Akbar Tanjung Keberatan Golkar Kerja Sama dengan Partai Komunis China

Sabtu, 28 September 2019 - 09:06 WIB
Akbar Tanjung Keberatan...
Akbar Tanjung Keberatan Golkar Kerja Sama dengan Partai Komunis China
A A A
JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tanjung merasa keberatan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartato melakukan pertemuan dengan Kepala Politik Biro Hubungan Internasional Partai Komunis China (ID CPC) Song Tao dalam pertemuan yang diselenggarakan di Hotel Shangri-La, Jakarta Selatan, Sabtu (21/9/2019) lalu.

Pertemuan antara kedua tokoh politik dari kedua belah negara ini sejatinya untuk membicarakan kerja sama antar partai, salah satunya dengan program pertukaran kader. Airlangga mengatakan, program pertukaran kader ini bertujuan agar adanya studi banding untuk mendalami wawasan mengenai pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Namun hal itu mendapat tanggapan negatif dari Politikus Senior Partai Golkar, Akbar Tanjung. Dia menilai apa yang dilakukan DPP Partai Golkar sudah keluar dari ghiroh Partai Golkar saat pertama kali diberdirikan pada 20 Oktober tahun 1964 lalu.

"Seyogyanya DPP partai Golkar tidak perlu harus melakukan kerja sama seperti seolah olah antara kedua partai itu ada kedekatan-kedekatan gitu loh, bahkan ada kedekatan, keharmonisan dan kesederajatan. Berdirinya Golkar tidak lain adalah dalam rangka membela dan mempertahankan pancasila, karena pada waktu itu, nuansa dari kekuatan partai komunis sudah mulai menguat gitu loh, jadi keberadaan Golkar itu juga dalam semangat anti komunis," ujar Akbar saat dihubungi SINDOnews, Jumat (27/9/2019).

Akbar menerangkan, saat dirinya menerima kabar tersebut ia merasa kaget seolah tidak memercayai hal tersebut. Karena Partai Golkar sendiri berideologi Pancasila dan sangat menjaga hal itu.

"Padahal kan dari sisi ideologi jelaskan, Partai Golkar itu ideologinya Pancasila, kelahiran Partai Golkar juga dalam rangka memertahankan, membela mengamankan Pancasila secara implisit, di situ jelas bahwa anti kepada komunis," jelasnya.

Akbar melanjutkan, jika DPP Partai Golkar ingin menjalin kerja sama dengan partai dari luar negeri maka harus melihat ideologi partai yang dianut, sehingga tidak memberi kesan bahwa Golkar sedang bermesraan dengan partai-partai yang memiliki ideologi komunis.

"Nah sekarang untuk apa kita bekerja sama dengan kekuatan komunis China dan menggambarkan seolah olah kita ada kedekatan, kalau misalnya kita mengadakan semacam studi saja tentang partai partai di luar negeri ya, misalnya katakan LDP Partai Jepang atau Amno Malaysia itu ga apa apa, karena memang ideologinya mereka bukan ideologi komunis, tapi kalau partainya berideologi komunis masa kita membangun kedekatan itu aja yang saya tidak setuju, karena Golkar lahir kan dalam rangka membela dan memertahankan Pancasila dan juga dalam semangat antikomunis," tandasnya.

Sebelumnya, Airlangga melakukan pertemuan dengan Kepala Polit Biro Hubungan Internasional Partai Komunis China (ID CPC) Song Tao. Dalam pertemuan itu, Airlangga didampingi Sekjen Golkar Lodewijk Freiderich, Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita, Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily, serta Politikus Golkar Nurul Arifin.

Airlangga Hartarto menyebut Song Tao sepakat melanjutkan program pertukaran kader. Hal ini bertujuan agar para kader melakukan studi banding.

"Selama ini sudah terjadi pertukaran studi berjalan sejak lama antara PKT (Partai Komunis Tiongkok) dan Partai Golkar, kita rata-rata bisa mengirim kader ke sana (China) 15 orang per tahun. Mereka punya kekuatan di studi pembangunan, di mana studi pembangunan itu mempunyai program untuk kesejahteraan dengan masyarakat," kata Airlangga seusai pertemuan di Hotel Shangri-La, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu (21/9/2019).

Selain menyepakati kerja sama antarpartai, Airlangga mengaku membahas terkait perindustrian di Indonesia. Seperti diketahui, Sang Tao juga merupakan Penasihat Hubungan Luar Negeri Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT)/anggota Komisi Urusan Luar Negeri RRT.

"Kita bahas juga soal investasi China di Indonesia, termasuk di bidang mineralisasi logam, seperti di Morowali ataupun industri otomotif," pungkasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0189 seconds (0.1#10.140)