Soal Terowongan Istiqlal-Katedral, Tengku Zulkarnain: Cuma Selemparan Batu
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyetujui usulan pembangunan terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta.
Jokowi menyebut fasilitas tersebut dengan istilah terowongan silaturahmi. Hal itu diungkapkannya saat meninjau renovasi Masjid Istiqlal Jumat, 7 Februari lalu.
Rencana pembangunan terowongan Istiqlal-Katedral menjadi perbincangan di media sosial Twitter. Salah satunya dari Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain.
Dia mengkritik rencana pembangunan tersebut, termasuk sikap DPR yang menyetujui pembangunan terowongan.
Tengku mempertanyakan manfaat dari rencana tersebut. Sebab lokasi Istiqlal dan Katedral sangat dekat.
"DPR dukung pembangunan Trowongan Istiqlal-Katedral...Apa gunanya? Jaraknya cuma sepelemparan batu. Jalan kaki di permukaan tanah saja tidak dilarang jika mau. Dibangun puluhan miliar rupiah, buat apa ada banyak yang perlu dibangun untuk dongkrak ekonomi," kata pria yang biasa disapa Ustaz Tengku ini melalui akun Twitternya, @ustadtengkuzul, Sabtu 8 Februari 2020. (Baca Juga: Jokowi Setujui Usulan Pembangunan Terowongan Istiqlal-Katedral)
Dia pun membandingkan apa yang dilakukan Presiden pertama Indonesia, Soekarno dengan sikap Jokowi yang menyetujui usulan pembangunan terowongan tersebut.
"Dulu Bung Karno mencoba membuat gerakan conecting antara nasionalis dengan agamais dan komunis. Beliau beri nama Nasakom. Ternyata gagal. PKI berkhianat...Kini Pak Jokowi mau mencoba conecting rumah ibadah Katolik dgn rumah ibadah Islam. Biar apa...? Ibadah itu masing-masing..." kata Tengku me-mention akun Twitter Jokowi.
Sebelumnya saat meninjau Masjid Istiqlal, Jokowi mengaku mendengar usulan agar dibangun terowongan bawah tanah yang akan menghubungkan dua rumah ibadah itu.
"Tadi ada Sudah saya setujui sekalian sehingga ini menjadi sebuah terowongan silaturahmi," tuturnya.
Kedua bangunan tersebut saat ini dipisahkan dengan jalan raya. Di masing-masing hari keagamaan, kedua pihak biasa saling menyediakan lahan parkir kendaraan yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan keagamaan baik di Masjid Istiqlal maupun Gereja Katedral.
Jokowi menyebut fasilitas tersebut dengan istilah terowongan silaturahmi. Hal itu diungkapkannya saat meninjau renovasi Masjid Istiqlal Jumat, 7 Februari lalu.
Rencana pembangunan terowongan Istiqlal-Katedral menjadi perbincangan di media sosial Twitter. Salah satunya dari Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain.
Dia mengkritik rencana pembangunan tersebut, termasuk sikap DPR yang menyetujui pembangunan terowongan.
Tengku mempertanyakan manfaat dari rencana tersebut. Sebab lokasi Istiqlal dan Katedral sangat dekat.
"DPR dukung pembangunan Trowongan Istiqlal-Katedral...Apa gunanya? Jaraknya cuma sepelemparan batu. Jalan kaki di permukaan tanah saja tidak dilarang jika mau. Dibangun puluhan miliar rupiah, buat apa ada banyak yang perlu dibangun untuk dongkrak ekonomi," kata pria yang biasa disapa Ustaz Tengku ini melalui akun Twitternya, @ustadtengkuzul, Sabtu 8 Februari 2020. (Baca Juga: Jokowi Setujui Usulan Pembangunan Terowongan Istiqlal-Katedral)
Dia pun membandingkan apa yang dilakukan Presiden pertama Indonesia, Soekarno dengan sikap Jokowi yang menyetujui usulan pembangunan terowongan tersebut.
"Dulu Bung Karno mencoba membuat gerakan conecting antara nasionalis dengan agamais dan komunis. Beliau beri nama Nasakom. Ternyata gagal. PKI berkhianat...Kini Pak Jokowi mau mencoba conecting rumah ibadah Katolik dgn rumah ibadah Islam. Biar apa...? Ibadah itu masing-masing..." kata Tengku me-mention akun Twitter Jokowi.
Sebelumnya saat meninjau Masjid Istiqlal, Jokowi mengaku mendengar usulan agar dibangun terowongan bawah tanah yang akan menghubungkan dua rumah ibadah itu.
"Tadi ada Sudah saya setujui sekalian sehingga ini menjadi sebuah terowongan silaturahmi," tuturnya.
Kedua bangunan tersebut saat ini dipisahkan dengan jalan raya. Di masing-masing hari keagamaan, kedua pihak biasa saling menyediakan lahan parkir kendaraan yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan keagamaan baik di Masjid Istiqlal maupun Gereja Katedral.
(dam)