BJ Habibie Wafat, PKB: Indonesia Kehilangan Aset Terbesar Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Wafatnya Presiden ke-3 RI, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie menjadi duka bagi seluruh bangsa Indonesia. Tak terkecuali bagi keluarga besar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Indonesia dan seluruh kader PKB berduka, kehilangan sosok yang menjadi teladan dalam hal kepemimpinan dan pelopor kemajuan teknologi negeri ini," ujar Ketua DPP PKB Lukmanul Khakim, Kamis (12/9/2019).
Menurut anggota Komisi VI DPR ini, BJ Habibie merupakan aset terbesar bangsa ini karena kemampuanya yang diakui dunia.
"Jasanya sangat besar. Kita semua tahu beliau tulus dan rela menghibahkan dirinya untuk kepentingan bangsa dan negara ini," tuturnya.
Lukman, mewakili seluruh kader PKB di Indonesia pun mendoakan agar BJ Habibie yang telah berbuat banyak untuk negeri ini mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
"Semoga beliau husnul khotimah sehingga mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT," tuturnya.
Diketahui, BJ Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu, 11 September 2019, setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya.
Presiden kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 1 September 2019.
"Indonesia dan seluruh kader PKB berduka, kehilangan sosok yang menjadi teladan dalam hal kepemimpinan dan pelopor kemajuan teknologi negeri ini," ujar Ketua DPP PKB Lukmanul Khakim, Kamis (12/9/2019).
Menurut anggota Komisi VI DPR ini, BJ Habibie merupakan aset terbesar bangsa ini karena kemampuanya yang diakui dunia.
"Jasanya sangat besar. Kita semua tahu beliau tulus dan rela menghibahkan dirinya untuk kepentingan bangsa dan negara ini," tuturnya.
Lukman, mewakili seluruh kader PKB di Indonesia pun mendoakan agar BJ Habibie yang telah berbuat banyak untuk negeri ini mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
"Semoga beliau husnul khotimah sehingga mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT," tuturnya.
Diketahui, BJ Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu, 11 September 2019, setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya.
Presiden kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 1 September 2019.
(shf)