Remunerasi Tinggi, Pegawai Kemenkeu Seringkali Ogah Dipindah
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merupakan salah satu instansi yang dinilai baik dalam melakukan manajemen talenta. Namun salah satu kekurangannya adalah pegawainya seringkali tidak mau dipindah ke instansi lain karena remunerasi yang tinggi.
“Kemenkeu sekarang ada sedikit problem karena Kemenkeu renumerasinya paling tinggi jadi kalau mau dideploy tempat lain enggak mau,” ujar Deputi bidang SDM Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Setiawan Wangsaatmaja dalam acara Forum Merdeka Barat di Kantor Kemenpan RB, Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Padahal menurut Iwan, talenta di Kemenkeu menunjukkan bahwa kinerja dan kompetensi menunjukkan baik. Dimana jika kompetensi dan kinerja baik seharusnya bisa ditempatkan dimana saja dan mengembangkan organisasi manapun.
“Ini tidak akan jalan kalau kita berkasta (tunjangan). Hal-hal seperti ini kita pikirkan secara nasional. Bahwa ini problem kita bersama,” tandasnya.
Lebih lanjut Iwan menuturkan bahwa saat ini posisi Indonesia di dalam Global Talent Competitiveness Index berada pada peringkat 77 dari 119 negara. Nilai terkecil yang didapat yakni pada poin global knowledge skills.
“Kalau saya melihat dari hasil assesment center baik jabatan pimpinan tinggi pratama, madya dan utama kita banyak lemah di dalam hal strategi memimpin, pengambilan keputusan. Ini yang saya pikir tidak boleh terjadi di anak-anak generasi berikutnya,” pungkasnya.
“Kemenkeu sekarang ada sedikit problem karena Kemenkeu renumerasinya paling tinggi jadi kalau mau dideploy tempat lain enggak mau,” ujar Deputi bidang SDM Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Setiawan Wangsaatmaja dalam acara Forum Merdeka Barat di Kantor Kemenpan RB, Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Padahal menurut Iwan, talenta di Kemenkeu menunjukkan bahwa kinerja dan kompetensi menunjukkan baik. Dimana jika kompetensi dan kinerja baik seharusnya bisa ditempatkan dimana saja dan mengembangkan organisasi manapun.
“Ini tidak akan jalan kalau kita berkasta (tunjangan). Hal-hal seperti ini kita pikirkan secara nasional. Bahwa ini problem kita bersama,” tandasnya.
Lebih lanjut Iwan menuturkan bahwa saat ini posisi Indonesia di dalam Global Talent Competitiveness Index berada pada peringkat 77 dari 119 negara. Nilai terkecil yang didapat yakni pada poin global knowledge skills.
“Kalau saya melihat dari hasil assesment center baik jabatan pimpinan tinggi pratama, madya dan utama kita banyak lemah di dalam hal strategi memimpin, pengambilan keputusan. Ini yang saya pikir tidak boleh terjadi di anak-anak generasi berikutnya,” pungkasnya.
(kri)