Dermawan Mindset, Habit, dan Effect: Membentuk Logika Filantropi dalam Berkurban
A
A
A
JAKARTA - Mengedukasi khalayak dermawan menuntut konsistensi agar dapat menyentuh batin dan memasuki bilik perasaan masyarakat sasaran. Berfilantropi adalah sebuah area yang sepenuhnya penyadaran dari hal-hal yang dirasa tidak rasional. Ada banyak alasan sehingga soal perasaan ini menjadi dominan.
Dalam bagan filantropi, terdapat tiga hal penting untuk ditilik lebih jauh: Dermawan Mindset, Dermawan Habit, dan Dermawan Effect. Ketiganya menjadi landasan dalam topik tema Dermawan Berkurban untuk launching program Qurban 2019, di Blora lalu.
Dermawan Mindset. Poin ini untuk menjadi starting point dalam memaparkan penyadaran filantropi. Tahapan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat untuk memiliki pola pikir dermawan. Secara umum, tidak ada orang yang keberatan bila disebut dermawan. Jika ikhtiar edukasi ini masuk dengan sapaan verbal (bahkan visual), hal ini akan menaikkan kelas masyarakat sasaran untuk memiliki Dermawan Habit. Dermawan Habit merupakan spontanitas respons yang dimiliki seseorang yang telah terpapar edukasi kedermawanan.
Dermawan Habit ini membangun kesiapan seseorang untuk memasuki ekspresi kedermawanannya. Dengan realitas tertentu, kedermawanan yang tumbuh dalam dirinya siap ditunjukkan.
Lalu, bagaimana pola keseluruhan itu berlangsung? Dermawan Effect menjadi kelanjutannya. Seseorang yang telah memiliki Dermawan Habit siap menunjukkan dampak pemahaman yang dimilikinya. Ekspresi dari Dermawan Effect ditunjukkan dari kebaikan seseorang sebagai muslim. Misalnya, dia dapat tunjuk kedermawanan (sebagai hal yang tangible) dengan hartanya.
Islam menerangkan, aktivitas menanam (pohon) pun dikategorikan sebagai perbuatan sedekah yang terpuji dan pelakunya memperoleh ganjaran dari Allah. Betapa luas kasih sayang Allah, tidak membatasi muslimin yang berbuat baik kepada sesama muslim saja. Hal ini karena berbuat baik diperintahkan untuk disebarkan kepada seluruh manusia bahkan seluruh makhluk hidup, tidak terlepas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Sebaran yang luas inilah yang menjadi esensi dari dermawan.
“Dermawan Berkurban, Berkahnya Bahagiakan Dunia” menjadi tema selebrasi (dan filantropi) yang disebar luaskan Global Qurban-ACT pada 1440 Hijriah ini. Urgensi kurban menjadi layak dibincang karena dua hal.
Pertama, ada hak saudara seiman yang harus ditunaikan dan ini layak menjadi perhatian utama kita untuk berkurban). Ini menjadi tujuan kemana pergerakan filantropi secara masif hendak diarahkan. Kedua, kita sebagai muslim bisa melihat peta dunia Islam, kemana selebrasi kurban di alokasikan. Di dalam negeri sendiri, banyak masyarakat Indonesia yang dilanda bencana dan penderitaan. Di Tanah Air sendiri dihadapkan tantangan kekeringan.
Di Jawa (sebagian besar di wilayah Blora, Rembang, dan Wonogiri; juga di wilayah Pati, Jepara, serta Grobogan), kekeringan diperkirakan berlangsung selama tujuh bulan. di Jawa Timur, diperkirakan ada 822 desa terancam kekeringan. Ada eskalasi yang meningkat dibanding tahun sebelumnya (2018 saja ada 725 desa).
Paparan kawasan kekeringan meluas, jumlah penyandang masalah kekeringan juga meningkat. Tak hanya melalui momen kurban, urgensi bantuan pangan untuk sesama juga selalu hadir di setiap harinya. Hal ini ACT tanggapi dengan penyediaan layanan makan gratis melalui program Humanity Food Truck 2.0, generasi kedua armada Humanity Food Truck.
Armada yang resmi beroperasi pada pertengahan Maret 2019 tersebut memberi ribuan porsi makanan gratis, seperti armada Humanity Food Truck sebelumnya. Dilengkapi dengan fungsi armada yang kian lengkap, Humanity Food Truck 2.0 menjadi bagian ikhtiar kami untuk melayani penerima manfaat dengan maksimal.
Dalam bagan filantropi, terdapat tiga hal penting untuk ditilik lebih jauh: Dermawan Mindset, Dermawan Habit, dan Dermawan Effect. Ketiganya menjadi landasan dalam topik tema Dermawan Berkurban untuk launching program Qurban 2019, di Blora lalu.
Dermawan Mindset. Poin ini untuk menjadi starting point dalam memaparkan penyadaran filantropi. Tahapan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat untuk memiliki pola pikir dermawan. Secara umum, tidak ada orang yang keberatan bila disebut dermawan. Jika ikhtiar edukasi ini masuk dengan sapaan verbal (bahkan visual), hal ini akan menaikkan kelas masyarakat sasaran untuk memiliki Dermawan Habit. Dermawan Habit merupakan spontanitas respons yang dimiliki seseorang yang telah terpapar edukasi kedermawanan.
Dermawan Habit ini membangun kesiapan seseorang untuk memasuki ekspresi kedermawanannya. Dengan realitas tertentu, kedermawanan yang tumbuh dalam dirinya siap ditunjukkan.
Lalu, bagaimana pola keseluruhan itu berlangsung? Dermawan Effect menjadi kelanjutannya. Seseorang yang telah memiliki Dermawan Habit siap menunjukkan dampak pemahaman yang dimilikinya. Ekspresi dari Dermawan Effect ditunjukkan dari kebaikan seseorang sebagai muslim. Misalnya, dia dapat tunjuk kedermawanan (sebagai hal yang tangible) dengan hartanya.
Islam menerangkan, aktivitas menanam (pohon) pun dikategorikan sebagai perbuatan sedekah yang terpuji dan pelakunya memperoleh ganjaran dari Allah. Betapa luas kasih sayang Allah, tidak membatasi muslimin yang berbuat baik kepada sesama muslim saja. Hal ini karena berbuat baik diperintahkan untuk disebarkan kepada seluruh manusia bahkan seluruh makhluk hidup, tidak terlepas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Sebaran yang luas inilah yang menjadi esensi dari dermawan.
“Dermawan Berkurban, Berkahnya Bahagiakan Dunia” menjadi tema selebrasi (dan filantropi) yang disebar luaskan Global Qurban-ACT pada 1440 Hijriah ini. Urgensi kurban menjadi layak dibincang karena dua hal.
Pertama, ada hak saudara seiman yang harus ditunaikan dan ini layak menjadi perhatian utama kita untuk berkurban). Ini menjadi tujuan kemana pergerakan filantropi secara masif hendak diarahkan. Kedua, kita sebagai muslim bisa melihat peta dunia Islam, kemana selebrasi kurban di alokasikan. Di dalam negeri sendiri, banyak masyarakat Indonesia yang dilanda bencana dan penderitaan. Di Tanah Air sendiri dihadapkan tantangan kekeringan.
Di Jawa (sebagian besar di wilayah Blora, Rembang, dan Wonogiri; juga di wilayah Pati, Jepara, serta Grobogan), kekeringan diperkirakan berlangsung selama tujuh bulan. di Jawa Timur, diperkirakan ada 822 desa terancam kekeringan. Ada eskalasi yang meningkat dibanding tahun sebelumnya (2018 saja ada 725 desa).
Paparan kawasan kekeringan meluas, jumlah penyandang masalah kekeringan juga meningkat. Tak hanya melalui momen kurban, urgensi bantuan pangan untuk sesama juga selalu hadir di setiap harinya. Hal ini ACT tanggapi dengan penyediaan layanan makan gratis melalui program Humanity Food Truck 2.0, generasi kedua armada Humanity Food Truck.
Armada yang resmi beroperasi pada pertengahan Maret 2019 tersebut memberi ribuan porsi makanan gratis, seperti armada Humanity Food Truck sebelumnya. Dilengkapi dengan fungsi armada yang kian lengkap, Humanity Food Truck 2.0 menjadi bagian ikhtiar kami untuk melayani penerima manfaat dengan maksimal.
(cip)