Gerakan Mahasiswa Dinilai Telah Siuman dan Punya Keresahan Bersama
A
A
A
JAKARTA - Perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jakarta, Andi Prayoga menganggap, aksi demonstrasi yang dilakukan kalangan mahasiswa pada 23-24 September di depan Gedung MPR/DPR dan beberapa titik di Jakarta kemarin terbilang massif.
Hal ini dikatakan Andi dalam diskusi Polemik MNC Trijaya FM bertajuk 'Demo Mahasiswa, Aksi dan Subtansi' di Cafe d'Consulate, Menteng, Jakarta, Sabtu (28/9/2019).
"Tetapi aksi Demonstrasi yang besar-besaran itu kan bukan sesuatu yang katakanlah sesuatu yang aneh, justru sejarah kita mencatat bahwa 1966 ada Tritura," kata Andi.
(Baca juga: Ketua Dewan Pembina Golkar Minta Tokoh Muda Beringin Jaga Soliditas Partai)
Andi menuturkan, maraknya aksi demonstrasi di kalangan mahasiswa dengan jumlah yang besar sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Sebelumnya, sejarah aksi mahasiswa juga besar di era 76 dengan istilah Malari dan aksi reformasi tahun 1998.
Dengan begitu kata Andi, sesungguhnya negara telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa melalui gerakan massa untuk menyampaikan pendapat dan keresahan atas sebuah kebijakan pemerintah.
Menurut Andi, munculnya gerakan massa yang terjadi kemarin menjadi momentun mahasiswa yang telah siuman dari tidurnya dan melihat keresahan yang terjadi atas lahirnya UU KPK dan RKUHP yang dipandang cukup kontroversial.
Andi pun menegaskan, aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dengan jumlah besar itu murni aksi untuk merespons keresahan yang terjadi di masyarakat. Ia meyakini aks tersebut, aman ditunggangi pihak-pihak tertentu.
"Semua gerakan mahasiswa murni berangkat dari keresahan kita bersama karena saya lihat tuntutan mahasiswa itu sendiri itu hampir sama seluruh Indonesia, ya gak keluar dari UU KPK RKUHP yang berkaitan RKUHP yang soal penghinaan presiden itu kan dikrritik juga. Jadi saya pikir ini tidak ditunggangi ini semua keresahan masyarakat Indonesia dan mahasiswa," pungkasnya.
Hal ini dikatakan Andi dalam diskusi Polemik MNC Trijaya FM bertajuk 'Demo Mahasiswa, Aksi dan Subtansi' di Cafe d'Consulate, Menteng, Jakarta, Sabtu (28/9/2019).
"Tetapi aksi Demonstrasi yang besar-besaran itu kan bukan sesuatu yang katakanlah sesuatu yang aneh, justru sejarah kita mencatat bahwa 1966 ada Tritura," kata Andi.
(Baca juga: Ketua Dewan Pembina Golkar Minta Tokoh Muda Beringin Jaga Soliditas Partai)
Andi menuturkan, maraknya aksi demonstrasi di kalangan mahasiswa dengan jumlah yang besar sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Sebelumnya, sejarah aksi mahasiswa juga besar di era 76 dengan istilah Malari dan aksi reformasi tahun 1998.
Dengan begitu kata Andi, sesungguhnya negara telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa melalui gerakan massa untuk menyampaikan pendapat dan keresahan atas sebuah kebijakan pemerintah.
Menurut Andi, munculnya gerakan massa yang terjadi kemarin menjadi momentun mahasiswa yang telah siuman dari tidurnya dan melihat keresahan yang terjadi atas lahirnya UU KPK dan RKUHP yang dipandang cukup kontroversial.
Andi pun menegaskan, aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dengan jumlah besar itu murni aksi untuk merespons keresahan yang terjadi di masyarakat. Ia meyakini aks tersebut, aman ditunggangi pihak-pihak tertentu.
"Semua gerakan mahasiswa murni berangkat dari keresahan kita bersama karena saya lihat tuntutan mahasiswa itu sendiri itu hampir sama seluruh Indonesia, ya gak keluar dari UU KPK RKUHP yang berkaitan RKUHP yang soal penghinaan presiden itu kan dikrritik juga. Jadi saya pikir ini tidak ditunggangi ini semua keresahan masyarakat Indonesia dan mahasiswa," pungkasnya.
(maf)