Diundang ke Amerika, Pemerintah Diminta Perbanyak Aplikasi Difabel Karya Anjas Pramono
A
A
A
JAKARTA - Nama Anjas Pramono, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, penyandang disabilitas tiba-tiba menjadi sorotan. Keberhasilannya membuat aplikasi Difodeaf untuk difabel bakal mengantarkannya ke Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat (AS).
Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Brawijaya ini merupakan satu dari tiga peraih penghargaan Youth Southeast Asia Leadership Initiative (YSEALI) yang akan diundang Pemerintah AS ke Gedung Putih.
Anjas berhasil membuat lima aplikasi untuk kaum difabel. Salah satunya Difodeaf yaitu kamus bahasa isyarat bagi penyandang tuna rungu. Karya inilah yang membuatnya diganjar medali emas dari University of Malaysia pada 2018.
Selain Difodeaf, aplikasi lain yang dibuat Anjas bernama Locable singkatan dari location for difable; Jubilitas, market place disabilitas; aplikasi berkaitan dengan transportasi, dan aplikasi guru ngaji untuk penyandang disabilitas.
Keberhasilan Anjas mengundang kekaguman Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar. Politikus yang akrab disapa Cak Imin ini pun menerima Anjas di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III lantai 7 Kompleks MPR Jakarta, Jumat (2/8/2019). Ikut hadir pada pertemuan tersebut Ketua Fraksi PKB MPR Jazilul Fawaid dan Wakil Sekjen PKB yang juga anggota Komisi VI DPR Lukmanul Khakim.
Anjas bertemu Cak Imin untuk menyampaikan laporan terkait undangan dari pemerintah AS. Rencananya, pada September nanti, dia akan memenuhi undangan Gedung Putih untuk mempresentasikan beberapa aplikasi yang sudah dibuatnya.
Kepada wartawan, Cak Imin menyatakan kebanggaannya kepada Anjas. Selain disabilitas yang berprestasi, menurut Muhaimin, Anjas adalah kader Nahdlatul Ulama (NU) yang patut didukung. Apalagi, dia merupakan Ketua PMII, salah satu organisasi otonom NU yang pernah dipimpinnya.
“Saya bangga kepada Anjas. Dia adalah penemu lima aplikasi dan satu-satunya pimpinan PMII yang menderita disabilitas. Padahal, untuk menjadi Ketua PMII di Universitas Brawijaya butuh perjuangan dan mental baja, tetapi Anjas memiliki semua itu,” kata Cai Imin.
Cak Imin berharap bangsa Indonesia bisa ikut bangga terhadap prestasi yang diraih Anjas. Dan terus mendorong agar Anjas mampu menciptakan aplikasi-aplikasi lain, baik yang diperuntukkan bagi kaum difabel maupun masyarakat normal lainnya. Apalagi, prestasi yang diraih Anjas juga sudah dihargai oleh internasional.
Sebagai Wakil Ketua MPR, Cak Imin juga meminta pemerintah untuk memfasilitasi agar aplikasi-aplikasi yang dibuat Anjas benar-benar bisa diproduksi secara massal sehingga bisa dimanfaatkan para penyandang disabilitas lainnya.
“Selain itu, tentu saya berharap kepergian (Anjas) ke USA, Gedung Putih ini, dibantu sponsor-sponsor Jakarta,” katanya.
Cak Imin juga berharap agar kaum difabel terus mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan memberikan kemudahan akses, termasuk sarana dan prasarana publik yang saat ini masih terbatas untuk para difabel. ”Seperti halnya akses-akses fasilitas kamar mandi, fasilitas umum, fasilitas yang mudah bagi para difabel,” tuturnya.
Sementara itu, Anjas mengatakan saat ini aplikasi miliknya belum masuk dalam Play Store atau AppStore karena masih dalam proses pengembangan dan penyempurnaan.
”Data base kata dan kalimat itu sangat banyak, sementara tim kita hanya tiga. Alhamdulillah diberikan waktu untuk bertemu Bapak (Cak Imin) untuk bisa bagaimana mengemas aplikasi ini supaya matang untuk dimassalkan,” tuturnya.
Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Brawijaya ini merupakan satu dari tiga peraih penghargaan Youth Southeast Asia Leadership Initiative (YSEALI) yang akan diundang Pemerintah AS ke Gedung Putih.
Anjas berhasil membuat lima aplikasi untuk kaum difabel. Salah satunya Difodeaf yaitu kamus bahasa isyarat bagi penyandang tuna rungu. Karya inilah yang membuatnya diganjar medali emas dari University of Malaysia pada 2018.
Selain Difodeaf, aplikasi lain yang dibuat Anjas bernama Locable singkatan dari location for difable; Jubilitas, market place disabilitas; aplikasi berkaitan dengan transportasi, dan aplikasi guru ngaji untuk penyandang disabilitas.
Keberhasilan Anjas mengundang kekaguman Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar. Politikus yang akrab disapa Cak Imin ini pun menerima Anjas di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III lantai 7 Kompleks MPR Jakarta, Jumat (2/8/2019). Ikut hadir pada pertemuan tersebut Ketua Fraksi PKB MPR Jazilul Fawaid dan Wakil Sekjen PKB yang juga anggota Komisi VI DPR Lukmanul Khakim.
Anjas bertemu Cak Imin untuk menyampaikan laporan terkait undangan dari pemerintah AS. Rencananya, pada September nanti, dia akan memenuhi undangan Gedung Putih untuk mempresentasikan beberapa aplikasi yang sudah dibuatnya.
Kepada wartawan, Cak Imin menyatakan kebanggaannya kepada Anjas. Selain disabilitas yang berprestasi, menurut Muhaimin, Anjas adalah kader Nahdlatul Ulama (NU) yang patut didukung. Apalagi, dia merupakan Ketua PMII, salah satu organisasi otonom NU yang pernah dipimpinnya.
“Saya bangga kepada Anjas. Dia adalah penemu lima aplikasi dan satu-satunya pimpinan PMII yang menderita disabilitas. Padahal, untuk menjadi Ketua PMII di Universitas Brawijaya butuh perjuangan dan mental baja, tetapi Anjas memiliki semua itu,” kata Cai Imin.
Cak Imin berharap bangsa Indonesia bisa ikut bangga terhadap prestasi yang diraih Anjas. Dan terus mendorong agar Anjas mampu menciptakan aplikasi-aplikasi lain, baik yang diperuntukkan bagi kaum difabel maupun masyarakat normal lainnya. Apalagi, prestasi yang diraih Anjas juga sudah dihargai oleh internasional.
Sebagai Wakil Ketua MPR, Cak Imin juga meminta pemerintah untuk memfasilitasi agar aplikasi-aplikasi yang dibuat Anjas benar-benar bisa diproduksi secara massal sehingga bisa dimanfaatkan para penyandang disabilitas lainnya.
“Selain itu, tentu saya berharap kepergian (Anjas) ke USA, Gedung Putih ini, dibantu sponsor-sponsor Jakarta,” katanya.
Cak Imin juga berharap agar kaum difabel terus mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan memberikan kemudahan akses, termasuk sarana dan prasarana publik yang saat ini masih terbatas untuk para difabel. ”Seperti halnya akses-akses fasilitas kamar mandi, fasilitas umum, fasilitas yang mudah bagi para difabel,” tuturnya.
Sementara itu, Anjas mengatakan saat ini aplikasi miliknya belum masuk dalam Play Store atau AppStore karena masih dalam proses pengembangan dan penyempurnaan.
”Data base kata dan kalimat itu sangat banyak, sementara tim kita hanya tiga. Alhamdulillah diberikan waktu untuk bertemu Bapak (Cak Imin) untuk bisa bagaimana mengemas aplikasi ini supaya matang untuk dimassalkan,” tuturnya.
(cip)