Peralatan Pernika Pusdiklat Minim
A
A
A
SURABAYA - Electronic warfare simulator (EWS) atau dikenal dengan peralatan perang elektronika (pernika) di Pusat Pendidikan dan Latihan Pertahanan Udara Nasional (Pusdiklat Hanudnas) Mabes TNI, kondisinya sangat memprihatinkan.
Selain jumlahnya terbatas, teknologi dalam simulatornya pun jauh tertinggal. Padahal, lulusan dari Pusdiklat Hanudnas ini memiliki tugas sangat penting dalam menghadapi peperangan elektronika guna menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman musuh.
“EWS kondisinya sudah kurang bagus. Sudah ketinggalan teknologinya, harus diupgrade. Sebab tidak terintegrasi dengan kapal dan peralatan tempur darat yang memiliki kemampuan Ha nud nas,” ujar Komandan Pusdiklat Hanudnas Kolonel Penerbang M Mukhson saat menerima kunjungan wartawan Biro Humas Setjen Kemhan di Pusdiklat Hanudnas, Surabaya, kemarin.
Mukhson menjelaskan, simulator yang ada saat ini hanya untuk Angkatan Udara (AU), sedangkan simulator radar Ang katan Darat (AD) dan Angkatan Laut (AL) belum tersedia. Padahal, siswa yang meng ikuti pendidikan di Pusdiklat Hanudnas berasal dari tiga matra.
“Simulator yang ada saat ini peralatan AU. Jadi, radar-radar kita saja yakni radar Thompson, radar Plessey, dan radar Master T. Sedangkan radar di KRI Martadinata, KRI I Gusti Ngurah Rai, kita belum bisa menunjukkan kepada para siswa.
Karena baru ini saja yang ada,” katanya. Mukhson menyebutkan sudah sepuluh tahun yang lalu peralatan simulator ini di mutakhirkan. Kini sudah saatnya peralatan tersebut diperbarui dengan mengadopsi peralatan perang elektronika yang ada di alutsista AD, AL, dan AU, sehingga saat siswa belajar di sini pihaknya bisa menunjukkan mekanisme kerja peralatan itu.
“Kami sudah diajukan untuk pengadaan yang baru karena sudah ketinggalan. Harapan kami kalau bisa diperbarui, maka tiga simulator yakni air defence system simulator, air defence simulator general facilities, dan air defence battle training system bisa dioperasikan,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebenarnya pengadaan simulator peperangan elektronika ini tidak perlu impor dari luar negeri karena industri pertahanan dalam negeri mampu memproduksinya.
“Jadi, tidak perlu beli dari luar negeri. Ini yang mengadakan PT Dwijala dan pekerja lapangannya dari Maxxima, umumnya mereka lulusan dari Institut Teknologi Surabaya. Tinggal pembiayaannya saja,” ucapnya. Dia menambahkan, ideal nya peralatan simulator peperangan elektronika di Pusdiklat Hanudnas sebanyak 20 unit.
“Dalam sekali kursus, siswa maksimal 20 orang dan bisa digunakan untuk bergantian,” ucapnya. Senada, Kasubdit Sisdiklat Pusdiklat Hanudnas Mayor Lek TNI Khoiruman mengatakan saat ini peralatan simulator yang dioperasikan hanya 10 unit dari sebelumnya 15 simulator.
“Minimnya peralatan membuat siswa hanya mengetahui radar-radar milik AU, sehingga untuk mengenal radar-radar pertahanan udara milik AD dan AL maka kita melakukan kunjungan ke kesatuan operasional,” ucapnya.
Karo Humas Setjen Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiharto berkomitmen membantu peningkatan peralatan Pusdiklat Hanudnas, mengingat strategisnya peran yang harus dijalankan dalam menjaga ke daulatan NKRI.
“Semoga ke depan, Pusdiklat Hanudnas semakin maju dalam mencetak SDM yang andal. Apa yang dibutuhkan di sini, saya laporkan nanti ke Pak Sekjen dan Pak Menhan,” ujarnya. (Sucipto)
Selain jumlahnya terbatas, teknologi dalam simulatornya pun jauh tertinggal. Padahal, lulusan dari Pusdiklat Hanudnas ini memiliki tugas sangat penting dalam menghadapi peperangan elektronika guna menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman musuh.
“EWS kondisinya sudah kurang bagus. Sudah ketinggalan teknologinya, harus diupgrade. Sebab tidak terintegrasi dengan kapal dan peralatan tempur darat yang memiliki kemampuan Ha nud nas,” ujar Komandan Pusdiklat Hanudnas Kolonel Penerbang M Mukhson saat menerima kunjungan wartawan Biro Humas Setjen Kemhan di Pusdiklat Hanudnas, Surabaya, kemarin.
Mukhson menjelaskan, simulator yang ada saat ini hanya untuk Angkatan Udara (AU), sedangkan simulator radar Ang katan Darat (AD) dan Angkatan Laut (AL) belum tersedia. Padahal, siswa yang meng ikuti pendidikan di Pusdiklat Hanudnas berasal dari tiga matra.
“Simulator yang ada saat ini peralatan AU. Jadi, radar-radar kita saja yakni radar Thompson, radar Plessey, dan radar Master T. Sedangkan radar di KRI Martadinata, KRI I Gusti Ngurah Rai, kita belum bisa menunjukkan kepada para siswa.
Karena baru ini saja yang ada,” katanya. Mukhson menyebutkan sudah sepuluh tahun yang lalu peralatan simulator ini di mutakhirkan. Kini sudah saatnya peralatan tersebut diperbarui dengan mengadopsi peralatan perang elektronika yang ada di alutsista AD, AL, dan AU, sehingga saat siswa belajar di sini pihaknya bisa menunjukkan mekanisme kerja peralatan itu.
“Kami sudah diajukan untuk pengadaan yang baru karena sudah ketinggalan. Harapan kami kalau bisa diperbarui, maka tiga simulator yakni air defence system simulator, air defence simulator general facilities, dan air defence battle training system bisa dioperasikan,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebenarnya pengadaan simulator peperangan elektronika ini tidak perlu impor dari luar negeri karena industri pertahanan dalam negeri mampu memproduksinya.
“Jadi, tidak perlu beli dari luar negeri. Ini yang mengadakan PT Dwijala dan pekerja lapangannya dari Maxxima, umumnya mereka lulusan dari Institut Teknologi Surabaya. Tinggal pembiayaannya saja,” ucapnya. Dia menambahkan, ideal nya peralatan simulator peperangan elektronika di Pusdiklat Hanudnas sebanyak 20 unit.
“Dalam sekali kursus, siswa maksimal 20 orang dan bisa digunakan untuk bergantian,” ucapnya. Senada, Kasubdit Sisdiklat Pusdiklat Hanudnas Mayor Lek TNI Khoiruman mengatakan saat ini peralatan simulator yang dioperasikan hanya 10 unit dari sebelumnya 15 simulator.
“Minimnya peralatan membuat siswa hanya mengetahui radar-radar milik AU, sehingga untuk mengenal radar-radar pertahanan udara milik AD dan AL maka kita melakukan kunjungan ke kesatuan operasional,” ucapnya.
Karo Humas Setjen Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiharto berkomitmen membantu peningkatan peralatan Pusdiklat Hanudnas, mengingat strategisnya peran yang harus dijalankan dalam menjaga ke daulatan NKRI.
“Semoga ke depan, Pusdiklat Hanudnas semakin maju dalam mencetak SDM yang andal. Apa yang dibutuhkan di sini, saya laporkan nanti ke Pak Sekjen dan Pak Menhan,” ujarnya. (Sucipto)
(nfl)