Hasyim Muzadi: Pembubaran FPI kurang efektif

Jum'at, 17 Februari 2012 - 08:58 WIB
Hasyim Muzadi: Pembubaran FPI kurang efektif
Hasyim Muzadi: Pembubaran FPI kurang efektif
A A A
Sindonews.com - Front Pembela Islam (FPI) kerap dituding sebagai organisasi masyarakat (ormas) yang meresahkan, karena sikapnya yang dinilai terlalu keras. Dampaknya beberapa pihak mendesak terhadap pembubaran ormas yang mengaku memiliki tujuan untuk memberantas tindak maksiat dan mungkar.

Namun, mantan Ketua Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi tidak sependapat jika FPI dibubarkan. Menurutnya, upaya paksa untuk membubarkan FPI sebagai ormas merupakan langkah yang tidak efektif.

"Dalam demokrasi liberal sekarang ini dan Undang-Undang Ormas, seandainya FPI dibubarkan itu kurang efektif, dan FPI bisa membuat ormas lainnya dengan mengubah namanya," ujar Hasyim di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (16/2/2012) malam.

Dia menambahkan, yang paling memungkinkan saat ini adalah dengan memperbaiki Undang-Undang (UU) mengenai ormas itu sendiri. Lanjutnya, tindakan tegas dan proffesional juga harus diterapkan.

Misalnya, siapapun yang melakukan tindak kriminal harus ditindak, termasuk pihak yang menyuruhnya atau memprovokasi. "Jika ingin dibubarkan, harus ada dari eksekutif dan yudikatif yang turun langsung,” tukasnya.

Diberitakan sebelumnya, kritikan terhadap FPI kembali muncul setelah kejadian di landasan Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya Kalimantan Tengah.

Peristiwa ini berawal ketika pihak FPI pusat berencana melantik FPI cabang Palangkaraya dan Kuala Kapuas di Kalimantan Tengah yang akan dihadiri oleh para pimpinan FPI pusat, antara lain Ketua Bidang Dakwah Habib Muhsin bin Ahmad Alattas, Sekjen FPI Ahmad Sobri Lubis, Wasekjen KH Awit Masyhuri, dan Panglima LPI Maman Suryadi.

Tapi para pimpinan FPI pusat ini dihadang terlebih dulu oleh gerombolan yang dituding FPI sebagai preman dan dipimpin oleh Yansen Binti, Lukas Tingkes serta Sabran yang mengatasnamakan sebagai pimpinan Dewan Adat Dayak (DAD) dan Majelis Adat Dayak Nusantara (MADN).

Gerombolan preman tersebut sudah menghadang mereka di dalam landasan Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, dengan membawa berbagai jenis senjata tajam. Dalam peristiwa ini, para pimpinan FPI yang diterbangkan memakai pesawat Sriwijaya Air akhirnya ditangguhkan pendaratannya ke bandara di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, karena situasi yang sudah tidak kondusif.

Tak lama kemudian meuncul aksi unjuk rasa dari sekelompok massa di sekitar bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta yang menyerukan Indonesia tanpa FPI. Akibat aksi ini kemudian memunculkan ketersinggungan dari pihak yang diduga sebagai sintapisan FPI, hingga muncul gesekan dalam aksi tersebut.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8055 seconds (0.1#10.140)