Banyak Jamaah Kesasar, Peran Perangkat Kloter Harus Dioptimalkan
A
A
A
MADINAH - Perangkat kelompok terbang (kloter) diminta untuk mengoptimalkan fungsinya dalam membina, menjaga, dan melindungi jamaah haji Indonesia. Mereka harus memastikan anggota jamaahnya tidak ada yang hilang.
Berdasarkan pantauan di lapangan, cukup banyak jamaah yang kebingungan ketika hendak kembali ke hotel selepas salat di Masjid Nabawi. Mereka lupa jalan pulang menuju pemondokan. Akhirnya mereka berjalan keliling mencari tempat mereka menginap di Madinah. Bagi yang bertemu petugas, mereka akan diantarkan kembali ke hotel. Namun, ada sebagian yang tidak bertemu petugas akhirnya terus berjalan dalam kebingungan sampai jauh.
Kantor Urusan Haji (KUH) Madinah yang berjarak 1 kilometer lebih dari Masjid Nabari, hampir setiap hari kedatangan jamaah yang kesasar. Mereka ditemukan oleh petugas di wilayah yang jauh dari Masjid Nabawi. Rata-rata mereka berusia lanjut dan memiliki keterbatasan komunikasi lantaran tidak bisa berbahasa Indonesia.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah, Akhmad Jauhari mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan kepada ketua kloter untuk mengoptimalkan peran dan fungsi ketua rombongan dan regu dalam memberikan pelayanan kepada jamaah. Sebab, dalam satu kloter terdapat 350-400-an jamaah yang harus diberikan layanan.
"Tidak mungkin satu orang ketua kloter mengawasi 400-an jamaah seorang diri. Karena itu pengawasan harus berjenjang," kata Akhmad Jauhari di Madinah, Senin (15/7/2019).
Pengawasan berjenjang dilakukan mulai dari ketua regu yang memiliki 9-10 anggota. Dia bertanggung jawab atas seluruh anggotanya. Kemudian ketua rombongan yang membawahi 4-5 regu mengawasi dan mendapatkan laporan dari ketua regu. "Baru ketua kloter berkomunikasi dengan ketua rombongan yang berjumlah antara 9-10 orang, sehingga pengawasan lebih mudah," ujarnya.
Jauhari mengingatkan ketua kloter bertanggung jawab terhadap semua aktivitas jamaah haji, dari mulai ibadah hingga kegiatan lainnya. Dia harus melaporkan secara rutin setiap dua hari kepada sektor terkait kloternya.
Diakui oleh Akhmad Jauhri, ketua regu dan rombongan bersifat voluntir, bukan bagian dari petugas haji. Mereka dipilih oleh internal kloter sekitar 3 bulan sebelum pemberangkatan jamaah haji ke Tanah Suci. Sebagian dari mereka tidak mengikuti pembekalan secara detail seperti petugas haji, sehingga pengetahuan bidang tugasnya tidak maksimal.
"Karena itu kita tempatkan petugas di titik-titik yang menjadi rute jamaah dari hotel ke Masjid Nabawi untuk membantu jamaah ketika ada yang tersesat," katanya.
Kasie Perlindungan Jamaah Daker Madinah, Anang Wisnu Wibowo mengakui cukup banyak jamaah yang kesasar. Hingga saat ini, lebih dari 50 orang yang dilimpahkan ke kantor Daker Madinah karena kesasar. Mereka biasanya yang tidak bisa diajak berkomunikasi dan mengalami depresi. "Rata-rata mereka lansia dan pikun. Mereka berangkat ke Masjid Nabawi dengan mengikuti orang-orang, tapi saat pulang bingung. Lalu jalan kaki sampai jauh dan akhirnya kelelahan," katanya.
Depresi yang dialami oleh jamaah rata-rata karena bingung, takut, dan kelelahan. Mereka kebingungan berkomunikasi untuk menanyakan hotel, takut bertanya kepada orang yang tidak dikenal, dan capek berkeliling mencari hotel tapi tidak ketemu. Akibatnya, saat diantarkan ke Kantor Daker Madinah, mereka tidak mau mengonsumsi makan dan minum, mengamuk, serta diam saja saat ditanya.
"Biasanya, jamaah kebingungan pada hari pertama dan kedua setelah tiba di Madinah. Namun setelah itu, biasanya mereka sudah mengenali lingkungannya," katanya.
Untuk meminimalisasi jamaah yang tersasar, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah mendirikan sektor khusus di pelataran Masjid Nabawi. Petugas disiagakan 24 jam di sejumlah pintu Masjid Nabawi. Antara lain di pintu 37, 21, 7, dan 1.
Bagi jamaah yang mengalami kesulitan bisa langsung mencari para petugas di pintu-pintu tersebut. Atau bisa juga datang ke Kantor Sektor Khusus di Hotel Taibah Arac Suites yang berjarak 10 meter dari pagar Masjid Nabawi.
Berdasarkan pantauan di lapangan, cukup banyak jamaah yang kebingungan ketika hendak kembali ke hotel selepas salat di Masjid Nabawi. Mereka lupa jalan pulang menuju pemondokan. Akhirnya mereka berjalan keliling mencari tempat mereka menginap di Madinah. Bagi yang bertemu petugas, mereka akan diantarkan kembali ke hotel. Namun, ada sebagian yang tidak bertemu petugas akhirnya terus berjalan dalam kebingungan sampai jauh.
Kantor Urusan Haji (KUH) Madinah yang berjarak 1 kilometer lebih dari Masjid Nabari, hampir setiap hari kedatangan jamaah yang kesasar. Mereka ditemukan oleh petugas di wilayah yang jauh dari Masjid Nabawi. Rata-rata mereka berusia lanjut dan memiliki keterbatasan komunikasi lantaran tidak bisa berbahasa Indonesia.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah, Akhmad Jauhari mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan kepada ketua kloter untuk mengoptimalkan peran dan fungsi ketua rombongan dan regu dalam memberikan pelayanan kepada jamaah. Sebab, dalam satu kloter terdapat 350-400-an jamaah yang harus diberikan layanan.
"Tidak mungkin satu orang ketua kloter mengawasi 400-an jamaah seorang diri. Karena itu pengawasan harus berjenjang," kata Akhmad Jauhari di Madinah, Senin (15/7/2019).
Pengawasan berjenjang dilakukan mulai dari ketua regu yang memiliki 9-10 anggota. Dia bertanggung jawab atas seluruh anggotanya. Kemudian ketua rombongan yang membawahi 4-5 regu mengawasi dan mendapatkan laporan dari ketua regu. "Baru ketua kloter berkomunikasi dengan ketua rombongan yang berjumlah antara 9-10 orang, sehingga pengawasan lebih mudah," ujarnya.
Jauhari mengingatkan ketua kloter bertanggung jawab terhadap semua aktivitas jamaah haji, dari mulai ibadah hingga kegiatan lainnya. Dia harus melaporkan secara rutin setiap dua hari kepada sektor terkait kloternya.
Diakui oleh Akhmad Jauhri, ketua regu dan rombongan bersifat voluntir, bukan bagian dari petugas haji. Mereka dipilih oleh internal kloter sekitar 3 bulan sebelum pemberangkatan jamaah haji ke Tanah Suci. Sebagian dari mereka tidak mengikuti pembekalan secara detail seperti petugas haji, sehingga pengetahuan bidang tugasnya tidak maksimal.
"Karena itu kita tempatkan petugas di titik-titik yang menjadi rute jamaah dari hotel ke Masjid Nabawi untuk membantu jamaah ketika ada yang tersesat," katanya.
Kasie Perlindungan Jamaah Daker Madinah, Anang Wisnu Wibowo mengakui cukup banyak jamaah yang kesasar. Hingga saat ini, lebih dari 50 orang yang dilimpahkan ke kantor Daker Madinah karena kesasar. Mereka biasanya yang tidak bisa diajak berkomunikasi dan mengalami depresi. "Rata-rata mereka lansia dan pikun. Mereka berangkat ke Masjid Nabawi dengan mengikuti orang-orang, tapi saat pulang bingung. Lalu jalan kaki sampai jauh dan akhirnya kelelahan," katanya.
Depresi yang dialami oleh jamaah rata-rata karena bingung, takut, dan kelelahan. Mereka kebingungan berkomunikasi untuk menanyakan hotel, takut bertanya kepada orang yang tidak dikenal, dan capek berkeliling mencari hotel tapi tidak ketemu. Akibatnya, saat diantarkan ke Kantor Daker Madinah, mereka tidak mau mengonsumsi makan dan minum, mengamuk, serta diam saja saat ditanya.
"Biasanya, jamaah kebingungan pada hari pertama dan kedua setelah tiba di Madinah. Namun setelah itu, biasanya mereka sudah mengenali lingkungannya," katanya.
Untuk meminimalisasi jamaah yang tersasar, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah mendirikan sektor khusus di pelataran Masjid Nabawi. Petugas disiagakan 24 jam di sejumlah pintu Masjid Nabawi. Antara lain di pintu 37, 21, 7, dan 1.
Bagi jamaah yang mengalami kesulitan bisa langsung mencari para petugas di pintu-pintu tersebut. Atau bisa juga datang ke Kantor Sektor Khusus di Hotel Taibah Arac Suites yang berjarak 10 meter dari pagar Masjid Nabawi.
(cip)