Cegah Heat Stroke, Tenda Jamaah Haji Dipasang AC
A
A
A
MEKKAH - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus melakukan inovasi pelayanan untuk memastikan kenyamanan ibadah bagi jamaah haji Indonesia.
Salah satunya dengan memasang pendingin ruangan (air conditioner/AC) di setiap tenda jamaah di Arafah dan Mina. Indonesia tahun ini mendapatkan 73 maktab di Arafah dan Mina. Dari jumlah ruang yang diterima, Indonesia bisa men dirikan 5.500 tenda.
Sebanyak 1.825 tenda di Arafah dan 3.675 tenda di Mina. ”Fasilitas ini untuk mengurangi risiko fatal bagi jamaah haji yang kerap terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Cuaca yang sangat panas di Arafah dan Mina bisa menyebabkan jamaah haji terkena heat stroke dan bisa berakibat fatal,” ujar Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag) Sri Ilham Lubis di Mekkah, kemarin Waktu Arab Saudi (WAS).
Dia menjelaskan, pemasang an pendingin ruangan di tenda jamaah haji merupakan bagian dari inovasi pelayanan PPIH. AC yang sudah terpasang di tenda-tenda Arafah berbobot 12 ton dan 25 ton. ”Untuk AC 12 ton berkapasitas 56 PK, sedangkan yang 25 ton berkapasitas 118 PK. Pemasangannya menye suaikan luas tenda. Penyalur udaranya ini dapat diputar 180 derajat, sehingga dapat disesuaikan arah anginnya ingin ke mana,” katanya.
Sri Ilham menuturkan, selain AC, PPIH tahun ini juga memasang stiker di setiap tenda jamaah haji Indonesia. Hingga kemarin, PPIH telah menyelesaikan penempelan no mor tenda jamaah haji Indonesia di 18 maktab Arafah dan Mina.
Penempelan nomor tenda di targetkan selesai pada 7 Agustus besok. PPIH menyiapkan 22.000 stiker untuk ditempelkan di tenda Arafah dan Mina. Stiker dipasang di empat sisi tenda, bagian depan, samping, dan belakang.
”Kita pasang di empat sisinya. Jadi total ada 22.000 stiker yang akan kita pasang,” kata Sri Ilham, yang ikut memantau pemasangan nomor tenda. Dia menjelaskan setiap stiker yang dipasang terdapat tiga informasi, yakni nomor tenda, nomor kloter, dan kapasitas tenda. Jamaah haji gampang me ngenali tendanya serta memudahkan petugas dalam mem berikan pelayanan.
”Kalau biasanya penempelan nomor ini dilakukan oleh Muassasah tanpa kita ketahui jumlah kapasitasnya, maka tahun ini karena kita telah melakukan konfigurasi, jadi sejak awal sudah diketahui berapa jumlah jamaah yang akan berada dalam tiap tenda,” kata Sri Ilham.
Kepala Seksi Akomodasi Daerah Kerja Mekkah PPIH 2019 Abduh Dhiyaurrahman mengatakan, pihaknya telah mengerahkan petugas dari tim akomodasi untuk menempelkan stiker nomor di tenda-tenda sejak Minggu (4/8/2019).
Petugas bekerja ekstra dari pukul 08.00- 22.00 WAS. ”Sampai hari ini (kemarin) sudah ada 18 maktab yang telah dipasangi nomor tenda,” katanya kepada tim Media Center Haji kemarin. Menurut Abduh, petugas terpaksa bekerja ekstra karena waktunya sudah sangat mepet.
Dia menargetkan seluruh tenda telah ditempeli stiker nomor pada 8 Agustus mendatang. ”Ini karena kita berkejaran dengan waktu. Targetnya, tanggal 7 Zulhijah semua tenda telah dipasangi nomor, karena pada tanggal itu jalanan menuju Arafah dan Mina sudah banyak yang disterilkan sehingga mobilisasi tim juga pasti akan terhambat,” katanya.
Untuk proses penempelan stiker, kata Abduh, tidak ada masalah sebab pihaknya telah melakukan uji coba penempelan nomor tenda di dua maktab pada Sabtu (3/8/2019) lalu, sehingga petugas telah tahu sisi mana saja yang wajib ditempeli.
Sementara itu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali sebelumnya mengatakan bahwa setiap tenda di maktab memiliki kapasitas berbeda-beda. Ada yang berukuran 15x15 meter dan 10x15 meter. Jika dihitung, space jamaah saat wukuf di Arafah sangat longgar, ratarata 1,3 meter.
Nizar mengingatkan jamaah haji untuk tidak memasang atribut selain yang menandakan kloter atau embarkasi, sebab keberadaan jamaah haji di Tanah Suci buka membawa misi organisasi kemasyarakatan (ormas) atau Kelompok Bimbingan Ibadah Haji tertentu. ”Atribut yang terkait dengan itu tidak dipasang di sini. Yang ada adalah jamaah kloter mana, embarkasi mana,” katanya.
Pemerintah Saudi Atur Jadwal Lempar Jumrah
Pada bagian lain, pemerintah Arab Saudi melarang jamaah haji dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk melakukan jumrah pada jam-jam tertentu tanggal 10 dan 12 Zulhijah atau 11 dan 13 Agustus 2019. Kebijakan ini dikeluarkan meminimalisasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan karena kondisinya sangat padat.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji 2019 Subhan Cholid mengatakan, pi haknya telah menerima surat dari Kementerian Haji Arab Saudi melalui Muassasah terkait jadwal lontar jumrah pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijah 1440H atau 11, 12, 13, 14, Agustus 2019.
Menurutnya, pada 10 Zulhijah ketika sudah melaksanakan mabit di Muzdalifah, setelah melewati tengah malam jamaah akan menuju Mina. ”Pada saat itulah jamaah mulai akan melakukan lempar jumrah Aqobah,” kata Subhan Cholid. Namun, dalam surat yang diterima, pemerintah Arab Saudi melarang jamaah haji Asia Tenggara, termasuk Indonesia untuk melempar jumrah pada tanggal 10 Zulhijah dari pukul 04.00 hingga 10.00 WAS.
Menurutnya, jam-jam itu kon di sinya sangat padat karena ja maah haji keluar dari tenda menuju jamarat (tempat melempar jumrah) dan memenuhi jalan. Padahal, jalan itu sesungguhnya adalah jalur kendaraan yang mengantarkan jamaah dari Muzdalifah ke Mina.
”Jadi, jam-jam itu dilarang karena padatnya jamaah haji di Mina. Ini menghindari bertabrakan dan peristiwa yang dulu-dulu pernah terjadi. Selain itu, juga untuk menghindari padatnya lalu lintas yang menghambat kendaraan mengantarkan jamaah dari Muzdalifah ke Mina,” katanya.
Pada tanggal 11 Zulhijah, jamaah haji asal Asia Tenggara bebas melakukan jumrah kapan pun, dari dini hari hingga dini hari lagi. Namun pada 12 Zulhijah, jamaah Asia Tenggara kembali dilarang melempar jumrah dari pukul 10.00 hingga 14.00 WAS.
”Ini karena nafal awal, jamaah dari seluruh dunia berdesak-desakan mengejar afdholiahnya (waktu utama lempar jumrah) bakda zawal (tergelincirnya matahari) dan bakda zuhur,” tutur Kadaker. Waktu bebas melempar jumrah kembali diberikan pada 13 Zulhijah, dari pagi hingga ja maah selesai melakukan nafar tsani.
Menurut Subhan, pihaknya telah mengedarkan surat dari pemerintah Arab Saudi itu ke seluruh sektor untuk disosialisasikan kepada jamaah haji Indonesia. Jamaah diminta tidak mengutamakan afdoliah melempar jumrah, tapi harus bisa mempertimbangkan dan mengukur diri situasi di lapangan untuk mencegah kemudaratan yang lebih besar. (Abdul Malik Mubarak)
Salah satunya dengan memasang pendingin ruangan (air conditioner/AC) di setiap tenda jamaah di Arafah dan Mina. Indonesia tahun ini mendapatkan 73 maktab di Arafah dan Mina. Dari jumlah ruang yang diterima, Indonesia bisa men dirikan 5.500 tenda.
Sebanyak 1.825 tenda di Arafah dan 3.675 tenda di Mina. ”Fasilitas ini untuk mengurangi risiko fatal bagi jamaah haji yang kerap terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Cuaca yang sangat panas di Arafah dan Mina bisa menyebabkan jamaah haji terkena heat stroke dan bisa berakibat fatal,” ujar Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag) Sri Ilham Lubis di Mekkah, kemarin Waktu Arab Saudi (WAS).
Dia menjelaskan, pemasang an pendingin ruangan di tenda jamaah haji merupakan bagian dari inovasi pelayanan PPIH. AC yang sudah terpasang di tenda-tenda Arafah berbobot 12 ton dan 25 ton. ”Untuk AC 12 ton berkapasitas 56 PK, sedangkan yang 25 ton berkapasitas 118 PK. Pemasangannya menye suaikan luas tenda. Penyalur udaranya ini dapat diputar 180 derajat, sehingga dapat disesuaikan arah anginnya ingin ke mana,” katanya.
Sri Ilham menuturkan, selain AC, PPIH tahun ini juga memasang stiker di setiap tenda jamaah haji Indonesia. Hingga kemarin, PPIH telah menyelesaikan penempelan no mor tenda jamaah haji Indonesia di 18 maktab Arafah dan Mina.
Penempelan nomor tenda di targetkan selesai pada 7 Agustus besok. PPIH menyiapkan 22.000 stiker untuk ditempelkan di tenda Arafah dan Mina. Stiker dipasang di empat sisi tenda, bagian depan, samping, dan belakang.
”Kita pasang di empat sisinya. Jadi total ada 22.000 stiker yang akan kita pasang,” kata Sri Ilham, yang ikut memantau pemasangan nomor tenda. Dia menjelaskan setiap stiker yang dipasang terdapat tiga informasi, yakni nomor tenda, nomor kloter, dan kapasitas tenda. Jamaah haji gampang me ngenali tendanya serta memudahkan petugas dalam mem berikan pelayanan.
”Kalau biasanya penempelan nomor ini dilakukan oleh Muassasah tanpa kita ketahui jumlah kapasitasnya, maka tahun ini karena kita telah melakukan konfigurasi, jadi sejak awal sudah diketahui berapa jumlah jamaah yang akan berada dalam tiap tenda,” kata Sri Ilham.
Kepala Seksi Akomodasi Daerah Kerja Mekkah PPIH 2019 Abduh Dhiyaurrahman mengatakan, pihaknya telah mengerahkan petugas dari tim akomodasi untuk menempelkan stiker nomor di tenda-tenda sejak Minggu (4/8/2019).
Petugas bekerja ekstra dari pukul 08.00- 22.00 WAS. ”Sampai hari ini (kemarin) sudah ada 18 maktab yang telah dipasangi nomor tenda,” katanya kepada tim Media Center Haji kemarin. Menurut Abduh, petugas terpaksa bekerja ekstra karena waktunya sudah sangat mepet.
Dia menargetkan seluruh tenda telah ditempeli stiker nomor pada 8 Agustus mendatang. ”Ini karena kita berkejaran dengan waktu. Targetnya, tanggal 7 Zulhijah semua tenda telah dipasangi nomor, karena pada tanggal itu jalanan menuju Arafah dan Mina sudah banyak yang disterilkan sehingga mobilisasi tim juga pasti akan terhambat,” katanya.
Untuk proses penempelan stiker, kata Abduh, tidak ada masalah sebab pihaknya telah melakukan uji coba penempelan nomor tenda di dua maktab pada Sabtu (3/8/2019) lalu, sehingga petugas telah tahu sisi mana saja yang wajib ditempeli.
Sementara itu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali sebelumnya mengatakan bahwa setiap tenda di maktab memiliki kapasitas berbeda-beda. Ada yang berukuran 15x15 meter dan 10x15 meter. Jika dihitung, space jamaah saat wukuf di Arafah sangat longgar, ratarata 1,3 meter.
Nizar mengingatkan jamaah haji untuk tidak memasang atribut selain yang menandakan kloter atau embarkasi, sebab keberadaan jamaah haji di Tanah Suci buka membawa misi organisasi kemasyarakatan (ormas) atau Kelompok Bimbingan Ibadah Haji tertentu. ”Atribut yang terkait dengan itu tidak dipasang di sini. Yang ada adalah jamaah kloter mana, embarkasi mana,” katanya.
Pemerintah Saudi Atur Jadwal Lempar Jumrah
Pada bagian lain, pemerintah Arab Saudi melarang jamaah haji dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk melakukan jumrah pada jam-jam tertentu tanggal 10 dan 12 Zulhijah atau 11 dan 13 Agustus 2019. Kebijakan ini dikeluarkan meminimalisasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan karena kondisinya sangat padat.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji 2019 Subhan Cholid mengatakan, pi haknya telah menerima surat dari Kementerian Haji Arab Saudi melalui Muassasah terkait jadwal lontar jumrah pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijah 1440H atau 11, 12, 13, 14, Agustus 2019.
Menurutnya, pada 10 Zulhijah ketika sudah melaksanakan mabit di Muzdalifah, setelah melewati tengah malam jamaah akan menuju Mina. ”Pada saat itulah jamaah mulai akan melakukan lempar jumrah Aqobah,” kata Subhan Cholid. Namun, dalam surat yang diterima, pemerintah Arab Saudi melarang jamaah haji Asia Tenggara, termasuk Indonesia untuk melempar jumrah pada tanggal 10 Zulhijah dari pukul 04.00 hingga 10.00 WAS.
Menurutnya, jam-jam itu kon di sinya sangat padat karena ja maah haji keluar dari tenda menuju jamarat (tempat melempar jumrah) dan memenuhi jalan. Padahal, jalan itu sesungguhnya adalah jalur kendaraan yang mengantarkan jamaah dari Muzdalifah ke Mina.
”Jadi, jam-jam itu dilarang karena padatnya jamaah haji di Mina. Ini menghindari bertabrakan dan peristiwa yang dulu-dulu pernah terjadi. Selain itu, juga untuk menghindari padatnya lalu lintas yang menghambat kendaraan mengantarkan jamaah dari Muzdalifah ke Mina,” katanya.
Pada tanggal 11 Zulhijah, jamaah haji asal Asia Tenggara bebas melakukan jumrah kapan pun, dari dini hari hingga dini hari lagi. Namun pada 12 Zulhijah, jamaah Asia Tenggara kembali dilarang melempar jumrah dari pukul 10.00 hingga 14.00 WAS.
”Ini karena nafal awal, jamaah dari seluruh dunia berdesak-desakan mengejar afdholiahnya (waktu utama lempar jumrah) bakda zawal (tergelincirnya matahari) dan bakda zuhur,” tutur Kadaker. Waktu bebas melempar jumrah kembali diberikan pada 13 Zulhijah, dari pagi hingga ja maah selesai melakukan nafar tsani.
Menurut Subhan, pihaknya telah mengedarkan surat dari pemerintah Arab Saudi itu ke seluruh sektor untuk disosialisasikan kepada jamaah haji Indonesia. Jamaah diminta tidak mengutamakan afdoliah melempar jumrah, tapi harus bisa mempertimbangkan dan mengukur diri situasi di lapangan untuk mencegah kemudaratan yang lebih besar. (Abdul Malik Mubarak)
(nfl)