Anak Muda Rentan Terkena Penyakit Mematikan Autoimun
A
A
A
JAKARTA - Generasi muda Indonesia rentan terkena penyakit autoimun yakni, sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan kawan dan lawan sehingga menyebabkan keluhan kesehatan kronis.
Autoimun juga dapat menyebabkan kematian jika menyerang organ yang memiliki peran vital. Pemicunya antara lain pola konsumsi makanan dan stress yang tinggi.
Saat ini jumlah penyintas autoimun di Indonesia jumlahnya sekitar 5.000 orang. Kalangan yang rentan terkena adalah wanita dan anak-anak. Pasalnya wanita memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibanding laki-laki.
Untuk mengatasi penyakit tersebut, Firda Athira Foundation sebagai organisasi generasi milenial ikut membantu penyintas autoimun. Sebab generasi milenial memiliki peranan penting untuk memberi dukungan kepada penyintas autoimun agar tetap semangat meraih masa depan.
“Dengan dukungan teman dan sahabat penderita autoimun, khususnya sesama anak muda, akan dapat memiliki daya juang lebih dan menganggap apa yang dideritanya bukan halangan untuk menggapai cita-cita,” kata Co-founder Firda Athira Foundation, Firda Athira Azis.
Autoimun sendiri sampai saat ini belum dapat disembuhkan, namun gejala yang timbul dapat ditekan dan dijaga agar tidak timbul. Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. Sampai saat ini kementerian kesehatan masih melakukan pendataan terhadap para penderitanya.
“Saya yakin pemerintah mencoba yang terbaik. Nah, kalau saya fokus pada anak-anak marjinal. Saat ini yang mereka sangat butuhkan adalah dukungan positif. Kita tidak selalu memberi materi tapi perhatian dan kasih sayang,” tukasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Clerry Cleffy Institute (CCI), Dwi Prihandini menambahkan, pihaknya juga ikut memberikan perhatian pada penyintas autoimun. Dengan adanya sentuhan anak muda seperti Firda Athira Foundation bisa menjadi sentuhan tersendiri.
“Sudah saatnya sosok milenial anak muda sekarang untuk ikut terlibat aktiif terhadap sebuah persoalan. Harapan saya remaja ini semakin paham dan tahu apa itu autoimun dan dampaknya. Karena kita akan menghadapi bonus demografi,” kata Dwi.
Dia pun berharap agar banyak pihak memberikan dukungan supaya jumlah penyandang autoimun terdata dengan baik. “Harapan kita tentu saja bisa mendorong kesejahteraan mereka (penderita autoimun) dimasa yang akan datang,” katanya.
Autoimun juga dapat menyebabkan kematian jika menyerang organ yang memiliki peran vital. Pemicunya antara lain pola konsumsi makanan dan stress yang tinggi.
Saat ini jumlah penyintas autoimun di Indonesia jumlahnya sekitar 5.000 orang. Kalangan yang rentan terkena adalah wanita dan anak-anak. Pasalnya wanita memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibanding laki-laki.
Untuk mengatasi penyakit tersebut, Firda Athira Foundation sebagai organisasi generasi milenial ikut membantu penyintas autoimun. Sebab generasi milenial memiliki peranan penting untuk memberi dukungan kepada penyintas autoimun agar tetap semangat meraih masa depan.
“Dengan dukungan teman dan sahabat penderita autoimun, khususnya sesama anak muda, akan dapat memiliki daya juang lebih dan menganggap apa yang dideritanya bukan halangan untuk menggapai cita-cita,” kata Co-founder Firda Athira Foundation, Firda Athira Azis.
Autoimun sendiri sampai saat ini belum dapat disembuhkan, namun gejala yang timbul dapat ditekan dan dijaga agar tidak timbul. Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. Sampai saat ini kementerian kesehatan masih melakukan pendataan terhadap para penderitanya.
“Saya yakin pemerintah mencoba yang terbaik. Nah, kalau saya fokus pada anak-anak marjinal. Saat ini yang mereka sangat butuhkan adalah dukungan positif. Kita tidak selalu memberi materi tapi perhatian dan kasih sayang,” tukasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Clerry Cleffy Institute (CCI), Dwi Prihandini menambahkan, pihaknya juga ikut memberikan perhatian pada penyintas autoimun. Dengan adanya sentuhan anak muda seperti Firda Athira Foundation bisa menjadi sentuhan tersendiri.
“Sudah saatnya sosok milenial anak muda sekarang untuk ikut terlibat aktiif terhadap sebuah persoalan. Harapan saya remaja ini semakin paham dan tahu apa itu autoimun dan dampaknya. Karena kita akan menghadapi bonus demografi,” kata Dwi.
Dia pun berharap agar banyak pihak memberikan dukungan supaya jumlah penyandang autoimun terdata dengan baik. “Harapan kita tentu saja bisa mendorong kesejahteraan mereka (penderita autoimun) dimasa yang akan datang,” katanya.
(cip)