Hadapi Wabah Corona, KHDTK Kembangkan Tanaman Herbal di Bogor

Kamis, 02 April 2020 - 07:45 WIB
Hadapi Wabah Corona, KHDTK Kembangkan Tanaman Herbal di Bogor
Hadapi Wabah Corona, KHDTK Kembangkan Tanaman Herbal di Bogor
A A A
BOGOR - Merebaknya wabah virus corona (Covid-19) membuat masyarakat berpaling ke tanaman herbal. di BogorBerbagai tanaman herbal pun kini melejit di pasaran.

Peluang ini dimanfaatkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk terus menggenjot produksi kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) yang memadukan tanaman kehutanan, tanaman MPTS, tanaman sela (sereh wangi), serta budidaya tanaman di bawah tegakan berupa jagung, kacang tanah, umbi-umbian, dan empon-empon.

Salah satunya KHDTK Diklat Rumpin yang dikelolal Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BDLHK) Bogor, bersama para penyuluh kehutanan, dan masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH).

“Di kawasan ini kami terus melakukan berbagai kegiatan produktif dengan tetap mematuhi anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing maupun physical distancing,” ujar Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) KLHK Helmi Basalamah, kemarin.

Dia menjelaskan BDLHK Bogor terus melakukan pemberdayaan masyarakat untuk mengelola KHDTK. Mereka membentuk sejumlah KTH yang beranggotakan masyarakat sekitar hutan.

Saat ini KTH mitra BDLHK Bogor telah mencapai ratusan orang yang tersebar di KTH Babakan Setu, KTH Lio Maju, KTH Lebak Sawo, dan KTH Barokah Hijau. “Keempat KTH ini didampingi 2 orang penyuluh kehutanan, dan 3 orang tenaga bakti rimbawan,” ujar Helmi.

Terkait produktivitas masyarakat, Helmi menyampaikan ada hal yang menggembirakan pada masa tanggap darurat virus Covid-19 ini. Walaupun areal KHDTK yang dimanfaatkan tidak begitu luas, dan KTH baru berusia 1 tahun, sudah mampu menghasilkan atau panen kacang tanah sebanyak 8,5 ton, atau sekitar 4 - 4,5 ton/panen hasil 1 kali panen per 4 bulan.

“Kacang tanah dihargai pedagang sebesar Rp 8.000 – Rp 10.000/kg, sehingga dapat menghasilkan Rp 32 juta– Rp 45 juta per panen,” tutur Helmi.

Untuk sereh wangi, sudah ada perusahaan yang menampung dengan pola mitra, di mana bibit sereh disediakan perusahaan. Panen sereh wangi menghasilkan 6 ton atau sekitar 3-4,5 ton/panen (1 kali panen per 3 bulan) dengan harga jual Rp 500/kg menghasilkan Rp1,5 juta- Rp2,25 juta/panen.

Belum lagi hasil panen pisang, jagung, umbi-umbian, lalap-lalapan, kunyit, jahe, lengkuas, dan tanaman pangan lainnya, yang menjadi sumber sebagian nutrisi (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) keluarga petani, dalam memenuhi kebutuhan pangan, terutama selama wabah virus Covid-19. (Binti Mufarida)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3815 seconds (0.1#10.140)