DPR Tanya Soal Penetapan Daftar Pemilih, Anggota Kongres AS Tertawa
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 10 anggota Kongres Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh David Price melakukan kunjungan ke DPR sejak Selasa 31 Juli 2019.
Kedatangan Delegasi House Democracy Partnership (HDP) ini datang untuk membahas berbagai hal terkait fungsi kedewanan, demokrasi dan kepemiluan.
Ada peristiwa unik dalam pertemuan antara anggota Kongres AS dan anggota DPR. Saat Pimpinan Komisi II bertanya soal penetapan daftar pemilih di AS, anggota Kongres AS malah tertawa.
“Pertemuan tadi adalah kunjungan congressman dan congresswoman, anggota Kongres AS dan tadi mereka membahas tentang lingkup kerja di Komisi II DPR, utamanya terkait dengan pertama sistem kepemiluan. Kedua, stuktur di Komisi II, baik jumlah anggota, fungsi kedewanananya, dan support-nya,” tutur Wakil Ketua Komisi II DPR Herman Khaeron di Ruang Pimpinan DPR, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (1/8/2019).Haeran menjelaskan, anggota Kongres AS juga mencoba untuk menggali informasi terkait dengan jumlah staf, berapa tenaga ahli, dan berapa dukungan institusi terhadap peningkatan kualitas dari kinerja DPR.Dalam pertemuan itu, Herman mengaku sempat bertanya tentang penetapan daftar pemilih tetap (DPT) dalam pemilu. Pertanyaan itu justru dibalas dengan tertawa. Menurut mereka, di AS sistemnya sudah partisipasi publik. Pemilih justru yang mendaftar sendiri untuk mendapatkan hak pilihnya.
“Yang menarik, tentu tadi saya bertanya terkait bagaimana penetapan DPT, tertawa mereka, karena di Amerika Serikat itu sudah public participatory jadi pemilih itu daftar sendiri. Mereka daftar sendiri sebgai pemilih dengan single identity-nya dan disitulah nanti akan langsung menjadi daftar pemilih tetapnya mereka,” ungkapnya.
Menurut Herman, itu sangat berbeda dengan di Indonesia yang harus didata, didaftar, ditetapkan menjadi DPT, disempurnakan lagi setelah itu yang masuk DPT diberikan undangan untuk melakukan pencoblosan di hari H. Karena, kalau tidak diundang dan diberikan pengumuman, mereka tidak akan datang ke TPS-TPS.
“Kita butuh waktu agar ada kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat betapa pentingnya pemilu sebagai mesin produksinya di semua tingkatan. Baik pemimpin nasional maupun dari pemerintahan daerah,” ungkap politikus Partai Demokrat itu.
Dia mengungkapkan yang menarik adalah delegasi Kongres AS ini bukan kali pertama berkunjung ke Indonesia. Bahkan, David Prive pernah berkunjung saat bencana tsunami Aceh.
Kedatangan mereka, kata Herman, memantapkan kembali hubungan baik antara Indonesia-Amerika Serikat menjadi sangat mungkin baik di eksekutif maupun di legislatif.
“Supaya saya kira hal-hal yang tentu menjadi sinergis antara Amerika Serikat dan Indonesia semakin hari semakin terjalin dengan baik,” harap Herman.
Kedatangan Delegasi House Democracy Partnership (HDP) ini datang untuk membahas berbagai hal terkait fungsi kedewanan, demokrasi dan kepemiluan.
Ada peristiwa unik dalam pertemuan antara anggota Kongres AS dan anggota DPR. Saat Pimpinan Komisi II bertanya soal penetapan daftar pemilih di AS, anggota Kongres AS malah tertawa.
“Pertemuan tadi adalah kunjungan congressman dan congresswoman, anggota Kongres AS dan tadi mereka membahas tentang lingkup kerja di Komisi II DPR, utamanya terkait dengan pertama sistem kepemiluan. Kedua, stuktur di Komisi II, baik jumlah anggota, fungsi kedewanananya, dan support-nya,” tutur Wakil Ketua Komisi II DPR Herman Khaeron di Ruang Pimpinan DPR, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (1/8/2019).Haeran menjelaskan, anggota Kongres AS juga mencoba untuk menggali informasi terkait dengan jumlah staf, berapa tenaga ahli, dan berapa dukungan institusi terhadap peningkatan kualitas dari kinerja DPR.Dalam pertemuan itu, Herman mengaku sempat bertanya tentang penetapan daftar pemilih tetap (DPT) dalam pemilu. Pertanyaan itu justru dibalas dengan tertawa. Menurut mereka, di AS sistemnya sudah partisipasi publik. Pemilih justru yang mendaftar sendiri untuk mendapatkan hak pilihnya.
“Yang menarik, tentu tadi saya bertanya terkait bagaimana penetapan DPT, tertawa mereka, karena di Amerika Serikat itu sudah public participatory jadi pemilih itu daftar sendiri. Mereka daftar sendiri sebgai pemilih dengan single identity-nya dan disitulah nanti akan langsung menjadi daftar pemilih tetapnya mereka,” ungkapnya.
Menurut Herman, itu sangat berbeda dengan di Indonesia yang harus didata, didaftar, ditetapkan menjadi DPT, disempurnakan lagi setelah itu yang masuk DPT diberikan undangan untuk melakukan pencoblosan di hari H. Karena, kalau tidak diundang dan diberikan pengumuman, mereka tidak akan datang ke TPS-TPS.
“Kita butuh waktu agar ada kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat betapa pentingnya pemilu sebagai mesin produksinya di semua tingkatan. Baik pemimpin nasional maupun dari pemerintahan daerah,” ungkap politikus Partai Demokrat itu.
Dia mengungkapkan yang menarik adalah delegasi Kongres AS ini bukan kali pertama berkunjung ke Indonesia. Bahkan, David Prive pernah berkunjung saat bencana tsunami Aceh.
Kedatangan mereka, kata Herman, memantapkan kembali hubungan baik antara Indonesia-Amerika Serikat menjadi sangat mungkin baik di eksekutif maupun di legislatif.
“Supaya saya kira hal-hal yang tentu menjadi sinergis antara Amerika Serikat dan Indonesia semakin hari semakin terjalin dengan baik,” harap Herman.
(dam)