PP Muhammadiyah Ajak Masyarakat Optimismis Hadapi Tahun 2020
A
A
A
JAKARTA - Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah mengajak semua umat beragama dan bangsa Indonesia menghadapi tahun 2020 dengan optimistis.
"Sebagai umat beragama dan bangsa yang besar kita harus menghadapi tahun 2020 dengan optimistis," kata Sekjen Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti kepada SINDOnews, Senin (30/12/2019). (Baca juga: PP Muhammadiyah Minta Majelis Taklim Tidak Dikaitkan dengan Radikalisme)
Walaupun demikian, Mu’ti meminta masyarakat untuk tidak boleh terlalu percaya diri. Pasalnya masih banyak sekali tantangan sosial-politik yang kalau ditangani dengan seksama bisa menjadi malapetaka.
Mu’ti juga menyoroti bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial masih menjadi masalah yang sangat serius. "Angka pengangguran termasuk di kalangan masyarakat kota yang berpendidikan tinggi tidak dapat dipandang sebelah mata," katanya.
Saat ini, kata Mu’ti bahwa insfrastruktur sosial Indonesia kian rapuh akibat polarisasi politik yang berkepanjangan. "Residu politik pasca Pilpres 2019 masih kuat," tegasnya. (Baca juga: Ini Pendapat Ketum PP Muhammadiyah Soal Ucapan Selamat Natal)
Dia mengatakan bahwa pada tahun 2020 adalah tahun persatuan. Akan ada Pilkada di hampir 300 provinsi dan kabupaten/kota. "Ini akan menjadi ujian tersendiri. Jika infra struktur sosial tidak kuat, maka semua infra struktur fisik tidak akan banyak maknanya," tandasnya.
Masalah kemiskinan dan kesenjangan, tambah Mu’ti, bisa menjelma menjadi arus besar perlawanan terhadap pemerintah. Karena itu harus ada langkah konkrit yang langsung dirasakan masyarakat. “Mereka tak butuh lagi slogan, retorika, dan pencitraan,” katanya.
"Elite harus berubah. Tata kelola pemerintahan harus harus lebih mudah dan merakyat. Pemberantasan korupsi harus jadi prioritas dan adil, tidak tebang pilih," tegasnya.
"Sebagai umat beragama dan bangsa yang besar kita harus menghadapi tahun 2020 dengan optimistis," kata Sekjen Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti kepada SINDOnews, Senin (30/12/2019). (Baca juga: PP Muhammadiyah Minta Majelis Taklim Tidak Dikaitkan dengan Radikalisme)
Walaupun demikian, Mu’ti meminta masyarakat untuk tidak boleh terlalu percaya diri. Pasalnya masih banyak sekali tantangan sosial-politik yang kalau ditangani dengan seksama bisa menjadi malapetaka.
Mu’ti juga menyoroti bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial masih menjadi masalah yang sangat serius. "Angka pengangguran termasuk di kalangan masyarakat kota yang berpendidikan tinggi tidak dapat dipandang sebelah mata," katanya.
Saat ini, kata Mu’ti bahwa insfrastruktur sosial Indonesia kian rapuh akibat polarisasi politik yang berkepanjangan. "Residu politik pasca Pilpres 2019 masih kuat," tegasnya. (Baca juga: Ini Pendapat Ketum PP Muhammadiyah Soal Ucapan Selamat Natal)
Dia mengatakan bahwa pada tahun 2020 adalah tahun persatuan. Akan ada Pilkada di hampir 300 provinsi dan kabupaten/kota. "Ini akan menjadi ujian tersendiri. Jika infra struktur sosial tidak kuat, maka semua infra struktur fisik tidak akan banyak maknanya," tandasnya.
Masalah kemiskinan dan kesenjangan, tambah Mu’ti, bisa menjelma menjadi arus besar perlawanan terhadap pemerintah. Karena itu harus ada langkah konkrit yang langsung dirasakan masyarakat. “Mereka tak butuh lagi slogan, retorika, dan pencitraan,” katanya.
"Elite harus berubah. Tata kelola pemerintahan harus harus lebih mudah dan merakyat. Pemberantasan korupsi harus jadi prioritas dan adil, tidak tebang pilih," tegasnya.
(shf)