Diisi Figur Kompeten dan Profesional, Rotasi Pejabat Polri Diapresiasi

Minggu, 22 Desember 2019 - 16:19 WIB
Diisi Figur Kompeten dan Profesional, Rotasi Pejabat Polri Diapresiasi
Diisi Figur Kompeten dan Profesional, Rotasi Pejabat Polri Diapresiasi
A A A
JAKARTA - Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis kembali melakukan rotasi para pejabat tinggi dan menengah di beberapa posisi strategis. Terbaru, pergantian Wakapolri dan Kapolda Metro Jaya, setelah sebelumnya posisi Kabareskrim dan Kabaharkam yang juga sudah melakukan pergantian.

Dalam rotasi terbaru yang tertuang dalam Surat Telegram nomor: ST/3331/XIII/KEP./2019 ter tanggal Jumat (20/12/2019), Kapolda Metro Jaya akan dijabat Irjen Nana Sujana. Dia menggantikan Irjen Pol Gatot Eddy Pramono yang promosi menjadi Wakapolri.

Pengamat Intelijen, Pertahanan dan Keamanan yang juga Direktur Eksektif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS), Ngasiman Djoyonegoro mengapresiasi proses rotasi yang diisi figur kompeten dan profesional di posisi masing-masing. “Apresiasi buat Polri karena rotasi atau pengisian jabatan tersebut kita lihat sangat proposional dan profesional. Jabatan-jabatan strategis diisi figur-figur kompeten. Baik posisi Wakapolri, Kabareskrim, Kabarhankam dan beberapa Kapolda termasuk Kapolda Metro Jaya. Dengan komposisi dan kolektivitas kepemimpinan saat ini, kita optimis kinerja Polri kedepan akan semakin baik,” katanya kepada media di Jakarta. Minggu (22/12/2019).

Sebagaimana diketahui, Kapolri Jenderal Idham Azis telah menunjuk Irjen Pol Gatot Eddy Pramono, yang saat ini menjabat Kapolda Metro Jaya, menjadi Wakapolri. Gatot menggantikan posisi Wakapolri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto yang segera purnabakti atau pensiun akhir Desember ini.

Sementara posisinya akan diisi oleh Irjen Pol Nana yang merupakan alumni Akademi Kapolisian (Akpol) 1988, sama seperti Idham dan Gatot. Nana mengawali karier sebagai perwira pertama polisi dengan pangkat inspektur dua di Polda DIY dan selama 31 tahun berkarier di kepolisian lebih banyak bertugas di bidang intelijen.

Sementara, Irjen Pol Gatot Eddy Pramono merupakan lulusan Akpol tahun 1988 A. Pria kelahiran Solok, Sumatera Barat pada 28 Juni 1965 tersebut pernah menduduki posisi Direktur Reskrimum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya di 2011 dan Analis Kebijakan Madya Bidang Pidana Umum Bareskrim Polri pada 2012. Sebelum menjadi Kapolda Metro Jaya, Gatot bertugas sebagai Wakapolda Sulsel pada 2016, Staf Ahli Sosial Ekonomi (Sahlisosek) Kapolri pada 2017, serta Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kapolri pada 2018.

Menurut Simon, dengan rekam jejak masing-masing Pati tersebut, terlihat jelas komitmen Kapolri dalam menempatkan figur-figur terbaiknya. Hal tersebut sekaligus menampik penilaian sepihak yang menilai penunjukan Nana Sujana sebagai Kapolda Metro Jaya dan Sigit Listyo sebagai Kabareskrim bagian dari upaya penguasaan “Geng Solo” di tubuh Polri.

Terkait posisi Kabareskrim yang saat ini dijabat Sigit Listyo, pria yang akrab disapa Simon ini mengatakan, publik bisa menilai lulusan Akpol 1991 tersebut memang kompeten, berpengalaman dan berprestasi meniti karir dari bawah.

Perwira tinggi kelahiran 5 Mei 1969 tersebut pernah menjadi Kapolres Pati, Jawa Tengah. Setelah itu dia menduduki posisi Wakil Kepala Polrestabes Kota Semarang, lalu menjadi Kapolres Solo. Ketika Jokowi masih menjadi wali kota Solo di periode keduanya. “Pada 2014 beliau diangkat sebagai ajudan presiden kemudian, menjabat Kapolda Banten dengan pangkat Brigadir Jenderal. Tentu hal tersebut membuktikan bagaimana beliau berproses meniti karir dan prestasi,” katanya.

Pun demikian dengan posisi Kabaharkam yang diisi oleh Agus Andrianto yang sebelumnya menjabat Kapolda Sumatera Utara, Simon mengatakan Perwira Tinggi Kepolisian yang menjabat sebagai Kapolda Sumut sejak 13 Agustus 2018 menggantikan Irjen Pol Paulus Waterpauw tersebut berpengalaman dalam bidang reserse.

Setelah lulus dari Akpol, dia pernah bertugas di jajaran Polda Sumut di berbagai posisi, seperti Kapolsek Sumbul pada 1992, Kapolsek Parapat pada1993 serta Kapolsek Percut Seituan pada 1995. “Beliau pernah menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri pada 2016, yang juga menangani kasus penistaan agama yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dianugerahi beberapa tanda penghormatan, di antaranya Bintang Bhayangkara Pratama, SL. Pengabdian XXIV, SL. Ksatria Bhayangkara, SL. Operasi Kepolisian hingga France Medal. Saya kira jelas tidak ada geng-gengan. Semua berlangsung transparan dan profesional serta kompeten di bidangnya masing-masing. Clear itu,” tegas Simon.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4863 seconds (0.1#10.140)