Demokrat- PAN - Golkar koalisi ideal

Rabu, 11 Januari 2012 - 08:32 WIB
Demokrat- PAN - Golkar koalisi ideal
Demokrat- PAN - Golkar koalisi ideal
A A A
Sindonews.com - Dua parpol besar dengan ideologi nasionalis yakni Partai Demokrat dan Partai Golkar, kemungkinan besar akan berkoalisi dan menggandeng Partai Amanat Nasional (PAN) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Calon presiden (capres) yang diusung adalah Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa.

Pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf menilai, Partai Demokrat pasti membutuhkan berkoalisi dengan parpol lain dalam Pilpres 2014 untuk mendongkrak perolehan suara capres yang diusungnya.

Selain belum memiliki figur lain yang setara dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam 2,5 tahun ke depan Demokrat diyakini belum mampu 100% memulihkan citranya yang saat ini menurun lantaran dikaitkan dengan sejumlah dugaan korupsi.

Demokrat pun tidak dapat lagi mengusung SBY pada Pilpres 2014 karena sudah dua periode menjabat sebagai presiden. “Jadi, tidak ada pilihan lain bagi Demokrat selain berkoalisi dengan parpol lain,” kata Asep.

Menurut dia, para kader Demokrat bisa saja berupaya membina hubungan baik dan ikatan emosional dengan masyarakat di daerah pilihan (dapil) mereka masing-masing. Namun, belum tentu kerja keras semua kader berhasil mencapai target suara yang dibutuhkan partai pada pemilu legislatif.

“ Karena itu,Demokrat harus realistis,” ujar Asep. Dia sebenarnya pesimistis Demokrat bakal berkoalisi dengan Partai Golkar yang samasama memiliki platform nasionalis.
Kedua parpol ini, kata Asep, sulit bersatu karena terhadang perbedaan ideologis. Beberapa kader kedua parpol pun “hobi”saling serang secara politis.

Golkar pun telah memiliki capres meski belum ditetapkan secara resmi. Keadaan bisa berbeda bila Demokrat dan Golkar sama-sama menggandeng PAN sebagai mitra koalisi. Asep menilai mitra koalisi Demokrat yang paling logis memang PAN.

Figur Hatta Rajasa yang memiliki rekam jejak dan kinerja baik sebagai menteri di beberapa pemerintahan bisa diterima berbagai faksi di Demokrat. Terlebih, Hatta saat ini telah memiliki kedekatan secara keluarga dengan SBY yakni sebagai besan.

“ Saya kira SBY akan mendorong para kadernya untuk memilih Hatta sebagai calon RI-1,” kata Asep. Dia melanjutkan, ruang persaingan menjadi capres sejatinya jauh lebih sempit dibandingkan calon wakil presiden (cawapres).

Jika mengacu pada syarat pengusungan capres- cawapres sebesar 20 persen suara pemilu legislatif, Golkar pun kemungkinan akan membangun koalisi dengan partai yang lebih kecil. Parpol yang paling ideal dipinang berkoalisi adalah PAN. Bila Demokrat berpeluang besar mengusung Hatta sebagai capres, Golkar sangat mungkin lebih tertarik mendukungnya sebagai cawapres mendampingi Ketua Umum DPP Partai Golkar Abu rizal Bakrie (Ical).

“Menurut saya, yang agak realistis bagi Golkar adalah menggandeng Hatta Rajasa sebagai cawapres. Asumsi saya, PAN juga tidak mudah bisa mengusung capres sendiri jika melihat syarat 20 persen suara.Persaingan pada 2014 sangat ketat dan sangat sulit bagi partaipartai meraih suara di atas 20 persen,” tandasnya.

Golkar bisa saja ikut mengusung Hatta sebagai capres bila berdasarkan hasil rangkaian survei internal sepanjang 2012 hingga 2014,elektabilitas Ical rendah. Figur Hatta yang tidak memiliki musuh politik secara terbuka, kata Asep, dapat diterima dengan baik oleh internal Golkar.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan menegaskan, Demokrat siap berkoalisi dengan parpol mana pun pada Pilpres 2014 termasuk dengan PAN. “Ya, sama-sama biru, besanan pula. Tidak ada masalah. PAN dan Demokrat memang mempunyai banyak kesamaan,” ungkapnya.

Kendati demikian, Demokrat belum mau membeberkan kandidat yang akan diusung dalam pilpres karena saat ini sedang fokus bekerja untuk rakyat dan menyiapkan strategi pemenangan pemilu legislatif.

“ Akhir 2013 akan disampaikan kepada publik siapa capres dari Demokrat. Kami percaya yang kami usung pasti memiliki popularitas, elektabilitas, dan kredibilitas,” tandas mantan jurnalis itu.

Wasekjen DPP PAN Azis Subekti mengatakan, seluruh jajaran partai dari pusat hingga daerah mulai menggencarkan sosialisasi Hatta Rajasa sebagai bakal capres 2014 kepada masyarakat.

“ Agar mencapai sasaran, para kader PAN diharapkan mampu mendapatkan simpati dari masyarakat. Baru mengomunikasikan sosok Bang Hatta. Intinya,PAN harus terasa hadir di tengah masyarakat,” terang Azis.

Sesuai keputusan rapat kerja nasional (rakernas), kata dia, slogan lama PAN “solusi untuk negeri”, kini telah diganti menjadi “PAN Merakyat (Menunaikan Amanat Rakyat)”.

Di tempat terpisah, pengajar komunikasi politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto menilai wajar keberadaan tim pencapresan Ical di luar tim resmi yang dibentuk Golkar. Menurut dia, hampir semua kandidat capres/cawapres melakukan pola serupa yakni mulai menginisiasi tim pemenangan Pemilu 2014.

“Dalam konteks itulah dibutuhkan figur sekaligus tim yang bisa membuka jejaring pada basis-basis pemilih,” katanya.

Menurut dia, fase 2012 akan diawali dengan riset lingkungan eksternal dan internal untuk memosisikan kawan dan lawan dalam pertarungan ke depan. Di fase ini akan lekat dengan publisitas politik dan uji elektabilitas kandidat.

Pengamat politik dari Charta Politica Yunarto Wijaya menyatakan, hasil survei soal capres/ cawapres terpopuler sebenarnya belum bisa dijadikan dasar potensi atau peluang keunggulan seorang figur pada 2014 mendatang. Itu karena belum ada momentum yang menentukan dan belum ada kepastian koalisi dari setiap parpol.

Kecenderungan saat ini, lanjut dia,parpol lebih memilih mengusung ketua umumnya menjadi bakal capres. Padahal, parpol idealnya menjaring nama-nama lain di eksternal. Dibutuhkan dua variabel yang harus dihitung untuk menentukan kombinasi caprescawapres dari angka elektoral untuk melihat kekuatan parpol di parlemen.

Parpol tersebut harus merupakan kekuatan besar dan dominan di parlemen. Variabel lainnya, lanjut Toto sapaan Yunarto, dilihat berdasarkan bagaimana sosok capres- cawapres ini dapat diterima parpol-parpol koalisi hingga pada kepengurusan di daerah sehingga mesin politik demi pemenangan di pilpres bekerja efektif.

Capres Alternatif

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Kuskridho Ambardhi mengatakan, figur-figur capres baru harus bekerja lebih keras untuk mendongkrak popularitas dan menarik simpati masyarakat, karena nama mereka belum begitu melekat di akar rumput.

Dia menjelaskan, peluang figur baru di luar nama-nama yang sudah beredar di bursa spekulasi bakal capres/cawapres sangat besar setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari Demokrat tidak bisa lagi berkompetisi pada Pilpres 2014.

Pertarungan menuju RI -1 yang sangat lebar menuntut semua bakal capres lebih gencar melakukan promosi dan pendekatan ke publik. “ Apalagi, hasil survei publik mengenai tokoh-tokoh capres menunjukkan bahwa SBY masih tetap teratas meski persentasenya hanya sekitar 40 persen. Itu karena belum ada figur bakal capres lain yang setara,” jelas Kuskridho. (*)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6115 seconds (0.1#10.140)