Politikus Senayan siap borong Esemka Rajawali
A
A
A
Sindonews.com - Mobil karya para siswa SMK 2 Surakarta boleh dibilang berhasil mencuri perhatian publik. Bahkan, Wali Kota Solo, Joko Widodo kepincut dan mengganti mobil dinasnya dengan karya putra daerah itu.
Bahkan, anggota DPR pun mulai tertarik. Politikus Senayan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) Hendrawan Supratikno siap memborong mobil tersebut. Asal dibuat dulu roadmap yang jelas, karena kalau tidak hanya sekadar impian.
"Untuk jadi produksi massal itu kan prosesnya panjang sekali, itu pekerjaan rumah yang
maha dahsyat. Harus ada skala ekonomi yang memadai agar bisa dipertahankan menjadi produksi massal,” ujar Hendrawan yang disampaikan melalui Okezone, Selasa (4/1/2012).
Dia mengatakan, jika jelas roadmapnya, tentu mobil itu akan dibeli secara massal untuk
diserahkan kepada partainya mulai dari anak cabang sebagai tingkatan partai terendah.
Lebih lanjut dikatakan Hendrawan, mobil itu akan didistribusikan untuk untuk 58 kecamatan, Daerah Pemilihan (Dapil)-nya. “Intinya, kalau sudah dinyatakan aman dan bisa diproduksi, saya mendukung jadi mobil resmi anggota dewan,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Joko Sutrisno mengatakan, izin konstruksi mobil sudah dipegang oleh Kemendikbud.
Memang masih diperlukan uji emisi, namun tidak menjadi syarat penting. Karena pada tahap awal ini mobil SMK itu masih terus didistribusikan ke kabupaten/kota yang tidak mementingkan izin uji emisi.
Sambil menunggu izin emisi tersebut, pihaknya sudah mendistribusikan mobil yang dinamakan Esemka Rajawali itu ke berbagai pemerintah daerah. Seperti ke Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Bandung.
Pihaknya juga sedang menjajaki pihak terkait untuk menjadikan mobil SMK ini menjadi kendaraan dinas bagi para pejabat lainnya.
Dia mengatakan, pihaknya memang tidak bekerja dengan industry nasional dalam proses produksinya karena kendala biaya produksi yang masih tinggi. Dengan bekerja sama dengan industri manufaktur di Ceper, Tulungagung, Pasuruan dan Banten maka harga on the road mobil itu dapat ditekan menjadi Rp105 juta sedangkan ongkos produksinya per mobil hanya Rp95 juta saja.
Kerja sama dengan industri kecil itu memang menjadi target Kemendikbud. Karena siswa masih dilibatkan dalam pembuatan mesin dan konstruksinya. Pada tahun ini, ujarnya, ditargetkan sebanyak 200 unit mobil baru segera diluncurkan kepada para pemesan.
Lanjutnya, Kemendikbud sudah menggandeng kementerian lain, seperti Kemenkokesra untuk terus menggali potensi-potensi seperti ini. Pasalnya, dengan industri ini sangat membuat peluang lapangan kerja di daerah dan bisa membantu permasalahan pengangguran.
Guru Teknik Otomotif SMKN 1 Klaten Weni Prasetyo menyatakan, bekerja sama dengan tujuh SMK di Klaten yakni SMKN 2 Surakarta, SMKN 2 Salatiga, SMK Tunas Harapan Pati, SMKN 2 Wonogiri, SMK Jenangan 1 Ponorogo dan SMKN 1 Kediri pihaknya membuat mobil Sport Utility Vehicle (SUV) bermesin 1.500 cc dengan nama Kiat Esemka.
Dia menuturkan, mobil ini terbilang unik karena bagian belakang lampu mirip dengan mobil Isuzu Panther namun di bagian depan mirip dengan Honda CR-V. Para siswa ini membuat mobil itu bersama-sama di bengkel mobil milik perusahaan Kiat Motor yang merupakan industri mobil besar di Klaten.
Joko menambahkan, untuk tahap produksi awal, jelasnya, mobil dibuat dengan iuran masing-masing SMK dengan total Rp385 juta. Selanjutnya pihak Kiat menyediakan dua Pembina agar siswa SMK mampu merakit mobil dengan baik.
Bahkan, anggota DPR pun mulai tertarik. Politikus Senayan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) Hendrawan Supratikno siap memborong mobil tersebut. Asal dibuat dulu roadmap yang jelas, karena kalau tidak hanya sekadar impian.
"Untuk jadi produksi massal itu kan prosesnya panjang sekali, itu pekerjaan rumah yang
maha dahsyat. Harus ada skala ekonomi yang memadai agar bisa dipertahankan menjadi produksi massal,” ujar Hendrawan yang disampaikan melalui Okezone, Selasa (4/1/2012).
Dia mengatakan, jika jelas roadmapnya, tentu mobil itu akan dibeli secara massal untuk
diserahkan kepada partainya mulai dari anak cabang sebagai tingkatan partai terendah.
Lebih lanjut dikatakan Hendrawan, mobil itu akan didistribusikan untuk untuk 58 kecamatan, Daerah Pemilihan (Dapil)-nya. “Intinya, kalau sudah dinyatakan aman dan bisa diproduksi, saya mendukung jadi mobil resmi anggota dewan,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Joko Sutrisno mengatakan, izin konstruksi mobil sudah dipegang oleh Kemendikbud.
Memang masih diperlukan uji emisi, namun tidak menjadi syarat penting. Karena pada tahap awal ini mobil SMK itu masih terus didistribusikan ke kabupaten/kota yang tidak mementingkan izin uji emisi.
Sambil menunggu izin emisi tersebut, pihaknya sudah mendistribusikan mobil yang dinamakan Esemka Rajawali itu ke berbagai pemerintah daerah. Seperti ke Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Bandung.
Pihaknya juga sedang menjajaki pihak terkait untuk menjadikan mobil SMK ini menjadi kendaraan dinas bagi para pejabat lainnya.
Dia mengatakan, pihaknya memang tidak bekerja dengan industry nasional dalam proses produksinya karena kendala biaya produksi yang masih tinggi. Dengan bekerja sama dengan industri manufaktur di Ceper, Tulungagung, Pasuruan dan Banten maka harga on the road mobil itu dapat ditekan menjadi Rp105 juta sedangkan ongkos produksinya per mobil hanya Rp95 juta saja.
Kerja sama dengan industri kecil itu memang menjadi target Kemendikbud. Karena siswa masih dilibatkan dalam pembuatan mesin dan konstruksinya. Pada tahun ini, ujarnya, ditargetkan sebanyak 200 unit mobil baru segera diluncurkan kepada para pemesan.
Lanjutnya, Kemendikbud sudah menggandeng kementerian lain, seperti Kemenkokesra untuk terus menggali potensi-potensi seperti ini. Pasalnya, dengan industri ini sangat membuat peluang lapangan kerja di daerah dan bisa membantu permasalahan pengangguran.
Guru Teknik Otomotif SMKN 1 Klaten Weni Prasetyo menyatakan, bekerja sama dengan tujuh SMK di Klaten yakni SMKN 2 Surakarta, SMKN 2 Salatiga, SMK Tunas Harapan Pati, SMKN 2 Wonogiri, SMK Jenangan 1 Ponorogo dan SMKN 1 Kediri pihaknya membuat mobil Sport Utility Vehicle (SUV) bermesin 1.500 cc dengan nama Kiat Esemka.
Dia menuturkan, mobil ini terbilang unik karena bagian belakang lampu mirip dengan mobil Isuzu Panther namun di bagian depan mirip dengan Honda CR-V. Para siswa ini membuat mobil itu bersama-sama di bengkel mobil milik perusahaan Kiat Motor yang merupakan industri mobil besar di Klaten.
Joko menambahkan, untuk tahap produksi awal, jelasnya, mobil dibuat dengan iuran masing-masing SMK dengan total Rp385 juta. Selanjutnya pihak Kiat menyediakan dua Pembina agar siswa SMK mampu merakit mobil dengan baik.
()