Cari Kasus Positif, Pemerintah Tambah Laboratorium Pemeriksaan
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Juru Bicara Pemerintah Penanganan virus Corona (COVID-19), Achmad Yurianto menyampaikan akan menambah laboratorium pemeriksaan untuk mencari kasus-kasus positif virus Corona.
“Kita akan memperbanyak lagi fasilitas penguji (laboratorium) untuk pemeriksaan COVID-19 ini,” ungkap Yuri saat konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Jumat (3/4/2020). (Baca juga: Positif Corona di Indonesia Bertambah Menjadi 1.986 Orang, 181 Meninggal Dunia)
Pasalnya, salah satu kunci di dalam pemutusan rantai ini adalah menemukan kasus-kasus baru. Menemukan kasus positif yang masih berada di tengah-tengah masyarakat. “Sehingga kita berharap bisa kemudian memutuskan ini dan bisa melakukan pencegahan dengan cara yang maksimal,” tegasnya. (Baca juga: Korban Meninggal Akibat Corona Terus Bertambah, Yuri: Pemerintah Berduka)
Yuri menyebut, saat ini ada 48 laboratorium di seluruh Indonesia yang sudah beroperasi untuk mencari sampel kasus positif virus ini. “Seperti kita pahami sekarang sudah ada 48 laboratorium yang beroperasi, tentunya dengan kapasitas masing-masing. Dan kita akan menambah lagi.”
Yuri mengatakan penambahan laboratorium ini juga akan didukung dengan mengaktifkan beberapa diagnostik penyakit TBC (tuberkulosis). Kemudian mengaktifkan beberapa alat diagnostik yang semula kita pakai untuk pemeriksaan TBC. Ternyata secara teknologi bisa dikonversi untuk digunakan melaksanakan pemeriksaan COVID-19.
”Ini cukup banyak jumlahnya dan tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Namun masih diperlukan beberapa konversi dari mesin dan kemudian beberapa setting kita akan bekerja keras untuk mengejar ini semuanya,” tambah Yuri.
Selain itu, Yuri juga melaporkan saat ini sekitar 7.500 orang telah diperiksa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mencari kasus positif virus ini. “Jajaran Kementerian Kesehatan melalui laboratorium yang telah ditunjuk, telah melaksanakan pemeriksaan lebih dari 7.400 orang. Yang tentunya ini dikerjakan bersama-sama dengan ribuan tenaga kesehatan yang berada di pusat maupun yang berada di daerah,” kata Yuri.
“Kita akan memperbanyak lagi fasilitas penguji (laboratorium) untuk pemeriksaan COVID-19 ini,” ungkap Yuri saat konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Jumat (3/4/2020). (Baca juga: Positif Corona di Indonesia Bertambah Menjadi 1.986 Orang, 181 Meninggal Dunia)
Pasalnya, salah satu kunci di dalam pemutusan rantai ini adalah menemukan kasus-kasus baru. Menemukan kasus positif yang masih berada di tengah-tengah masyarakat. “Sehingga kita berharap bisa kemudian memutuskan ini dan bisa melakukan pencegahan dengan cara yang maksimal,” tegasnya. (Baca juga: Korban Meninggal Akibat Corona Terus Bertambah, Yuri: Pemerintah Berduka)
Yuri menyebut, saat ini ada 48 laboratorium di seluruh Indonesia yang sudah beroperasi untuk mencari sampel kasus positif virus ini. “Seperti kita pahami sekarang sudah ada 48 laboratorium yang beroperasi, tentunya dengan kapasitas masing-masing. Dan kita akan menambah lagi.”
Yuri mengatakan penambahan laboratorium ini juga akan didukung dengan mengaktifkan beberapa diagnostik penyakit TBC (tuberkulosis). Kemudian mengaktifkan beberapa alat diagnostik yang semula kita pakai untuk pemeriksaan TBC. Ternyata secara teknologi bisa dikonversi untuk digunakan melaksanakan pemeriksaan COVID-19.
”Ini cukup banyak jumlahnya dan tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Namun masih diperlukan beberapa konversi dari mesin dan kemudian beberapa setting kita akan bekerja keras untuk mengejar ini semuanya,” tambah Yuri.
Selain itu, Yuri juga melaporkan saat ini sekitar 7.500 orang telah diperiksa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mencari kasus positif virus ini. “Jajaran Kementerian Kesehatan melalui laboratorium yang telah ditunjuk, telah melaksanakan pemeriksaan lebih dari 7.400 orang. Yang tentunya ini dikerjakan bersama-sama dengan ribuan tenaga kesehatan yang berada di pusat maupun yang berada di daerah,” kata Yuri.
(cip)