Hamdan Zoelva Minta Semua Pihak Miliki Kesadaran dalam Bermedia Sosial
A
A
A
JAKARTA - Hamdan Zoelva mengatakan, penyebaran informasi saat ini sangat cepat sekali di tengah perkembangan teknologi dan digital. Hal itu disampaikan mantan Ketua Mahkamah Kontitusi (MK) itu dalam diksusi bertajuk 'Media Modern: Antara Nilai Strategis dan Ancaman Pertahanan dan Keamanan Negara di Gedung KAHMI Center, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (13/12/2019).
Menurut Hamdan, jika dulu harus ada surat izin terbit untuk membuat media, saat ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Terlebih, di era digital ini, selain munculnya media mainstream juga muncul media sosial yang setiap orang bisa memposting informasi.
"Nah dalam kondisi demikan, media memiliki posisi strategis untuk menguatkan pertahanan keamanan negara, bisa juga menjadi ancamam negara," kata Hamdan dalam paparannya.
"Kenapa kita bicara pertahanan keamanan, karena kita ingin survive dari ancama pertahanan negara, buka saja ancaman fisik, tapi juga mempertahankan ekonomi, bahkan ideologi," imbuh dia.
Hamdan menganggap, ancaman pertahanan dan keamanan negara bukan datang dari perang fisik seperti yang terjadi pada masa revolusi fisik. Saat ini, perang lebih didominasi oleh penyebaran informasi baik berkaitan dengan kepentingan ideologi, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya.
Untuk itu, Ketua Presidium Korps Alumni HMI (KAHMI) ini mengajak semua masyarakat bijak dalam menyaring dan menyalurkan informasi. Ia menganggap, media modern yang berkembang saat ini di satu sisi menguatkan pertahanan dan keamanan negara, di sisi lain berpotensi mengancam pertahahan dan keamanan negara.
"Dengan demikian lembaga ini (media modern) harus diperkuat, harus diantisipasi, terlambat sedikit saja, semenit saja bisa membuat rusuh, mempengaruhi survive kita dalam pertahanan dan keamanan. Karena itu setiap warga negara harus memiliki kesadaran bela negara dalam media sosial. Ini lah tantangan kita sebagai bangsa," tandasnya.
Menurut Hamdan, jika dulu harus ada surat izin terbit untuk membuat media, saat ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Terlebih, di era digital ini, selain munculnya media mainstream juga muncul media sosial yang setiap orang bisa memposting informasi.
"Nah dalam kondisi demikan, media memiliki posisi strategis untuk menguatkan pertahanan keamanan negara, bisa juga menjadi ancamam negara," kata Hamdan dalam paparannya.
"Kenapa kita bicara pertahanan keamanan, karena kita ingin survive dari ancama pertahanan negara, buka saja ancaman fisik, tapi juga mempertahankan ekonomi, bahkan ideologi," imbuh dia.
Hamdan menganggap, ancaman pertahanan dan keamanan negara bukan datang dari perang fisik seperti yang terjadi pada masa revolusi fisik. Saat ini, perang lebih didominasi oleh penyebaran informasi baik berkaitan dengan kepentingan ideologi, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya.
Untuk itu, Ketua Presidium Korps Alumni HMI (KAHMI) ini mengajak semua masyarakat bijak dalam menyaring dan menyalurkan informasi. Ia menganggap, media modern yang berkembang saat ini di satu sisi menguatkan pertahanan dan keamanan negara, di sisi lain berpotensi mengancam pertahahan dan keamanan negara.
"Dengan demikian lembaga ini (media modern) harus diperkuat, harus diantisipasi, terlambat sedikit saja, semenit saja bisa membuat rusuh, mempengaruhi survive kita dalam pertahanan dan keamanan. Karena itu setiap warga negara harus memiliki kesadaran bela negara dalam media sosial. Ini lah tantangan kita sebagai bangsa," tandasnya.
(pur)