Pengamat: Inilah Tiga Tantangan Serius NU dan PKB

Rabu, 21 Agustus 2019 - 15:41 WIB
Pengamat: Inilah Tiga...
Pengamat: Inilah Tiga Tantangan Serius NU dan PKB
A A A
BALI - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tengah melangsungkan Muktamar di Nusa Dua, Badung, Bali, mulai 20-22 Agustus 2019. Selain memilih ketua umum dan struktur kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Periode 2019-2024. Selain itu, dalam Muktamar kali ini PKB juga membahas berbagai persoalan kebangsaan.

Peneliti dan Founder Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengatakan, tantangan yang dihadapi PKB dan juga NU tidak lepas dari tantangan yang dihadapi Indonesia. Dari hasil kajian yang dilakukan, setidaknya ada tiga tantangan yang cukup serius.

Pertama soal struktur demografi Indonesia yang mayoritas usia muda. "Mereka yang dalam rentang usia 17 sampai 34 tahun itu jumlahnya sekitar 34 persen. Itu generasi milenial," ujar Hasan dalam jumpa pers di sela berlangsungnya Muktamar di Hotel Westin, Bali, Rabu (21/8/2019).

Kemudian secara demografi, mayoritas orang Indonesia tinggal di perkotaan. Kemudian mereka juga mayoritas kelas menengah. "Jadi secara demografis, mereka penduduk kota, milenial, kemudian kelas menengah," paparnya.

Jika melihat dari sisi NU dan PKB, kata Hasan, ketiga ciri ini NU dan PKB tidak kuat. Sebab, NU dan PKB mayoritas pemilihnya orang desa, kelas menengah ke bawah dan mayoritas di desa. "Jadi tantangan pertama inilah yang dihadapi NU, PKB dalam struktur demografi," urainya.

Kemudian, tantangan kedua adalah soal munculnya kompetensi baru yang berbasis revolusi industri 4.0. Menurutnya, digitalisasi kini merasuk ke semua sektor kehidupan masyarakat. "Makanya saya dengar Cak Imin bilang PKB partai modern berbasis digital. Merespon berubahan perilaku masyarakat yang semakin digital, kehidupan orang sekarang tak lepas dari gadget," paparnya.

Ketiga tantangan tren intoleransi dan radikalisme. Terkait hal ini, NU dan PKB sudah terlibat sangat dalam melawan intoleransi dan radikalisme. "Saya kita lima seruan munas alim ulama kemarin merespon itu semua. Misalkan poin kedua, model dakwah Walisongo yang ramah dan kebudayaan lokal, dan lain-lain, itu penting untuk merespon itu," urainya.

Untuk menyikapi ketiga hal tersebut, kata Hasan, pertama yang harus diperhatikan yakni mengenai soliditas partai yang menjadi kuncinya. Partai harus solid karena ketiga tantangan tersebut dinilai tidak mudah. "Maka harus solidkan gerak, satu langkah dari atas sampai ke bawah," katanya.

Kedua, bahwa sekarang PKB harus membuka diri terhadap kader lintas keilmuan. "Jangan terlalu banyak sarjana agamanya. Juga memasukkan lintas keahlian. Ini untuk menjawab tantangan digitalisasi kedua tadi," katanya.

Hal ketiga yakni memasukkan kader kelahiran tahun 80 ke atas. Mereka yang saat ini berada di usia 35, 37, 30 harus menempati poisi penting dalam kepengurusan PKB. "Ini untuk merespon pemilih muda yang semakin besar pada Tahun 2024. Anak muda itu bisa didekati oleh anak muda sendiri maka anak muda harus diberi ruang dalam struktur PKB," urainya.

Kendati begitu, PKB tidak boleh melupakan basis konstituen tradisionalnya, yakni kalangan NU. Data survei Alvara menunjukkan bahwa kelompok Islam yang terafiliasi dengan NU dari semua penduduk muslim mencapai setengah dari penduduk muslim Indonesia. "Satu dari dua orang muslim itu NU. Nah, ini yang tak boleh ditingalkan PKB, selain tantangan di atas tadi," paparnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8525 seconds (0.1#10.140)