Pemerintah Fokus Tangani Kesehatan Masyarakat Pascabanjir

Sabtu, 04 Januari 2020 - 07:02 WIB
Pemerintah Fokus Tangani...
Pemerintah Fokus Tangani Kesehatan Masyarakat Pascabanjir
A A A
JAKARTA - Genangan banjir yang merendam sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Ibu Kota Jakarta, bisa jadi hanya beberapa hari. Namun, dampak dari bencana itu bisa berbulan-bulan, terutama mengantsipasi dan menangani munculnya penyakit-penyakit pascabanjir.

Faktanya, setelah banjir menggenangi Kota Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, dan sejumlah daerah lainnya di Indonesia pada hari pertama 2020 (1/1), kini sudah mulai surut. Namun, potensi penyebaran penyakit pascabanjir dinilai masih tinggi, terutama penyakit yang timbul dari lingkungan.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, pengendalian lingkungan sangat penting pada saat genangan air mulai surut. Sebab, saat itu akan muncul berbagai hama yang mati terbawa banjir seperti tikus.

''Kita harus melakukan pest control. Kita belum tahu apa yang terjadi, apa yang terbawa pada saat banjir. Kita harus mengantisipasi itu semua. Nomor satu yang penting sekarang warga selamat, tinggal kita pikirkan jangan sampai ada yang sakit karena dampak dari banjir,'' kata Menkes Terawan, saat mengunjungi Posko Bencana Banjir di Cengkareng, Universitas Borobudur, dan Perumahan Pondok Gede Permai, Bekasi, Jawa Barat.

Menurutnya, hampir seluruh wilayah yang dikunjunginya memiliki kondisi sama, yakni bagaimana mencegah terjadinya penyakit yang timbul dari lingkungan. Kementerian Kesehatan sendiri telah mengirimkan bantuan berupa ribuan kit kesehatan lingkungan. Kit tersebut terdiri dari 5.000 tablet desinfektan air, 25 paket hygiene kit individu, 4.500 lembar polybag ramah lingkungan, 2.500 masker kain N95, 30 kit APD Kit Food Handler, 12 pack repellent lalat, dan 2 pasang sepatu boot.

”Langkah berikut oleh pemerintah daerah jelas mengerahkan seluruh warga melakukan pembersihan, dan juga semua Kementerian terkait pasti akan membantu. Apalagi, kita lihat banyak juga dari sukarelawan, TNI, Polri, semua bahu membahu,” ucap Menkes Terawan.

Berdasarkan pantauan dari kunjungan tersebut, dia melihat betul di lapangan saat mereka melakukan pembersihan, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan wabah penyakit, seperti diare, ISPA, maupun penyakit Pes yang berasal dari tikus.

Untuk mengantisipasi wabah penyakit tersebut, saat ini sudah ada lebih dari 300 Posko Kesehatan di wilayah Jabodetabek. ”Semua bekerja sama, Kemenkes, Dinkes, TNI, Polri, semua bersama-sama bergotong royong ingin mengentaskan masalah ini,” kata Menkes Terawan, dalam laman kementeriannya.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugihantono menambahkan, pada musim penghujan ini, bahkan banjir seperti sekarang ini, penyakit leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang akan mengancam masyarakat. Penyakit ini menular lewat urine atau kotoran tikus yang mengandung bakteri leptospira.

Leptospirosis bisa terjadi di mana saja karena tikus ada di banyak wilayah. Meskipun berbahaya karena banyak menelan korban jiwa, obatnya tidak terlalu susah. Warga dapat mendapatkannya di puskesmas-puskesmas terdekat.

"Tetapi diagnosanya harus diketahui dari awal, maka perlu sekali setelah terkena banjir jika demam tinggi langsung berobat ke dokter," ungkapnya.

Selain itu, yang menjadi masalah saat musim hujan bahkan banjir adalah tercemarnya sumur air bersih warga. Jika diminum airnya akan mengakibatkan diare, muntah atau penyakit yang lebih serius seperti tipes, kolera, dan disentri.

Setelah musim hujan, banyak air menggenang yang memungkinkan nyamuk bertelur kemudian telur menetas membuat populasi nyamuk semakin bertambah. Penyakit demam berdarah, malaria, hingga cikungunya pun mengancam warga.

Langkah yang dilakukan Kemenkes saat ini adalah mendorong untuk setiap dinas kesehatan di daerah untuk mendekatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan masyarakat. Jika sampai terjadi banjir, mereka diwajibkan membuat posko kesehatan di pengungsian.

"Wilayah yang tidak terdampak banjir, tim medis dari puskesmas juga harus lebih dekat dengan warga. Mengunjungi posyandu untuk sosialisasi atau pemeriksaan lain," imbau Anung.

Posko kesehatan yang ada di pengungsian seluruhnya tanggung jawab dinkes daerah. Kemenkes hanya membantu memback up jika mengalami kekurangan. Sebab, setiap daerah sudah disediakan dana alokasi khusus bidang kesehatan.

Kepala Dinkes Kabupaten Serang Agus Kusumayadi, misalnya, langsung menginstruksikan jajarannya untuk menggerakkan siaga bencana bidang kesehatan di masing-masing wilayah puskesmas setelah mendengar terjadinya bencana banjir. Dia meminta timnya berkoordinasi dengan kepala desa, kecamatan, Polsek, Danramil, serta BPDP setempat.

"Untuk posko kesehatan dilaksanakan oleh puskesmas di wilayah kerja masing-masing dilakukan selama masih dapat ditanggulangi puskesmas tersebut. Untuk selanjutnya akan dikirim tenaga dari wilayah puskesmas terdekat untuk membantu, atau bila wilayah terdampak banjir sudah meluas, akan dikirim tenaga dari dinkes," katanya.

Demikian pula dengan logistik obat, selama mencukupi akan ditangani lewat persediaan puskesmas. Tetapi bila diperlukan akan segera dikirim tambahan dari Gudang Farmasi Kabupaten. Setiap saat bila ada permintaan dari puskesmas, Dinkes melakukan pemantauan kondisi terkini melalui laporan puskesmas.

Sementara itu, pengamat kesehatan Soewarta Kosen juga menyatakan bahwa bahwa penyakit yang bisa mewabah di setiap daerah adalah leptospirosis. Kotoran tikus larvanya bisa menembus kulit.

"Makanya anak-anak harus dilarang bermain di genangan air saat banjir, itu berbahaya sekali," ujarnya.

Soewarta menambahkan, walaupun tidak ada banjir, jika ada kotoran tikus di makanan lalu termakan manusia, maka dia bisa langsung terkena.Karena itu, Soewarta berharap, sosialisasi bahaya leptospirosis itu bukan hanya saat ada kasus saja pada musim hujan. Masyarakat harus selalu diingatkan, sehingga bila terdiagnosa penyakit itu dapat diobati dengan segera. Yang sulit menyembuhkannya jika penyakit tersebut sudah lama bersemayam dalam tubuh manusia.

Dia juga meminta gubernur untuk menjadikan banjir sebagai kejadian darurat bencana. "Dengan adanya pernyataan itu, pemerintah pusat dapat menurunkan bantuan dengan benar karena ada dasarnya," desaknya.

Hal itu sama seperti wabah difteri di Jawa Timur. Lantaran tidak ada pernyataan darurat bencana, akhirnya tidak ada bantuan dari pusat yang menyebabkan wabah itu berkembang lebih banyak. Akhirnya, wabah difteri tersebut malah menyebar ke seluruh Indonesia. (Ananda Nararya)

(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5751 seconds (0.1#10.140)