HUT Ke-74 RI, Muhammadiyah Singgung Tugas Wujudkan Nilai Islam yang Damai
A
A
A
JAKARTA - Hari ini, Sabtu 17 Agustus 2019, tepat 74 tahun Indonesia merdeka. Pada 74 tahun yang lalu pada tanggal yang sama 17 Agustus 1945 menjadi hari lahir bagi bangsa Indonesia, mendeklarasikan merdeka dari para penjajah.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai, di usia 74 tahun Indonesia masih ada tugas yang masih belum diselesaikan. Tugas tersebut antara lain bagiamana mewujudkan nilai-nilai islam yang damai.
"Dalam konteks 74 tahun kita merdeka maka tugas kita terberat bagaimana nilai-nilai keislaman bagi umat islam itu diwujudkan menjadi nilai islam yang damai," ujar Haedar di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (16/8/2019).
Tak hanya islam yang damai, dalam membangun Indonesia ke depan juga dibutuhkan
Islam yang membangun kebersamaan hingga Islam yang membawa kemajuan. Nilai Islam itulah yang menjadi filosofi dari pendiri bangsa Indonesia, salah satunya Presiden pertama Indonesia Soekarno, yang menjadi acuan bersama.
"Itu Indonesia yang sejalan dengan filosofis grondslag istilah Bung Karno dasar filosofi kebangsaan kita, sehingga seluruh penyelenggara negara dan elite negara, termasuk warga bangsa, membawa Indonesia berdasar pada lima sila itu sebagai filosofis grondslag dan itu menjadi acuan bersama," jelasnya.
Dengan diwujudkannya nilai-nilai Islam itu yang sesuai dengan filosofis Bung Karno, Haedar yakin membuat Indonesia semakin kuat ke depannya. "Saya pikir dengan dua posisi dan peran ini secara bersenyawa, maka Indonesia akan lebih kuat dan lebih maju," tuturnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai, di usia 74 tahun Indonesia masih ada tugas yang masih belum diselesaikan. Tugas tersebut antara lain bagiamana mewujudkan nilai-nilai islam yang damai.
"Dalam konteks 74 tahun kita merdeka maka tugas kita terberat bagaimana nilai-nilai keislaman bagi umat islam itu diwujudkan menjadi nilai islam yang damai," ujar Haedar di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (16/8/2019).
Tak hanya islam yang damai, dalam membangun Indonesia ke depan juga dibutuhkan
Islam yang membangun kebersamaan hingga Islam yang membawa kemajuan. Nilai Islam itulah yang menjadi filosofi dari pendiri bangsa Indonesia, salah satunya Presiden pertama Indonesia Soekarno, yang menjadi acuan bersama.
"Itu Indonesia yang sejalan dengan filosofis grondslag istilah Bung Karno dasar filosofi kebangsaan kita, sehingga seluruh penyelenggara negara dan elite negara, termasuk warga bangsa, membawa Indonesia berdasar pada lima sila itu sebagai filosofis grondslag dan itu menjadi acuan bersama," jelasnya.
Dengan diwujudkannya nilai-nilai Islam itu yang sesuai dengan filosofis Bung Karno, Haedar yakin membuat Indonesia semakin kuat ke depannya. "Saya pikir dengan dua posisi dan peran ini secara bersenyawa, maka Indonesia akan lebih kuat dan lebih maju," tuturnya.
(thm)