Padati Madinah, Jamaah Haji Indonesia Kejar Arbain

Selasa, 09 Juli 2019 - 13:34 WIB
Padati Madinah, Jamaah...
Padati Madinah, Jamaah Haji Indonesia Kejar Arbain
A A A
MADINAH - Jamaah haji Indonesia mulai memadati Kota Suci Madinah. Hingga pukul 17.00 Waktu Arab Saudi (WAS) kemarin, tercatat jamaah haji Indonesia yang telah tiba di Kota Nabi mencapai 10.861 orang.

Berdasarkan data Siskohat, jamaah haji yang telah berada di Madinah berasal dari 26 kloter sejumlah embarkasi. Di antaranya Embarkasi Jakarta Pondok Gede, Jakarta Bekasi, Surabaya, Solo, Batam, Ujung Pandang, Padang, dan Palembang. Keberadaan jamaah haji Indonesia mudah terlihat di Madinah. Mereka banyak berkelompok pergi ke Masjid Nabawi untuk melakukan salat arbain (40 waktu). Pada tengah malam, sejumlah jamaah juga terlihat masuk ke Raudloh, tempat antara bekas rumah nabi dan mimbarnya yang berada di Masjid Nabawi. Mereka melakukan salat malam dan berdoa.

Selain Masjid Nabawi, para jamaah juga terlihat di beberapa tempat ibadah dan bersejarah lainnya. Di antaranya Masjid Quba, Masjid Qiblatain, dan Jabal Uhud. Mereka mengisi waktu untuk mengenal sejarah Islam ?ebih dekat di Madinah. Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Arsyad Hidayat mengingatkan kepada para jamaah haji untuk menjaga kesehatannya selama di Tanah Suci. Jangan terlalu banyak beraktivitas di luar karena cuaca saat ini semakin panas. Pada siang hari suhu bisa mencapai 43 derajat Celcius, sementara malam hari antara 36-38 derajat Celcius. "Jangan bersentuhan langsung dengan matahari. Kalau keluar ditutup kepalanya," kata Arsyad kepada wartawan, kemarin.

Jamaah juga diminta untuk banyak minum air. Sebab, panas yang menyengat mudah menyebabkan tubuh dehidrasi meski tidak keluar keringat. Makanan kareting juga harus dikonsumsi karena panitia sudah pertimbangkan jumlah kalori yang ada pada makanan tersebut. "Kalau kurang makan kurang minum, ibadah fisik yang banyak mengeluarkan tenaga, bisa menimbulkan permasalahan, dehidrasi, pingsan dan lain-lain. Itu yang tidak kita inginkan," katanya.

Hal senada juga disampaikan Plt Kepala Daker Madinah, Amin Handoyo di Madinah, Senin (8/7/2019). Dia meminta jamaah haji yang akan melaksanakan salat Arbain (40 waktu) di Masjid Nabawi untuk selalu menjaga kesehatan. Jangan sampai mengejar melaksanakan sunah tapi malah mengorbankan kesehatan. Menurutnya, jamaah haji akan menjalani rangkaian ibadah yang cukup panjang. Terutama nanti di Mekkah saat puncak haji. "Jaga tenaga, jangan terlalu diforsir," kata Amin.

Jamaah haji juga diminta segera mengenali hotel tempanya menginap. Jangan sampai ketika pergi salat ke Masjid Nabawi lupa arah jalan pulang. Meski lokasi pemondokan masih berada di markaziyah, tapi banyak jalan dan gedung-gedung tinggi yang bisa membingungkan. "Bisa difoto papan nama hotelnya. Atau minta kartu pada pihak hotelnya. Pertama yang dilakukan orientasi lapangan agar ketika jalan dapat mengenali," katanya.

Ketika masuk ke Masjid Nabawi harus mengetahui berapa nomor pintu masuknya. Sebab, masjid nabi yang berdiri di atas tanah seluas 25 hektare ini memiliki puluhan pintu. "Kenali petugas haji Indonesia yang sudah dilengkapi atribut khusus. Mereka ini bisa ditemui di area sekitar Masjid Nabawi dan siap membantu jamaah yang membutuhkan pertolongan," katanya.

Zonasi Permudah Pengawasan Jamaah
Sistem zonasi pemondokan di tanah suci diyakini bakal memudahkan jamaah haji. Dengan sistem ini jamaah haji dikelompokkan dalam pemondokan sesesuai asal daerah.

Sistem zonasi akan diterapkan selama jamaah bermukim di Makkah. Dengan sistem ini akan memudahkan pengawasan dan komunikasi baik antar petugas pendamping dengan jamaah, maupun antarsesama jamaah. Bagi jamaah asal Makassar, mereka akan ditempatkan di kawasan Syisyah yang hanya berjarak empat kilometer dari Masjidil Haram. "Jadi itu kan satu kawasan Syisyah seluruhnya jemaah dari Makassar. Tahun lalu 'kan dipecah, diundi kloter 1 di wilayah ini, kloter 2 ada di sini, jadi menyebar. Itu menyulitkan jemaah haji kalau mau mencari keluarganya. Di wilayah Syisyah itu ada 35 hotel yang disiapkan," ujar, Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag Sulsel, Kaswad Sartono saat dihubungi Koran SINDO melalui sambungan telepon, kemarin.

Kaswad yang juga Ketua Sektor II Makkah Wilayah Syisyah ini tak menampik, kebijakan nasional tahun ini atas penerapan zonasi juga berdampak pada menu makanan bagi calhaj. Dimana menu makanan yang disajikan kepada para jemaah didorong agar bercita rasa nusantara, sesuai selera daerah asalnya. "Memang tujuannya di sistem zonasi ini membuka peluang untuk makanan khas Sulsel. Daftar menu itu ada menu coto Makassar hari selasa. Tapi jangan dibayangkan coto di sana sama dengan di Makassar. Karena ada aturan regulasi Arab Saudi bahwa makanan dalam dus tidak boleh berkuah agar tidak basi," urai dia.

Dia pun mengaku sudah mempersiapkan segala fasilitas bagi para jemaah haji embarkasi Makassar. Baik obat-obatan, masker, dan air penyemprot wajah yang disiapkan panitia dan juga menyediakan tempat penginapan. Kaswad berharap, para calhaj mengikuti petunjuk pembimbing dan tidak melakukan aktivitas berlebihan di luar rangkaian ibadah haji. "Saya hari ini (kemarin) berangkat ke Madinah. Insya Allah seluruh jemaah embarkasi Makassar akan dijemput, bersama tim kami. Insya Allah, seluruh kebutuhan jemaah diberi kemudahan semua," jelas dia.

Diketahui, data yang dihimpun dari Kanwil Kemenag Sulsel, total sebanyak 18.171 calhaj akan diberangkatkan khusus embarkasi Makassar Tahun 1440 Hijriah/2019 Masehi yang berasal dari delapan provinsi di kawasan Timur Indonesia. Di mana pemberangkatannya terbagi ke dalam 40 kloter. Untuk kloter pertama berangkat 7 Juli 2019 dan dijadwalkan tiba kembali ke Indonesia pada 5 September mendatang. Sementara kloter 40 terakhir berangkat pada 4 Agustus, kemudian direncanakan kembali ke tanah air tanggal 15 September 2019.
(Abdul Malik Mubarak)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0985 seconds (0.1#10.140)