Angkatan '66 inginkan TNI-Polri jadi satu

Selasa, 10 Januari 2012 - 11:14 WIB
Angkatan 66 inginkan TNI-Polri jadi satu
Angkatan '66 inginkan TNI-Polri jadi satu
A A A
Sindonews.com - Karut- marut pemerintahan Indonesia membuat angkatan pelopor Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) atau yang dikenal angkatan '66 ini meminta agar TNI dan Polri menjadi satu kesatuan.

Alasannya, dua institusi itu adalah putra-putri pertiwi. Bahkan, ketika keduanya bersatu negara aman dan tidak seperti saat ini yang banyak dirundung pertikaian.

"TNI dan Polri ini adalah putra-putri pertiwi. Kami ingin dijadikan satu seperti zaman Orde Baru yang masuk menjadi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)," kata Abdul Muis, Ketua Laskar Ampera Arief Rachman Hakiem wilyah Jawa Timur dalam refleksi 46 tahun Tritura di Gedung Balai Pemuda, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Senin (9/1/2012) malam.

Alasannya, TNI yang terdiri dari TNI AU, AD, dan AL tidak kompak bersama elemen Polri. Saat ini garis komandonya terpisah meski sama-sama angkatan bersenjata. TNI di bawah panglima dan Polri di bawah Presiden.

"Wacana itu tidak akan menjadikan kemunduran bangsa kembali ke era Orba. Kasian polisi sendirian. Kembali bukan dalam arti kemana-mana. Hal ini termasuk Tura (Tuntutan Rakyat-red) ke empat," katanya.

Kemudian, Tura kelima adalah memberantas korupsi. Dia mencontohkan pada zaman dulu korupsi sangat kecil karena ada ABRI di mana-mana, yakni berfungsi untuk mengawasi. Seperti ketika ada ABRI di parlemen.

Menurut Muis, wacana tersebut saat ini sangat berat diwujudkan sebab anggota DPR tidak setuju. "Kami kira saat ini Tritura yang disuarakan pada tahun 1966 ada tambahan dua Tura lagi. Yakni, jadikan TNI dan Polri satu kesatuan ditambah berantas korupsi," terangnya.

Seperti diketahui, Tritura pada 46 tahun lalu merupakan tiga tuntutan rakyat. Yakni, Bubarkan PKI, Turunkan Harga, dan Reshufle Kabinet (100 menteri).

Ratusan aktivis ini, turun jalan dan melakukan Long March dari Jalan Gubernur Suryo hingga Jalan Pahlawan Surabaya. Hadir dalam acara refleksi itu adalah mantan Gubernur Jawa Timur Basofi Soedirman. Pelantun lagu 'tidak semua laki-laki' ini saat itu menjabat sebagai komandan RPKAD yang mengawal jalannya demo aktivis ini.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3768 seconds (0.1#10.140)