh kandidat capres. Siapa pun figurnya perlu mempunyai jaringan dalam pergaulan internasional.
Sementara itu, Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa saat menghadiri Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) PAN di Pekanbaru, Riau, Sabtu 18 Februari 2012 menilai, suhu politik akhir-akhir ini menunjukkan arah negatif.
“Saat ini kondisi perpolitikan kita sudah tidak sehat. Kita harus pandai menyikapinya. Jangan pandainya hanya mengkritik, mencaci maki tanpa bisa mencari jalan keluar. Lebih baik berbuat daripada berdialog di televisi karena diskusi tanpa ada langkah nyata untuk menyelesaikan persolan bangsa tidak ada gunanya,” ungkap Hatta.(azh)
()