Studi Kelayakan PLTN Kalimantan Barat Dilaksanakan Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) akan melakukan studi kelayakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di daerah Kalimantan Barat.
Menurut Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan, studi kelayakan dilakukan pada tahun ini. .
“Untuk setiap proyek apa pun selalu dimulai dengan pra-proyek. Studi kelayakan dari pra-proyek di mana pun pasti dilakukan, demikian juga dengan PLTN harus membuat studi kelayakan,” tuturnya.
Dia melanjutkan, bedanya studi kelayakan untuk PLTN sedikit berbeda dengan proyek-proyek lain. “Kalau kita sudah punya potensial tapak, nanti kita lihat apakah tapak potensial itu memenuhi kriteria-kriteria untuk dibangun PLTN. Kalau memenuhi kira-kira bisa menampung daya berapa megawatt, dan sebagainya. Itu yang akan dilakukan di dalam fase pra-proyek itu,” tuturnya.
Menurut dia, setelah pra-proyek adalah hal yang sama dengan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang lain, tapi PLTN lebih menekankan pada tapak proyek.
BATAN juga akan melakukan studi pemilihan teknologinya. "Kalau sudah tahu tapak maka dilanjutkan dengan pencarian teknologi yang paling siap dan cocok untuk diadopsi dalam pembangunan tersebut,
Setelah itu, lannut dia, ke arah penyiapan sumber daya manusianya. “Sesuai dengan penugasan kami, studi kelayakannya akan dilakukan untuk daerah Kalimantan Barat. Sekali lagi, ini bukan Batan yang memilih itu tetapi ini tentu diskusi yang panjang antara pihak Menristek Dikti saat itu dengan pemda Kalbar,” katanya.
Studi kelayakan akan berlangsung selama dua hingga tiga tahun. Salah satunya dalam memilih tapak proyek.
Meskipun secara umum Kalimantan itu relatif aman dari ancaman bencana, kata dia, tidak bisa melaksanakan proyek secara sembarangan.
"Memang harus melakukan studi. Pihaknya juga harus sosialisasi ke masyarakat karena sesuai perintah gubernur maka harus ada juga pendekatan ke masyarakat," tuturnya.
Dalam melaksanakan study kelayakan, Batan tidak sendirian. Pertama, kerja sama dengan pemprov dan pemkab lokasi studi.
Karena, sambung dia, yang tahu persis daerah itu adalah pemprov. Kemudian juga dengan PT Indonesia Power. Batan sudah melakukan kerja sama dengan mereka.
“Akhir tahun yang lalu saya berkesempatan menandatangani MoU dengan PT Indonesia Power untuk melakukan studi di sana. Mungkin nanti kami akan melibatkan beberapa universitas,” tuturnya.
Menurut Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan, studi kelayakan dilakukan pada tahun ini. .
“Untuk setiap proyek apa pun selalu dimulai dengan pra-proyek. Studi kelayakan dari pra-proyek di mana pun pasti dilakukan, demikian juga dengan PLTN harus membuat studi kelayakan,” tuturnya.
Dia melanjutkan, bedanya studi kelayakan untuk PLTN sedikit berbeda dengan proyek-proyek lain. “Kalau kita sudah punya potensial tapak, nanti kita lihat apakah tapak potensial itu memenuhi kriteria-kriteria untuk dibangun PLTN. Kalau memenuhi kira-kira bisa menampung daya berapa megawatt, dan sebagainya. Itu yang akan dilakukan di dalam fase pra-proyek itu,” tuturnya.
Menurut dia, setelah pra-proyek adalah hal yang sama dengan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang lain, tapi PLTN lebih menekankan pada tapak proyek.
BATAN juga akan melakukan studi pemilihan teknologinya. "Kalau sudah tahu tapak maka dilanjutkan dengan pencarian teknologi yang paling siap dan cocok untuk diadopsi dalam pembangunan tersebut,
Setelah itu, lannut dia, ke arah penyiapan sumber daya manusianya. “Sesuai dengan penugasan kami, studi kelayakannya akan dilakukan untuk daerah Kalimantan Barat. Sekali lagi, ini bukan Batan yang memilih itu tetapi ini tentu diskusi yang panjang antara pihak Menristek Dikti saat itu dengan pemda Kalbar,” katanya.
Studi kelayakan akan berlangsung selama dua hingga tiga tahun. Salah satunya dalam memilih tapak proyek.
Meskipun secara umum Kalimantan itu relatif aman dari ancaman bencana, kata dia, tidak bisa melaksanakan proyek secara sembarangan.
"Memang harus melakukan studi. Pihaknya juga harus sosialisasi ke masyarakat karena sesuai perintah gubernur maka harus ada juga pendekatan ke masyarakat," tuturnya.
Dalam melaksanakan study kelayakan, Batan tidak sendirian. Pertama, kerja sama dengan pemprov dan pemkab lokasi studi.
Karena, sambung dia, yang tahu persis daerah itu adalah pemprov. Kemudian juga dengan PT Indonesia Power. Batan sudah melakukan kerja sama dengan mereka.
“Akhir tahun yang lalu saya berkesempatan menandatangani MoU dengan PT Indonesia Power untuk melakukan studi di sana. Mungkin nanti kami akan melibatkan beberapa universitas,” tuturnya.
(dam)