Relawan Jokowi Sebut Terlalu Dini Menilai Kinerja Kabinet
A
A
A
JAKARTA - Relawan Jokowi atau Rejo menilai masih terlalu dini memberikan penilaian tentang kinerja Kabinet Indonesia Maju.
Menurut Rejo, terlalu prematur jika ada lembaga survei yang melakukan kajian lantas mengumumkannya kepada pubik atas tingkat kepercayaan kepada Kabinet Indonesia Maju yang baru dilantik pada 23 Oktober lalu.
"Dalam rentang 30 hari bertugas, terutama menteri yang baru bergabung, mereka sedang berusaha keras untuk memformulasikan skala prioritas yang akan dijalankan sebagai jawaban dari penugasan sesuai visi misi presiden dan wakil presiden sekaligus evaluasi atas berbagai kekurangan di masa sebelumnya," tutur Ketua umum ReJO HM Darmizal kepada wartawan, Senin (25/11/2019).
Menurut dia, Kabinet Indonesia Maju yang baru dilantik seyogyanya diberikan waktu 100 hari untuk bekerja. Setelah 100 hari mereka bekerja, pasti akan ada evaluasi untuk melihat performance para pembantu Presiden. Apakah kinerja mereka berhasil sebagaimana yang diharapkan publik, ataukah hanya berlari di tempat tanpa arah tanpa kemajuan.
"Atau bahkan hanya sekadar gaya-gayaan membangun citra sebagai menteri dan pejabat tinggi negara," tuturnya. (Baca Juga: Angkat Staf Khusus Milenial, Jokowi: Saya Butuh Gagasan dan Inovasi Baru)
Kendati demikian, dia menghormati hasil kajian dari sembaga lembaga survei itu. Karena, sambung dia, hasil survei harus berdasarkan kajian ilmiah dan dapat dipertaggungjawabkan metodologi dan hasilnya.
Darmizal juga mengingatkan agar survei tidak berdasarkan atas pesanan kelompok dan tujuan tertentu.
"Seperti ingin menghantam seseorang yang telah dibidik untuk menjadi target. Dalam artian yang lebih sederhana, hasil survei tidaklah ditujukan untuk mengganggu reputasi seseorang atau lembaga," tuturnya.
Dia mengingatkan survei jangan dijadikan sebagai alat demi memuaskan orang atau kelompok tertentu. Pengambilan sampling harus dilakukan sesuai metodologi dan sebaran responden yang betul-betul mewakili secara keseluruhan. Tidak ada sama sekali unsur like or dislike," tuturnya.
Dia juga meminta seseorang atau lembaga yang disurvei tidak perlu meradang dan menelan mentah-mentah hasil yang dipublikasikan.
Hasil survei dikatakannya harus dipandang sebagai motivasi pemicu bekerja lebih tangkas, lebih cepat, efektif dan lebih efisien. Masih lebih banyak rakyat yang paham bahwa pimpinan lembaga tersebut sudah bekerja maksimal dan semakin profesional.
"Tidak perlu meradang atau tersinggung dan marah, kemudian menolak mentah-mentah hasil survei itu. Jika tidak puas, lakukan survei tandingan dengan lembaga yang dipandang lebih kredible dan publikasikan lebih luas. Survei jawab dengan survei. Saya termasuk orang yang percaya bahwa Mendagri Prof Tito Karnavian bekerja profesional dan on the track," tuturnya.
Sebelumnya, pada Sabtu 23 November 2019 lalu, Lembaga survei Indonesia Opinion (IPO) merilis hasil survei respons publik atas Susunan Kabinet Indonesia Maju. Survei tersebut digelar pada Oktober-November 2019 terhadap 800 responden. Survei dilakukan menggunakan metode purposive sampling dengan batas kesalahan (margin of error) 4,5% dan tingkat kepercayaan 95%.
Dalam survei tersebut, IPO mencatat 64% optimistis terhadap susunan kabinet. Sementara 23% menyatakan tidak optimistis, 9% mengatakan ragu, sedangkan 4% sisanya tak memberi jawaban.
Survei tersebut juga menanyakan tingkat popularitas, kepercayaan, dan keraguan publik terhadap pejabat menteri Kabinet Indonesia Maju. Tingkat kepercayaan publik pada Tito hanya 1%. Tingkat keraguan publik terhadap Tito juga termasuk besar, yakni 14,7%, di bawah Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yakni 15,2%.
Menurut Rejo, terlalu prematur jika ada lembaga survei yang melakukan kajian lantas mengumumkannya kepada pubik atas tingkat kepercayaan kepada Kabinet Indonesia Maju yang baru dilantik pada 23 Oktober lalu.
"Dalam rentang 30 hari bertugas, terutama menteri yang baru bergabung, mereka sedang berusaha keras untuk memformulasikan skala prioritas yang akan dijalankan sebagai jawaban dari penugasan sesuai visi misi presiden dan wakil presiden sekaligus evaluasi atas berbagai kekurangan di masa sebelumnya," tutur Ketua umum ReJO HM Darmizal kepada wartawan, Senin (25/11/2019).
Menurut dia, Kabinet Indonesia Maju yang baru dilantik seyogyanya diberikan waktu 100 hari untuk bekerja. Setelah 100 hari mereka bekerja, pasti akan ada evaluasi untuk melihat performance para pembantu Presiden. Apakah kinerja mereka berhasil sebagaimana yang diharapkan publik, ataukah hanya berlari di tempat tanpa arah tanpa kemajuan.
"Atau bahkan hanya sekadar gaya-gayaan membangun citra sebagai menteri dan pejabat tinggi negara," tuturnya. (Baca Juga: Angkat Staf Khusus Milenial, Jokowi: Saya Butuh Gagasan dan Inovasi Baru)
Kendati demikian, dia menghormati hasil kajian dari sembaga lembaga survei itu. Karena, sambung dia, hasil survei harus berdasarkan kajian ilmiah dan dapat dipertaggungjawabkan metodologi dan hasilnya.
Darmizal juga mengingatkan agar survei tidak berdasarkan atas pesanan kelompok dan tujuan tertentu.
"Seperti ingin menghantam seseorang yang telah dibidik untuk menjadi target. Dalam artian yang lebih sederhana, hasil survei tidaklah ditujukan untuk mengganggu reputasi seseorang atau lembaga," tuturnya.
Dia mengingatkan survei jangan dijadikan sebagai alat demi memuaskan orang atau kelompok tertentu. Pengambilan sampling harus dilakukan sesuai metodologi dan sebaran responden yang betul-betul mewakili secara keseluruhan. Tidak ada sama sekali unsur like or dislike," tuturnya.
Dia juga meminta seseorang atau lembaga yang disurvei tidak perlu meradang dan menelan mentah-mentah hasil yang dipublikasikan.
Hasil survei dikatakannya harus dipandang sebagai motivasi pemicu bekerja lebih tangkas, lebih cepat, efektif dan lebih efisien. Masih lebih banyak rakyat yang paham bahwa pimpinan lembaga tersebut sudah bekerja maksimal dan semakin profesional.
"Tidak perlu meradang atau tersinggung dan marah, kemudian menolak mentah-mentah hasil survei itu. Jika tidak puas, lakukan survei tandingan dengan lembaga yang dipandang lebih kredible dan publikasikan lebih luas. Survei jawab dengan survei. Saya termasuk orang yang percaya bahwa Mendagri Prof Tito Karnavian bekerja profesional dan on the track," tuturnya.
Sebelumnya, pada Sabtu 23 November 2019 lalu, Lembaga survei Indonesia Opinion (IPO) merilis hasil survei respons publik atas Susunan Kabinet Indonesia Maju. Survei tersebut digelar pada Oktober-November 2019 terhadap 800 responden. Survei dilakukan menggunakan metode purposive sampling dengan batas kesalahan (margin of error) 4,5% dan tingkat kepercayaan 95%.
Dalam survei tersebut, IPO mencatat 64% optimistis terhadap susunan kabinet. Sementara 23% menyatakan tidak optimistis, 9% mengatakan ragu, sedangkan 4% sisanya tak memberi jawaban.
Survei tersebut juga menanyakan tingkat popularitas, kepercayaan, dan keraguan publik terhadap pejabat menteri Kabinet Indonesia Maju. Tingkat kepercayaan publik pada Tito hanya 1%. Tingkat keraguan publik terhadap Tito juga termasuk besar, yakni 14,7%, di bawah Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yakni 15,2%.
(dam)