Bersama FAO dan USAID Tingkatkan Kerja Sama Penanggulangan Zoonosis dan PIB

Kamis, 12 September 2019 - 17:38 WIB
Bersama FAO dan USAID...
Bersama FAO dan USAID Tingkatkan Kerja Sama Penanggulangan Zoonosis dan PIB
A A A
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) merayakan empat tahun kerja sama penanggulangan PIB dan zoonosis (penyakit hewan yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya) bersama Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) serta Badan Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).

Kerja sama ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2016 melalui Program EPT-2 (Emerging Pandemic Threat fase 2) dan fokus pada kegiatan untuk mengurangi dan mengendalikan ancaman terhadap keamanan kesehatan Indonesia, baik kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, maupun kesehatan lingkungan/satwa liar.

Menurut I Ketut Diarmita Dirjen PKH Kementan, kerja sama EPT-2 ini mempromosikan pendekatan One Health (OH), dimana dalam implementasinya memerlukan kerja sama, koordinasi dan kolaborasi lintas disiplin dan lintas sektor untuk pencegahan (prevent), pendeteksian (detect) dan penanggulangan (respond) ancaman zoonosis dan PIB untuk kesehatan yang optimal.

Dalam pelaksanaan kerja sama ini melibatkan beberapa kementerian dan badan terkait, yakni Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), organisasi profesional kesehatan hewan dan kesehatan manusia, universitas dan badan-badan internasional seperti FAO dan WHO, melalui dukungan USAID. Sedangkan koordinasi program EPT-2 secara umum ditangani oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Stephen Rudgard, Wakil FAO Indonesia menyatakan bahwa Indonesia adalah contoh sukses dalam upaya pencegahan, pendeteksian dan penanganan ancaman zoonosis global dengan menginisiasi dan melembagakan kerja sama lintas sektoral melalui pendekatan One Health.

“Keberhasilan Indonesia di mata dunia dalam menangani ancaman penyakit zoonosis juga mendapat perhatian besar dari Pemerintah khususnya Presiden dengan diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 2019 yang mengatur tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi dan Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global dan Kedaruatan Nuklir, Biologi dan Kimia,” ujar Stephen.

Sementara itu Ketut juga menyampaikan contoh capaian kerja sama dengan USAID-FAO antara lain yaitu adanya peningkatan kemampuan deteksi potensi penyebaran zoonosis dan PIB, peningkatan kapasitas penanganan kasus zoonosis secara lintas sektor dan kementerian di lapangan. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan signifikan pada kasus avian influenza (AI) atau flu burung, baik pada manusia maupun hewan.

“Kami mengapresiasi dukungan dari USAID dan FAO ini dan berharap kerja sama yang sudah baik ini akan terus berlanjut. Kementan bersama kementerian dan lembaga terkait akan terus berupaya untuk bersinergi dalam memperkuat kapasitas One Health Indonesia sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019,” tambahnya.

Menyambung ucapan Ketut, Wakil Direktur USAID Indonesia Ryan Washburn mengakui peran Pemerintah Indonesia, terutama Kementerian Pertanian atas langkah-langkah penting dalam pelaksanaan pendekatan One Health secara konsisten.

"Pemerintah AS melalui USAID telah bermitra selama lebih dari 13 tahun untuk meningkatkan kemandirian Indonesia dalam pencegahan dan pengendalian penyakit. Meskipun masih menjadi hotspot penyakit di kawasan ini, tapi komitmen Indonesia dalam penerapan pendekatan One Health telah meningkatkan kemampuan Indonesia dalam melakukan pencegahan, deteksi dan respons. Kami gembira bisa merayakan keberhasilan ini sebagai bagian dari peringatan 70 tahun hubungan AS- Indonesia," demikian kata Wakil Direktur USAID Indonesia Ryan Washburn.

Mengingat ancaman kesehatan yang masih ada tersebut, Stephen memastikan bahwa kerja sama dengan Kementan melalui dukungan USAID akan terus dilanjutkan melalui program Global Health Security (GHS) yang akan dimulai pada tahun 2020.

“Proyek GHS Indonesia ini akan berfokus pada peningkatan kapasitas di empat bidang yaitu: a) Surveilans penyakit dan identifikasi risiko; b) Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan PIB; c) Sistem Diagnostik Laboratorium; dan d) Mitigasi Resistensi Antibiotik (AMR) dan Penggunaan Antibiotik (AMU),” pungkas Stephen.
(akn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6730 seconds (0.1#10.140)