Belum Ada Kecenderungan Aklamasi di Kongres PAN
A
A
A
JAKARTA - DPP PAN akhirnya menjawab soal isu adanya upaya aklamasi untuk kandidat petahana dalam Kongres PAN 10-12 Februari 2020 di Kendari, Sulawesi Tenggara. Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PAN Eddy Soeparno membantah akan ada aklamasi.
"Saya menjawab bukan sebagai timses, tapi sebagai Sekjen PAN. Saya kira, forum yang kita buka adalah forum demokrasi yang seluas-luasnya," kata Eddy di Jakarta, Jumat (31/1/2020).
Eddy menjelaskan, setiap kandidat yang mampu meyakinkan pemilik suara berdasarkan rencana kerja dan rencana pencapaian PAN ke depannya, tentu dia adalah calon yang pantas menjadi ketua umum PAN selanjutnya.
"Jadi, saya tidak melihat adanya dinamika yang kemudian mengarah ke suara-suara yang mengumpul di suatu tempat. Segala sesuatunya nanti akan terlihat pada saat kita melaksanakan kongres itu," terangnya. (Baca Juga: Kembalikan Kejayaan PAN, Asman Abnur Bakal Mainkan 3 Strategi Ini).
Eddy juga berharap bahwa dalam Kongres V PAN akan berlangsung demokratis. Semua pihak yang mencalonkan diri dapat meyakinkan para pemilih dengan ide dan gagasan memajukan PAN ke depan.
"Demokrasi yang kita harapkan di dalam kongres adalah demokrasi di mana semua pihak meyakinkan votersnya untuk dipilih berdasarkan keyakinan bahwa yang bersangkutan paling layak untuk dipilih untuk memajukan partai ke depan," tutup Wakil Ketua Komisi VII DPR itu.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP PAN Bima Arya mengatakan bahwa ini merupakan kongres yang ke-5 sehingga, PAN sudah punya pengalaman beberapa kongres sebelumnya. Kongres di Bali dengan pemungutan suara dengan selisih tipis, kemudian di Batam berakhir dengan konsensus.
"Jadi kami sudah punya kedewasaan membangun kesepakatan sepakat atau tidak sepakat," kata Bima dalam Konferensi Pers di Kantor DPP PAN, Jakarta, Kamis (30/1/2020) malam.
Menurut Wali Kota Bogor ini, demokrasi di PAN memungkinkan semua bisa terjadi pada kongres nanti. Ketum nanti bisa dipilih secara konsensus, bisa juga dengan pemungutan suara. "Itu relatif, tapi yang pasti setelah kongres kita bersama kembali. Tidak pernah ada PAN sempalan," tandasnya.
"Saya menjawab bukan sebagai timses, tapi sebagai Sekjen PAN. Saya kira, forum yang kita buka adalah forum demokrasi yang seluas-luasnya," kata Eddy di Jakarta, Jumat (31/1/2020).
Eddy menjelaskan, setiap kandidat yang mampu meyakinkan pemilik suara berdasarkan rencana kerja dan rencana pencapaian PAN ke depannya, tentu dia adalah calon yang pantas menjadi ketua umum PAN selanjutnya.
"Jadi, saya tidak melihat adanya dinamika yang kemudian mengarah ke suara-suara yang mengumpul di suatu tempat. Segala sesuatunya nanti akan terlihat pada saat kita melaksanakan kongres itu," terangnya. (Baca Juga: Kembalikan Kejayaan PAN, Asman Abnur Bakal Mainkan 3 Strategi Ini).
Eddy juga berharap bahwa dalam Kongres V PAN akan berlangsung demokratis. Semua pihak yang mencalonkan diri dapat meyakinkan para pemilih dengan ide dan gagasan memajukan PAN ke depan.
"Demokrasi yang kita harapkan di dalam kongres adalah demokrasi di mana semua pihak meyakinkan votersnya untuk dipilih berdasarkan keyakinan bahwa yang bersangkutan paling layak untuk dipilih untuk memajukan partai ke depan," tutup Wakil Ketua Komisi VII DPR itu.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP PAN Bima Arya mengatakan bahwa ini merupakan kongres yang ke-5 sehingga, PAN sudah punya pengalaman beberapa kongres sebelumnya. Kongres di Bali dengan pemungutan suara dengan selisih tipis, kemudian di Batam berakhir dengan konsensus.
"Jadi kami sudah punya kedewasaan membangun kesepakatan sepakat atau tidak sepakat," kata Bima dalam Konferensi Pers di Kantor DPP PAN, Jakarta, Kamis (30/1/2020) malam.
Menurut Wali Kota Bogor ini, demokrasi di PAN memungkinkan semua bisa terjadi pada kongres nanti. Ketum nanti bisa dipilih secara konsensus, bisa juga dengan pemungutan suara. "Itu relatif, tapi yang pasti setelah kongres kita bersama kembali. Tidak pernah ada PAN sempalan," tandasnya.
(zik)