PKS Berharap Seluruh Parpol 02 Jadi Oposisi
A
A
A
JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berharap seluruh partai politik (parpol) yang sebelumnya tergabung dalam Koalisi Adil Makmur (KAM) pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, agar menjadi parpol penyeimbang dengan duduk sebagai oposisi.
Hal ini dikatakan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera dalam Dialog Kenegaraan dengan tema 'Langkah Demokrasi RI setelah Usia 74' di Media Center, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
"Kami merasakan enam bulan lebih di BPN (Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi) sangat guyub, solid, dan penuh dengan interaksi dinamis, dan saya bahagia, PKS bahagia dengan koalisi kemarin. Karena itu, tetap harapan kami koalisi pendukung Prabowo baik Gerindra, PAN, PKS, Demokrat, Berkarya menjadi kekuatan penyeimbang, oposisi," ujar Mardani.
Menurut Mardani, setiap partai memang memiliki kemandirian dalam memutuskan langkah politiknya. Termasuk jika seandainya Partai Gerindra nantinya ternyata bergabung dengan Koalisi Indonesia Kerja (KIK) pendukuing pemerintah.
"PKS tentu menghargai apapun keputusan Gerindra dan akan bersahabat dengan Gerindra dan partai lain. Tapi tetap secara etis dan logis, semua pendukung Prabowo kemarin dan itu juga harapan semua konstituen, tetap menjadi kekuatan penyeimbang di luar pemerintah, dalam bahasa saya hashtag-nya #kamioposisi dan oposisi itu mulia, oposisi baik untuk demokrasi," tuturnya.
Dikatakan Mardani, pemilu sudah selesai dengan tingkat partisipasi 81% dengan kemenangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin. Ke depan, demokrasi di Indonesia harus tetap maju.
"Yang menang monggo, enggak usah dicampur. Buat saya, yang enggak banyak kerja ya jangan ikut ambil kue kemenangan. Serahkan saja pada koalisi (KIK) kemarin. Kami yang punya proposal beda, tetap tidak ada pemaksaan," jelasnya.
"Tapi seruannya, kita tetap menjadi kekuatan penyeimbang, kami oposisi untuk mengontrol agar kebijakan publik betul-betul melulu untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kelompok kecil atau orang-orang yang dekat dengan kekuasaan," sambungnya.
(Baca juga: Digelar Desember 2019, Pelaksanaan Munas Golkar Sudah Sesuai Aturan)
Hingga saat ini, Gerindra belum menentukan sikap apakah akan menjadi oposisi atau bergabung dengan koalisi pemerintah.
"Jadi kalau buat saya, semua masih dinamis. Dan saya masih yakin Gerindra akan bersama PKS di #kamioposisi. Walaupun lagi-lagi tidak ada kemampuan dari PKS, apalagi saya pribadi untuk memaksa siappun. Tapi secara etika dan logika, demokrasi ini perlu tumbuh dan berkembang. Akan sangat baik kalau ada kekuataan oposisi yang sehat dan kuat," paparnya.
Saat ini, pihaknya terus melakukan komunikasi dengan Gerindra. "Jadi komunikasi tetap jalan, tapi karena mungkin karena satu dan lain hal, kesibukan masing-masing jadi belum intens," ucapnya.
Apakah PKS siap ditinggal sendirian menjadi oposisi? Mardani mengatakan bahwa pposisi yang baik tidak berjalan sendirian, tapi oposisi yang seimbang dan kuat.
"Karena itu, PKS tidak bahagia ketika sendirian. Tapi kalau itu adalah pilihan yang harus diambil ya harus siap," pungkasnya.
Hal ini dikatakan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera dalam Dialog Kenegaraan dengan tema 'Langkah Demokrasi RI setelah Usia 74' di Media Center, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
"Kami merasakan enam bulan lebih di BPN (Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi) sangat guyub, solid, dan penuh dengan interaksi dinamis, dan saya bahagia, PKS bahagia dengan koalisi kemarin. Karena itu, tetap harapan kami koalisi pendukung Prabowo baik Gerindra, PAN, PKS, Demokrat, Berkarya menjadi kekuatan penyeimbang, oposisi," ujar Mardani.
Menurut Mardani, setiap partai memang memiliki kemandirian dalam memutuskan langkah politiknya. Termasuk jika seandainya Partai Gerindra nantinya ternyata bergabung dengan Koalisi Indonesia Kerja (KIK) pendukuing pemerintah.
"PKS tentu menghargai apapun keputusan Gerindra dan akan bersahabat dengan Gerindra dan partai lain. Tapi tetap secara etis dan logis, semua pendukung Prabowo kemarin dan itu juga harapan semua konstituen, tetap menjadi kekuatan penyeimbang di luar pemerintah, dalam bahasa saya hashtag-nya #kamioposisi dan oposisi itu mulia, oposisi baik untuk demokrasi," tuturnya.
Dikatakan Mardani, pemilu sudah selesai dengan tingkat partisipasi 81% dengan kemenangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin. Ke depan, demokrasi di Indonesia harus tetap maju.
"Yang menang monggo, enggak usah dicampur. Buat saya, yang enggak banyak kerja ya jangan ikut ambil kue kemenangan. Serahkan saja pada koalisi (KIK) kemarin. Kami yang punya proposal beda, tetap tidak ada pemaksaan," jelasnya.
"Tapi seruannya, kita tetap menjadi kekuatan penyeimbang, kami oposisi untuk mengontrol agar kebijakan publik betul-betul melulu untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kelompok kecil atau orang-orang yang dekat dengan kekuasaan," sambungnya.
(Baca juga: Digelar Desember 2019, Pelaksanaan Munas Golkar Sudah Sesuai Aturan)
Hingga saat ini, Gerindra belum menentukan sikap apakah akan menjadi oposisi atau bergabung dengan koalisi pemerintah.
"Jadi kalau buat saya, semua masih dinamis. Dan saya masih yakin Gerindra akan bersama PKS di #kamioposisi. Walaupun lagi-lagi tidak ada kemampuan dari PKS, apalagi saya pribadi untuk memaksa siappun. Tapi secara etika dan logika, demokrasi ini perlu tumbuh dan berkembang. Akan sangat baik kalau ada kekuataan oposisi yang sehat dan kuat," paparnya.
Saat ini, pihaknya terus melakukan komunikasi dengan Gerindra. "Jadi komunikasi tetap jalan, tapi karena mungkin karena satu dan lain hal, kesibukan masing-masing jadi belum intens," ucapnya.
Apakah PKS siap ditinggal sendirian menjadi oposisi? Mardani mengatakan bahwa pposisi yang baik tidak berjalan sendirian, tapi oposisi yang seimbang dan kuat.
"Karena itu, PKS tidak bahagia ketika sendirian. Tapi kalau itu adalah pilihan yang harus diambil ya harus siap," pungkasnya.
(maf)