Kesadaran Remaja Indonesia terhadap Kesetaraan Makin Tinggi
A
A
A
BANJARBARU - Budaya kita masih memosisikan laki-laki sebagai pencari nafkah utama dalam sebuah keluarga. Maka usia ideal untuk menikah bagi laki-laki adalah 25 tahun dan perempuan 21 tahun. Pada usia tersebut diasumsikan seorang laki-laki sudah lulus S 1 sebagai bekal untuk bekerja mencari nafkah. Meskipun pada prakteknya apalagi di era revolusi industri 4.0, perempuan pun terjun di dunia kerja.
Menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, M. Yani, penetapan usia ideal untuk menikah 25 tahun bagi laki-laki dan 21 tahun bagi perempuan sepintas memang terlihat tidak ada kesetaraan.
"Tetapi sebenarnya penetapan usia ideal menikah ini dalam konteks budaya kita. BKKBN melalui progam GenRe mendorong anak-anak perempuan dan laki-laki untuk menempuh pendidikan yang tinggi dan merencanakan masa depan mereka. Kalau perempuan pendidikannya tinggi otomatis akan menunda pernikahannya setidaknya sampai lulus sarjana," kata M. Yani usai menjadi pemateri pada acara Genre Edu Camp 2019 di Asrama Haji, Banjarbaru-Kalsel, Kamis (4/7/2019).
Pada kuisioner digital yang diadakan pada kesempatan tersebut, hanya 8 orang dari 300-an remaja peserta Genre Edu Camp yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa laki-laki dan perempuan setara dan berhak untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Angka riil ini merepresentasikan makin tingginya kesadaran remaja kita kepada kesetaraan dan pendidikan.
Genre Edu Camp merupakan bagian dari rangakaian Harganas 2019 BKKBN sebagai salah satu upaya pembinaan ketahanan remaja dalam konteks pembangunan sumber daya manusia (SDM),"Hal ini, karena remaja merupakan individu-individu calon penduduk usia produktif yang pada saatnya kelak akan menjadi subjek/pelaku/aktor pembangunan sehingga harus disiapkan agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas," tambah Yani.
Genre membuat kantong-kantong Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) sebagai wadah kegiatan yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. "Kami mendorong sekolah-sekolah dan perguruan tinggi seluruh Indonesia untuk membuat PIK Remaja untuk menjangkau secara luas remaja Indonesia," terang Yani.
Menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, M. Yani, penetapan usia ideal untuk menikah 25 tahun bagi laki-laki dan 21 tahun bagi perempuan sepintas memang terlihat tidak ada kesetaraan.
"Tetapi sebenarnya penetapan usia ideal menikah ini dalam konteks budaya kita. BKKBN melalui progam GenRe mendorong anak-anak perempuan dan laki-laki untuk menempuh pendidikan yang tinggi dan merencanakan masa depan mereka. Kalau perempuan pendidikannya tinggi otomatis akan menunda pernikahannya setidaknya sampai lulus sarjana," kata M. Yani usai menjadi pemateri pada acara Genre Edu Camp 2019 di Asrama Haji, Banjarbaru-Kalsel, Kamis (4/7/2019).
Pada kuisioner digital yang diadakan pada kesempatan tersebut, hanya 8 orang dari 300-an remaja peserta Genre Edu Camp yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa laki-laki dan perempuan setara dan berhak untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Angka riil ini merepresentasikan makin tingginya kesadaran remaja kita kepada kesetaraan dan pendidikan.
Genre Edu Camp merupakan bagian dari rangakaian Harganas 2019 BKKBN sebagai salah satu upaya pembinaan ketahanan remaja dalam konteks pembangunan sumber daya manusia (SDM),"Hal ini, karena remaja merupakan individu-individu calon penduduk usia produktif yang pada saatnya kelak akan menjadi subjek/pelaku/aktor pembangunan sehingga harus disiapkan agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas," tambah Yani.
Genre membuat kantong-kantong Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) sebagai wadah kegiatan yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. "Kami mendorong sekolah-sekolah dan perguruan tinggi seluruh Indonesia untuk membuat PIK Remaja untuk menjangkau secara luas remaja Indonesia," terang Yani.
(akn)