Saat Sesak, Abyan Pernah Puasa 4 Hari karena Dipasang Selang
A
A
A
Abyan Adhystha Muheri, 4, aktif berlarian mengejar temannya. Sesekali juga tampak dia yang justru dikejar. Tubuh mungilnya terus bergerak memulai aktivitas rutin pagi hari anak-anak TK sembari menunggu bel masuk sekolah.
Di depan pagar sekolah, Yeyen, 32, mengawasi Abyan putra sulungnya, yang sejak usia empat bulan sudah keluar masuk IGD rumah sakit. Abyan kecil juga sudah terbiasa dengan obat, bahkan jarum suntik saat pemasangan infus. Jika melihat Abyan kini aktif dan ceria, Yeyen pun begitu bersyukur. Harapannya terwujud membesarkan anaknya setelah berjuang melawan pneumonia.
Yeyen bercerita bagaimana dulu dia harus rutin pergi ke dokter untuk memeriksa pneumonia yang didiagnosa dokter saat Abyan berusia 5 bulan. Pada saat anak-anak lain sudah mulai terlihat perkembangan setiap bulan, Abyan malah sering menangis dan sesak sehingga tidak nyaman untuk menyusu. Hal ini yang membuatnya kelaparan, sehingga selalu menangis sepanjang hari. Bahkanm sesekali Abyan muntah karena tidak kuat menahan sesak.
"Setiap sesak dibawa ke dokter, pernah parah sampai puasa 4 hari karena harus dipasang selang. Cek mantuk ternyata memang ada flek juga," ungkap Yeyen.
Flek yang terdapat di paru-paru membuat Abyan harus menjalani pengobatan selama setahun. Bahkan, sempat diminta masuk ICU hingga dibawa ke rumah sakit khusus penyakit paru.
Saat menjalani pengobatan flek, setiap hari Yeyen dan suami berbagi tugas untuk memberi obat dengan berbagai cara. Tidak mudah bagi anak balita mengonsumsi obat terus-menerus.
Alasan terjangkit pneumonia pun tidak diketahui jelas. Sebab, penyakit ini disebabkan bakteri yang menyerang paru-paru, yang umumnya disebut streptococcus pneumoniae. Bakteri lainya adalah chlamydophila pneumonia.
Dahulu banyak persepsi bahwa sang anak tertular batuk atau dari asap rokok, padahal suami Yeyen bukan perokok. Bahkan, lingkungan rumah mereka pun bersih dari asap rokok.
"Saat mau lahiran memang ada kendala, ketuban saya pecah duluan tetapi tidak ada pembukaan. Besoknya tidak ada gerakan dari bayi langsung segera diinduksi. Kata dokter, Abyan sudah kekurangan oksigen saat lahir kemugkinan terjangkit virus saat dilahirkan," cerita Yeyen.
Bulan-bulan selanjutnya Yeyen sudah rutin memberikan vaksin seperti DPT dan BCG pada usia dua bulan. Nasib berkata lain justru pneumonia yang masih jarang vaksinnya di Indonesia ini malah menyerang sang anak.
Jika suatu hari vaksin pneumonia diwajibkan oleh pemerintah, Yeyen sangat mendukung. "Biar tidak ada lagi orang tua seperti saya. Tidak tega juga melihat anak sekecil itu sesak nafas dan harus minum obat terus menerus. Semua orang kasihan sampai didoain Pak Ustadz dan disuruh ganti nama," ujarnya.
Abyan pun kini dipanggil Kiki dari nama barunya, Muhamad Riski Aulia, yang disematkan seorang Ustads setelah melihat Abyan kecil yang sakit-sakitan. Beruntung bukan hanya sekadar meminta doa, pengobatan medis pun dilakukan.
Kini, berkat cepat ditangani dan rajin minum obat Abyan dinyatakan sembuh. Beruntungnya lagi, kekhawatiran ada efek kimia dari obat yang sudah dikonsumsi sang anak dari usia 4 bulan ternyata tidak berdampak signifikan untuk tumbuh kembangnya. (Ananda Nararya)
Di depan pagar sekolah, Yeyen, 32, mengawasi Abyan putra sulungnya, yang sejak usia empat bulan sudah keluar masuk IGD rumah sakit. Abyan kecil juga sudah terbiasa dengan obat, bahkan jarum suntik saat pemasangan infus. Jika melihat Abyan kini aktif dan ceria, Yeyen pun begitu bersyukur. Harapannya terwujud membesarkan anaknya setelah berjuang melawan pneumonia.
Yeyen bercerita bagaimana dulu dia harus rutin pergi ke dokter untuk memeriksa pneumonia yang didiagnosa dokter saat Abyan berusia 5 bulan. Pada saat anak-anak lain sudah mulai terlihat perkembangan setiap bulan, Abyan malah sering menangis dan sesak sehingga tidak nyaman untuk menyusu. Hal ini yang membuatnya kelaparan, sehingga selalu menangis sepanjang hari. Bahkanm sesekali Abyan muntah karena tidak kuat menahan sesak.
"Setiap sesak dibawa ke dokter, pernah parah sampai puasa 4 hari karena harus dipasang selang. Cek mantuk ternyata memang ada flek juga," ungkap Yeyen.
Flek yang terdapat di paru-paru membuat Abyan harus menjalani pengobatan selama setahun. Bahkan, sempat diminta masuk ICU hingga dibawa ke rumah sakit khusus penyakit paru.
Saat menjalani pengobatan flek, setiap hari Yeyen dan suami berbagi tugas untuk memberi obat dengan berbagai cara. Tidak mudah bagi anak balita mengonsumsi obat terus-menerus.
Alasan terjangkit pneumonia pun tidak diketahui jelas. Sebab, penyakit ini disebabkan bakteri yang menyerang paru-paru, yang umumnya disebut streptococcus pneumoniae. Bakteri lainya adalah chlamydophila pneumonia.
Dahulu banyak persepsi bahwa sang anak tertular batuk atau dari asap rokok, padahal suami Yeyen bukan perokok. Bahkan, lingkungan rumah mereka pun bersih dari asap rokok.
"Saat mau lahiran memang ada kendala, ketuban saya pecah duluan tetapi tidak ada pembukaan. Besoknya tidak ada gerakan dari bayi langsung segera diinduksi. Kata dokter, Abyan sudah kekurangan oksigen saat lahir kemugkinan terjangkit virus saat dilahirkan," cerita Yeyen.
Bulan-bulan selanjutnya Yeyen sudah rutin memberikan vaksin seperti DPT dan BCG pada usia dua bulan. Nasib berkata lain justru pneumonia yang masih jarang vaksinnya di Indonesia ini malah menyerang sang anak.
Jika suatu hari vaksin pneumonia diwajibkan oleh pemerintah, Yeyen sangat mendukung. "Biar tidak ada lagi orang tua seperti saya. Tidak tega juga melihat anak sekecil itu sesak nafas dan harus minum obat terus menerus. Semua orang kasihan sampai didoain Pak Ustadz dan disuruh ganti nama," ujarnya.
Abyan pun kini dipanggil Kiki dari nama barunya, Muhamad Riski Aulia, yang disematkan seorang Ustads setelah melihat Abyan kecil yang sakit-sakitan. Beruntung bukan hanya sekadar meminta doa, pengobatan medis pun dilakukan.
Kini, berkat cepat ditangani dan rajin minum obat Abyan dinyatakan sembuh. Beruntungnya lagi, kekhawatiran ada efek kimia dari obat yang sudah dikonsumsi sang anak dari usia 4 bulan ternyata tidak berdampak signifikan untuk tumbuh kembangnya. (Ananda Nararya)
(nfl)