Empat Pakar Bahas Kehidupan Bernegara dan Bermasyarakat Pasca Oktober 2019

Jum'at, 26 Juli 2019 - 13:39 WIB
Empat Pakar Bahas Kehidupan Bernegara dan Bermasyarakat Pasca Oktober 2019
Empat Pakar Bahas Kehidupan Bernegara dan Bermasyarakat Pasca Oktober 2019
A A A
JAKARTA - Perhimpunan Alumni Universitas Oxford di Indonesia yang terdiri dari warga negara Indonesia dan non Indonesia dari berbagai disiplin ilmu dan profesi menggelar acara diskusi bertajuk “Kehidupan Bernegara dan Bermasyarakat Pasca Oktober 2019”.

Acara yang digelar bekerja sama dengan Dayalima Family ini, berlangsung di Dayalima Dimensi Indonesia, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis 25 Juli 2019.

Pada silaturahmi dan diskusi ini menghadirkan para nara sumber dan pakar dari berbagai disiplin ilmu yang peduli dengan berbagai isu yang berkembang sebelum, selama dan pascapilpres dan Pilleg 2019 yang lalu.

Hadir pada forum diskusi ini antara lain Cendikiawan Muslim Komaruddin Hidayat yang juga Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie, Rikard Bangun Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas dan Sejarawan Yosef Djakababa dan juga dihadiri oleh Ketua Komisi I DPR RI Sayta Widya Yudha, dan Politisi PDIP Perjuangan Budiman Sudjatmiko.

Diskusi ini membahas berbagai berbagai isu yang hangat berkembang di level elit politik serta masyarakat Indonesia selama kontestasi pilpres dan pilleg serta pascaputusan KPU dan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil perolehan suara Pilpres 2019.

Presiden University of Oxford Society of Indonesia, Rio Haminoto yang menggagas acara tersebut mengatakan, maksud dan tujuan diskusi ini adalah untuk terlibat aktif dalam pembentukan komponen kelompok masyarakat madani atau civil society di Indonesia yang harus secara independen dan aktif berdampak dalam pikiran dan tindakan demi persatuan dan kesatuan Indonesia sesuai dengan visi dan misi para anggota Oxford University Society yang berada di Indonesia.

Dari Diskusi ini, ada tiga point penting yang menjadi kesimpulan mendasar dari para pembicara dihadapkan dengan situasi dan kondisi terkini bangsa Indonesia, yaitu sejarah telah mencatat letak geografis dan intercultural nusantara sangat terbuka terhadap penetrasi pengaruh asing.

Point kedua, kemajuan teknologi artificial intelligence dan pengelolaan big data telah menjadi senjata baru untuk melakukan pendudukan dan penaklukan politik di beberapa negara dalam skala nasional dan internasional.

Point ketiga yang sangat krusial adalah perlunya suatu kerekatan komunikasi dan aksi para komponen bangsa untuk berpikir dan bertindak taktis dalam membawa dampak nyata bagi persatuan Indonesia.

Diharapkan, pascapelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024 pada 20 Oktober mendatang, segala friksi dan polarisasi kedua pendukung akibat panasnya kontestasi Pilpres 2019 lalu dapat disatukan kembali demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Seluruh elemen masyarakat, baik elit politik maupun masyarakat dapat kembali menjalani kehidupan berbagsa dan bernegara yang bermartabat dan terhormat serta bersama-sama membangun bangsa Indonesia yang lebih maju untuk keadilan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0382 seconds (0.1#10.140)