Batal Bacakan Doa di Sidang MPR, Keponakan Prabowo Sedih

Jum'at, 27 September 2019 - 14:53 WIB
Batal Bacakan Doa di Sidang MPR, Keponakan Prabowo Sedih
Batal Bacakan Doa di Sidang MPR, Keponakan Prabowo Sedih
A A A
JAKARTA - Anggota DPR dari Fraksi Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo merasa kecewa, sedih, marah bercampur aduk. Sebab, agenda pembacaan doa dalam sidang paripurna masa akhir jabatan MPR periode 2014-2019 tadi yang rencananya dilakukannya, ditiadakan oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan.

"Kemarin saya mendapatkan kabar oleh pimpinan Fraksi MPR Partai Gerindra bahwa saya diberikan tugas untuk membacakan doa di sidang dan forum lembaga tertinggi negara hari ini," ujar Rahayu Saraswati dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/9/2019).

Rahayu mengaku kaget dan sangat gugup ketika mendengar kabar tersebut, bahkan badannya gemeteran saat itu. "Karena tekanan yang luar biasa menyadari bahwa ini artinya akan adanya perempuan pertama dan non-muslim pertama yang akan membacakan doa di sidang terhormat ini," ungkap keponakan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto itu.

Dia mengaku terkagum dengan pimpinannya yang laki-laki dan Muslim, Elnino M Husein Mohi yang telah berani mengajukannya kepada para pimpinan yang lainnya untuk tugas mulia itu, dan akhirnya disepakati dan didukung penuh. "Ini menjadi cermin keadilan sosial dan Bhinneka Tunggal Ika yang hidup dan nyata. Bangga menjadi bagian dari sejarah," tuturnya.

Rahayu mengaku mengerjakan dan menuliskan doa sampai pukul 02.00 WIB dini hari, ingin memastikan doanya bisa menggambarkan harapan para wakil rakyat untuk Indonesia ke depan, yang berfokus pada 4 konsensus dasar negara, Pancasila, NKRI, UUD NRI 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Pagi hari setiba saya di ruang rapat, saya didatangi oleh ketua dan sekretaris fraksi yang memberikan kabar kalau Ketua MPR yang terhormat melayangkan keberatan. Saya ajukan jika beliau keberatan karena saya perempuan, silakan anggota legislatif laki-laki Kristiani yang lain yang bacakan doa yang sudah saya tuliskan. Namun dengan demikian pun, akhir kabar, doa dihapus dari rundown acara," katanya.

Dia mengatakan, doa itu menjadi bagian resmi dari sidang MPR. "Begitu kagetnya dan sakit hatinya saya atas perlakuan ini dan kenyataan di forum lembaga tertinggi negara ini, di mana merupakan tugas kita sebagai benteng pertahanan persatuan bangsa ini, untuk membumikan 4 konsensus dasar negara, justru perwakilan perempuan dan non-Muslim tidak diberikan ruang untuk membacakan doa untuk bangsa dan negara yang kita cintai ini," tuturnya.

"Saat Indonesia Raya dinyanyikan, air mata tidak tertahankan lagi. Setelah saya jelaskan di medsos group fraksi, para pimpinan mendukung sikap saya, dan dimulai dari Bapak Sufmi Dasco dan Bapak Heri Gunawan, lalu saya, kami jalan keluar sebagai sikap kami pada pemikiran pimpinan sidang. Air mata tak kunjung berhenti dengan setiap langkah yang saya ambil berjalan keluar dari sidang penutup masa jabatan saya sebagai Anggota MPR," tambah Rahayu.

Rahayu pun mempertanyakan Ketua MPR Zulkifli Hasan atas penghapusan agenda doa tersebut. "Pertanyaan saya kepada Bapak Zulkifli Hasan yang saya hormati, apakah yang bermasalah karena saya perempuan? Atau karena saya non-muslim?" pungkasnya.

(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9951 seconds (0.1#10.140)