Moderasi Beragama Dinilai Mampu Perkuat Kebinekaan
A
A
A
JAKARTA - Al-Wasat Institute bekerja sama dengan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menyelanggarakan Diskusi Publik Milenial bertajuk Bicara Moderasi Beragama yang digelar di Bakoel Koffie, Jakarta, Kamis (5/12/2019)
Hadir dalam acara tersebut, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) Abdurahman Mas'ud yang memberikan pengantar sekaligus membuka acara tersebut.
Adapun narasumber diskusi, yakni Peneliti Puslitbang Kemenag Muhammad Adlin Sila, Direktur Al-Wasat Institute Faozan Amar, Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah Hafizh Syafaaturrahman dengan moderator Fahmi Syahirul Alim.
Dalam sambutanya, Abdurahman Mas'ud merasa senang dengan konsep acara diskusi di kafe. "Sangat cocok membicarakan moderasi beragama bersama generasi milenial dengan suasana kedai kopi seperti ini," ujarnya. (Baca Juga: Kementerian Agama Tunjuk 11 Lembaga Akreditasi Lembaga Umrah)
Rahman menambahkan, masih banyak yang menganggap radikalisme dan intoleransi itu tidak ada di tengah-tengah masyarakat. "Riset-riset banyak bicara hal itu, itu namanya deny the truth," katanya.
Sedangkan Adlin Sila mengatakan walaupun jumlah kelompok intoleran sedikit, tapi tetap menjadi ancaman bangsa ini.
"Small is beautiful. Oleh karenanya moderasi beragama harus terus digalakkan," kata Adlin.
Menurut Hafiz, generasi milenial punya peran besar dalam menyuarakan moderasi beragama. "Sebab punya dua modal besar, yaitu nalar kritis dan inisiatif bergerak mandiri", ujar Hafiz.
Sementara itu, menurut Faozan Amar, moderasi beragama sangat urgent untuk terus disosialisasikan di tengah-tengah masyarakat majemuk.
"Karena moderasi beragama sama dengan merawat kebinekaan," ujar Faozan.
agar moderasi beragama berjalan dengan baik, kata dia, perlu keteladanan pada elite dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
Kegiatan diskusi diakhiri dengan pembagian buku Moderasi Beragama yang diterbitkan oleh Balitbang dan Diklat Kemenag kepada peserta dan narasumber.
Hadir dalam acara tersebut, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) Abdurahman Mas'ud yang memberikan pengantar sekaligus membuka acara tersebut.
Adapun narasumber diskusi, yakni Peneliti Puslitbang Kemenag Muhammad Adlin Sila, Direktur Al-Wasat Institute Faozan Amar, Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah Hafizh Syafaaturrahman dengan moderator Fahmi Syahirul Alim.
Dalam sambutanya, Abdurahman Mas'ud merasa senang dengan konsep acara diskusi di kafe. "Sangat cocok membicarakan moderasi beragama bersama generasi milenial dengan suasana kedai kopi seperti ini," ujarnya. (Baca Juga: Kementerian Agama Tunjuk 11 Lembaga Akreditasi Lembaga Umrah)
Rahman menambahkan, masih banyak yang menganggap radikalisme dan intoleransi itu tidak ada di tengah-tengah masyarakat. "Riset-riset banyak bicara hal itu, itu namanya deny the truth," katanya.
Sedangkan Adlin Sila mengatakan walaupun jumlah kelompok intoleran sedikit, tapi tetap menjadi ancaman bangsa ini.
"Small is beautiful. Oleh karenanya moderasi beragama harus terus digalakkan," kata Adlin.
Menurut Hafiz, generasi milenial punya peran besar dalam menyuarakan moderasi beragama. "Sebab punya dua modal besar, yaitu nalar kritis dan inisiatif bergerak mandiri", ujar Hafiz.
Sementara itu, menurut Faozan Amar, moderasi beragama sangat urgent untuk terus disosialisasikan di tengah-tengah masyarakat majemuk.
"Karena moderasi beragama sama dengan merawat kebinekaan," ujar Faozan.
agar moderasi beragama berjalan dengan baik, kata dia, perlu keteladanan pada elite dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
Kegiatan diskusi diakhiri dengan pembagian buku Moderasi Beragama yang diterbitkan oleh Balitbang dan Diklat Kemenag kepada peserta dan narasumber.
(dam)