Prihatin Kondisi Bangsa, Pengurus Pusat JQH NU Gelar Konferensi Alquran
A
A
A
JAKARTA - Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap Alquran semakin menggeliat. Hal tersebut bisa dilihat dari maraknya pesantren tahfidh, munculnya berbagai metode menghafal Alquran dan berbagai halaqoh serta seminar Alquran yang pesertanya tidak pernah sepi.
Menurut Ketua Umum Jam'iyyatul Qurra Wal Huffazh (JQH) Nahdlatul Ulama (NU), Saifullah Maksum, saat ini perlu sekali digagas strategi baru dalam dakwah dan pengajaran Alquran di Era Milenial.
Strategi dakwah dan pengajaran Alquran sebisa mungkin lebih dari sekadar kulit dan simbolnya. Lebih utama adalah menyangkut esensi dan nilai-nilai kandungan Alquran. Pesan spiritual yang didakwahkan juga harus lebih diutamakan.
Hal itu diungkapkannya menyikapi masih banyak persoalan sosial di masyarakat, seperti kriminalitas, prilaku masyarakat yang mudah mencaci maki, serta produksi hoaks di media sosial.
Hal tersebut disampaikan pada pembukaan Konferensi Alquran JQH NU, Badan Otonom Organisasi PBNU, organisasi para Penghafal Alquran dan Tokoh yang menekuni dunia Alquran, yang diadakan di Hotel Sriwijaya Jakarta, Senin (20/5/2019).
Menurut Saifullah, masih ada masyarakat yang salah dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai Alquran. “Ada yang kurang pas dalam hal ini, salah satu tujuan konferensi Alquran ini adalah untuk menjawab hal ini dan tentu pula tantangan lainnya di masa yang akan datang."
Hadir Dalam pembukaan Konferensi tersebut adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Rois Majelis Ilmi PP JQH NU KH Ahsin Sakho Muhammad, KH Saifullah Maksum, serta para ahli Alquran dan pengasuh pesantren Alquran di seluruh Indonesia.
Konferensi yang akan dilaksanakan pada 21-22 Mei 2019 juga akan dihadiri oleh para ahli Alquran seperti KH M Quraish Shihab, KH Nasaruddin Umar, Dr Sayid Aqil Husein Al-Munawar, Tuan Guru Bajang (TGB) Muhamad Zainul Majdi, Ustaz Yusuf Mansur dan para pakar Alquran lainya. Kegiatan ini akan diakhiri dengan khataman Alquran di Masjid Istiqlal beserta ribuan Hafidz dan pengasuh Pesantren Alquran se-Indonesia
Menurut Ketua Umum Jam'iyyatul Qurra Wal Huffazh (JQH) Nahdlatul Ulama (NU), Saifullah Maksum, saat ini perlu sekali digagas strategi baru dalam dakwah dan pengajaran Alquran di Era Milenial.
Strategi dakwah dan pengajaran Alquran sebisa mungkin lebih dari sekadar kulit dan simbolnya. Lebih utama adalah menyangkut esensi dan nilai-nilai kandungan Alquran. Pesan spiritual yang didakwahkan juga harus lebih diutamakan.
Hal itu diungkapkannya menyikapi masih banyak persoalan sosial di masyarakat, seperti kriminalitas, prilaku masyarakat yang mudah mencaci maki, serta produksi hoaks di media sosial.
Hal tersebut disampaikan pada pembukaan Konferensi Alquran JQH NU, Badan Otonom Organisasi PBNU, organisasi para Penghafal Alquran dan Tokoh yang menekuni dunia Alquran, yang diadakan di Hotel Sriwijaya Jakarta, Senin (20/5/2019).
Menurut Saifullah, masih ada masyarakat yang salah dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai Alquran. “Ada yang kurang pas dalam hal ini, salah satu tujuan konferensi Alquran ini adalah untuk menjawab hal ini dan tentu pula tantangan lainnya di masa yang akan datang."
Hadir Dalam pembukaan Konferensi tersebut adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Rois Majelis Ilmi PP JQH NU KH Ahsin Sakho Muhammad, KH Saifullah Maksum, serta para ahli Alquran dan pengasuh pesantren Alquran di seluruh Indonesia.
Konferensi yang akan dilaksanakan pada 21-22 Mei 2019 juga akan dihadiri oleh para ahli Alquran seperti KH M Quraish Shihab, KH Nasaruddin Umar, Dr Sayid Aqil Husein Al-Munawar, Tuan Guru Bajang (TGB) Muhamad Zainul Majdi, Ustaz Yusuf Mansur dan para pakar Alquran lainya. Kegiatan ini akan diakhiri dengan khataman Alquran di Masjid Istiqlal beserta ribuan Hafidz dan pengasuh Pesantren Alquran se-Indonesia
(dam)