Tingkatkan Pengetahuan, Kepala Desa Belajar ke Cina dan India
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) kembali mengirim kepala desa, pegiat dan pendamping desa untuk studi banding ke Cina dan India. Selain menimba ilmu diharapkan juga ada potensi kerjasama ekonomi dengan kedua negara itu.
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan, di kedua negara tersebut para kepala desa, pegiat dan pendamping desa akan mempelajari tentang pengelolaan agrikultur, aquakultur dan juga pariwisata. "Program ini terjadi karena hubungan baik antara Indonesia dan negara sahabat dari negara lain. Kulturnya sama sehingga bisa belajar agar desa Indonesia pun bisa maju," katanya pada pelepasan peserta benchmarking batch II ke Cina dan India di kantor Kemendes.
Eko mengatakan, mereka yang dikirim untuk belajar adalah yang sudah berhasil membangun desanya. Pemerintah pun ingin menambah wawasan mereka dengan mempelajari ilmu sampai ke Cina dan India sehingga mereka bisa menjadi contoh bagi desa lain. Eko mengatakan, pemerintah pun akan memberikan dana bantuan hingga Rp1,5 miliar bagi desa yang memiliki ide nyata untuk menjadi desa percontohan.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini juga berharap akan terjadi kerjasama ekonomi antara kedua negara untuk membina hubungan yang lebih panjang. "Yang paling penting adalah membina hubungan antara Indonesia dengan Cina dan India. Kita bisa melihat potensi masing-masing negara," ujarnya.
Sementara Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi menjelaskan, ada 26 orang yang akan menjalani pelatihan di Cina selama 17 hari di Beijing, Shanghai dan dua kota lainnnya. Sementara peserta pelatihan yang ke India sebanyak 14 orang. Dia menjelaskan, pelatihan akan dilakukan dengan kombinasi pembelajaran di kelas, diskusi, serta melihat dan berinteraksi langsung dengan pelaku pembangunan pedesaan di kedua negara tersebut.
Anwar mengatakan, program ini dijalankan dengan skema fully funded yang dibiayai langsung oleh Cina dan India. Dia pun berharap para peserta bisa belajar dengan maksimal sehingga kompetensi para kepala desa, pegiat dan pendamping desa bisa meningkat. "Selain itu bisa muncul inovasi dalam pengelolaan desa dan membangun jaringan pengetahuan serta membuka pasar desa dengan mitra luar negeri," jelasnya.
Minister Counsellor for Economic and Commercial Affairs, Embassy of China Wang Liping mengatakan, selain pelatihan tentang agrikultur dan aquakultur para peserta pelatihan juga akan belajar tentang pengelolaan badan usaha milik desa di dua desa di Cina yang sukses membangun perekonomian desanya. Sementara Minister Counsellor for Economic and Commercial Affairs, Embassy of India V.
Narayanan menjelaskan, program ini adalah ajang berbagi pengalaman kisah-kisah sukses tentang pembangunan desa di India. Diketahui, Kemendes PDTT menargetkan akan memberangkatkan 1.000 kepala desa, pegiat desa dan pendamping desa untuk studi banding dan belajar ke luar negeri. Hal ini disesuaikan dengan program prioritas pembangunan SDM yang dicanangkan Presiden Jokowi.
Diharapkan para peserta yang dikirim belajar itu akan meningkat wawasan dan kapasitas kemampuannya sebagai kepala desa, pegiat dan pendamping desa. Pada Maret lalu sebanyak 40 kepala desa, pegiat dan pendamping desa telah dikirim ke Cina dan Korsel dalam program yang sama.
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan, di kedua negara tersebut para kepala desa, pegiat dan pendamping desa akan mempelajari tentang pengelolaan agrikultur, aquakultur dan juga pariwisata. "Program ini terjadi karena hubungan baik antara Indonesia dan negara sahabat dari negara lain. Kulturnya sama sehingga bisa belajar agar desa Indonesia pun bisa maju," katanya pada pelepasan peserta benchmarking batch II ke Cina dan India di kantor Kemendes.
Eko mengatakan, mereka yang dikirim untuk belajar adalah yang sudah berhasil membangun desanya. Pemerintah pun ingin menambah wawasan mereka dengan mempelajari ilmu sampai ke Cina dan India sehingga mereka bisa menjadi contoh bagi desa lain. Eko mengatakan, pemerintah pun akan memberikan dana bantuan hingga Rp1,5 miliar bagi desa yang memiliki ide nyata untuk menjadi desa percontohan.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini juga berharap akan terjadi kerjasama ekonomi antara kedua negara untuk membina hubungan yang lebih panjang. "Yang paling penting adalah membina hubungan antara Indonesia dengan Cina dan India. Kita bisa melihat potensi masing-masing negara," ujarnya.
Sementara Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi menjelaskan, ada 26 orang yang akan menjalani pelatihan di Cina selama 17 hari di Beijing, Shanghai dan dua kota lainnnya. Sementara peserta pelatihan yang ke India sebanyak 14 orang. Dia menjelaskan, pelatihan akan dilakukan dengan kombinasi pembelajaran di kelas, diskusi, serta melihat dan berinteraksi langsung dengan pelaku pembangunan pedesaan di kedua negara tersebut.
Anwar mengatakan, program ini dijalankan dengan skema fully funded yang dibiayai langsung oleh Cina dan India. Dia pun berharap para peserta bisa belajar dengan maksimal sehingga kompetensi para kepala desa, pegiat dan pendamping desa bisa meningkat. "Selain itu bisa muncul inovasi dalam pengelolaan desa dan membangun jaringan pengetahuan serta membuka pasar desa dengan mitra luar negeri," jelasnya.
Minister Counsellor for Economic and Commercial Affairs, Embassy of China Wang Liping mengatakan, selain pelatihan tentang agrikultur dan aquakultur para peserta pelatihan juga akan belajar tentang pengelolaan badan usaha milik desa di dua desa di Cina yang sukses membangun perekonomian desanya. Sementara Minister Counsellor for Economic and Commercial Affairs, Embassy of India V.
Narayanan menjelaskan, program ini adalah ajang berbagi pengalaman kisah-kisah sukses tentang pembangunan desa di India. Diketahui, Kemendes PDTT menargetkan akan memberangkatkan 1.000 kepala desa, pegiat desa dan pendamping desa untuk studi banding dan belajar ke luar negeri. Hal ini disesuaikan dengan program prioritas pembangunan SDM yang dicanangkan Presiden Jokowi.
Diharapkan para peserta yang dikirim belajar itu akan meningkat wawasan dan kapasitas kemampuannya sebagai kepala desa, pegiat dan pendamping desa. Pada Maret lalu sebanyak 40 kepala desa, pegiat dan pendamping desa telah dikirim ke Cina dan Korsel dalam program yang sama.
(don)