Selalu Bergandengan Tangan, Tak Mau Dipisahkan
A
A
A
Hanya satu dari lima orang di dunia yang akan menemukan cinta sejatinya. Jika ungkapan ini benar, maka Mahmud Sopamena (87) mungkin salah satunya. Cintanya telah tertaut erat kepada istrinya, Karsum Litiloli (75).
Kemesraan pasangan asal Maluku Tengah ini terlihat ketika tiba di Bandara Prince Mohammad Bin Abdul Aziz Madinah, Selasa (16/7/2019) pukul 11.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Keduanya terus bergandengan tangan ketika turun dari pesawat.
"Pak Mahfud tidak mau turun (pesawat) kalau tidak bergandengan tangan dengan Mak Cum (sapaan akrab Karsum). Butuh sekitar setengah jam untuk menurunkan keduanya," kata petugas Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) Kloter 13 Embarkasi Ujung Pandang (UPG), Jusman Rivay Rumra kepada tim MCH, Rabu (17/7/2019).
Dia menuturkan, Mahmud enggan terpisah dengan Mak Cum sejak dari embarkasi. Mahmud yang kondisi kesehatannya menurun rencananya dibawa dengan ambulans ke Bandara Sultan Hasanudin Makassar, sedangkan Mak Cum naik bus dengan jamaah lain. Namun saat akan diberangkatkan, Mahmud berteriak-teriak memanggil istrinya. Karena tidak bisa ditenangkan, Mak Cum yang telah berada di bus dijemput dan diminta untuk mendampingi suaminya.
"Mahmud dan Mak Cum akhirnya diantar menggunakan ambulans ke bandara," kata warga Pulau Tual ini.
Di dalam pesawat Garuda GA 082850, pasangan yang telah memiliki 8 anak dan 11 cucu ini, juga duduk berdampingan. Mahmud duduk di kursi 30 dan Mak Cum di kursi 31. Mahmud hampir selalu memegang telapak tangan Mak Cum selama dalam perjalanan menuju Madinah.
Rasa cinta yang besar kepada Mak Cum kembali ditunjukkan Mahmud ketika petugas mendorong keduanya dari terminal kedatangan menuju ke paviliun, tempat tunggu jamaah haji. Mahmud memukul tangan petugas lantaran dikira menyenggol lengan Mak Cum ketika mendorongnya di kursi roda. Kejadian ini sempat terekam video yang diambil oleh petugas.
Tidak berhenti sampai di situ, Mahmud juga tidak mau tidur terpisah dengan sang istri di pemondokan. Padahal dalam aturannya, jamaah haji laki-laki dan perempuan dipisah kamarnya. "Namun karena tetap tidak mau dipisah, maka akhirnya kami satukan di kamar 1705 Hotel Diyar Al Amal. Keduanya tidur di satu bed," katanya.
Mak Cum mengaku tidak tahu mengapa suaminya terlihat begitu sayang kepadanya. Padahal saat di rumah, tidak seperti itu. Mahmud biasa saja ketika ditinggal keluar rumah. "Saya malu dilihat banyak orang. Saya sempat bilang, kalau seperti ini saya tinggal saja. Dia malah jawab, kau tidak sayang sama saya," tutur Mak Cum tersenyum.
Diakuinya, sejak muda Mahmud adalah orang yang lembut, tidak pernah berbicara kasar kepada orang lain. Karena itu, dirinya mau saja ketika dijodohkan orang tuanya dengan Mahmud. "Orangnya lembut dan sopan, dulu banyak wanita yang naksir dengan dia," kata Mak Cum sambil tersipu malu.
Untuk membalas perhatian besar suaminya, Mak Cum berusaha meladeni Mahmud dengan baik. Dia menyiapkan teh dan biskuit kesukaan Mahmud. Mak Cum lalu menyuapi suaminya dengan biskuit itu.
"Ganteng kan (suami saya), dari hidungnya sudah kelihatan," ucap Mak Cum sambil bersiap-siap salat di Masjid Nabawi.
Kemesraan pasangan asal Maluku Tengah ini terlihat ketika tiba di Bandara Prince Mohammad Bin Abdul Aziz Madinah, Selasa (16/7/2019) pukul 11.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Keduanya terus bergandengan tangan ketika turun dari pesawat.
"Pak Mahfud tidak mau turun (pesawat) kalau tidak bergandengan tangan dengan Mak Cum (sapaan akrab Karsum). Butuh sekitar setengah jam untuk menurunkan keduanya," kata petugas Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) Kloter 13 Embarkasi Ujung Pandang (UPG), Jusman Rivay Rumra kepada tim MCH, Rabu (17/7/2019).
Dia menuturkan, Mahmud enggan terpisah dengan Mak Cum sejak dari embarkasi. Mahmud yang kondisi kesehatannya menurun rencananya dibawa dengan ambulans ke Bandara Sultan Hasanudin Makassar, sedangkan Mak Cum naik bus dengan jamaah lain. Namun saat akan diberangkatkan, Mahmud berteriak-teriak memanggil istrinya. Karena tidak bisa ditenangkan, Mak Cum yang telah berada di bus dijemput dan diminta untuk mendampingi suaminya.
"Mahmud dan Mak Cum akhirnya diantar menggunakan ambulans ke bandara," kata warga Pulau Tual ini.
Di dalam pesawat Garuda GA 082850, pasangan yang telah memiliki 8 anak dan 11 cucu ini, juga duduk berdampingan. Mahmud duduk di kursi 30 dan Mak Cum di kursi 31. Mahmud hampir selalu memegang telapak tangan Mak Cum selama dalam perjalanan menuju Madinah.
Rasa cinta yang besar kepada Mak Cum kembali ditunjukkan Mahmud ketika petugas mendorong keduanya dari terminal kedatangan menuju ke paviliun, tempat tunggu jamaah haji. Mahmud memukul tangan petugas lantaran dikira menyenggol lengan Mak Cum ketika mendorongnya di kursi roda. Kejadian ini sempat terekam video yang diambil oleh petugas.
Tidak berhenti sampai di situ, Mahmud juga tidak mau tidur terpisah dengan sang istri di pemondokan. Padahal dalam aturannya, jamaah haji laki-laki dan perempuan dipisah kamarnya. "Namun karena tetap tidak mau dipisah, maka akhirnya kami satukan di kamar 1705 Hotel Diyar Al Amal. Keduanya tidur di satu bed," katanya.
Mak Cum mengaku tidak tahu mengapa suaminya terlihat begitu sayang kepadanya. Padahal saat di rumah, tidak seperti itu. Mahmud biasa saja ketika ditinggal keluar rumah. "Saya malu dilihat banyak orang. Saya sempat bilang, kalau seperti ini saya tinggal saja. Dia malah jawab, kau tidak sayang sama saya," tutur Mak Cum tersenyum.
Diakuinya, sejak muda Mahmud adalah orang yang lembut, tidak pernah berbicara kasar kepada orang lain. Karena itu, dirinya mau saja ketika dijodohkan orang tuanya dengan Mahmud. "Orangnya lembut dan sopan, dulu banyak wanita yang naksir dengan dia," kata Mak Cum sambil tersipu malu.
Untuk membalas perhatian besar suaminya, Mak Cum berusaha meladeni Mahmud dengan baik. Dia menyiapkan teh dan biskuit kesukaan Mahmud. Mak Cum lalu menyuapi suaminya dengan biskuit itu.
"Ganteng kan (suami saya), dari hidungnya sudah kelihatan," ucap Mak Cum sambil bersiap-siap salat di Masjid Nabawi.
(pur)