Strategi Perang Berubah, Danseskoal: TNI Harus Bertransformasi

Selasa, 14 Mei 2019 - 05:01 WIB
Strategi Perang Berubah, Danseskoal: TNI Harus Bertransformasi
Strategi Perang Berubah, Danseskoal: TNI Harus Bertransformasi
A A A
DEPOK - Komandan Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Danseskoal) Laksamana Muda TNI Amarulla Octavian mengingatkan, di era digital saat ini TNI harus bisa bertransformasi untuk lebih kompeten.

Dengan adanya globalisasi di era Revolusi Industri 4.0 menyebabkan terjadinya Revolutinary in Military Affairs (RMA). Hal ini berdampak pada perubaan strategi perang dan taktik tempur dalam dunia militer.

Oleh karenanya kemampuan sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini prajurit TNI, perlu dibekali dengan ilmu teknologi modern sehingga mampu mengaplikasikan alutsista yang dimiliki TNI.

“Perubahan teknologi yang drastis dan cepat yang muncul pada era Revolusi Industri 4.0 memaksa militer beradaptasi lebih cepat dan berevolusi melakukan perubahan besar,” ujar Octavian saat mengisi kuliah umum sosiologi militer bertema "Militer dan Globalisasi di Era Revolusi Industri 4.0" di Auitorium Juwono Sudarsono FISIP UI, Depok, Senin (13/5/2019).

Menurut dia, teknologi berpengaruh besar terhadap globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang mampu mengubah dunia saat ini. Revolusi Industri 4.0 memiliki ciri dunia digital, big data, komputerisasi dan teknologi artificial intelligence.
Perkembangan teknologi telah mengubah pola hubungan antar manusia di segala aspek, baik sosial, ekonomi, hukum, politik, budaya, serta pertahanan dan keamanan.

“Militer profesional memiliki tugas untuk mengembangkan diri menguasai perkembangan teknologi persenjataan dalam rangka memperkuat pengaruh dan kedudukannya di dunia internasional. Ini dalam rangka menciptakan potensi untuk memgimbangi keunggulan teknologi di era globalisasi melalui efisiensi dan resiko yang terukur,” tukasnya.

Perkembangan globalisasi dan Revolusi Industri 4.0 melahirkan nilai-nilai baru dalam interaksi sosial. Indikasi perubahan nilai tersebut terlihat pada hubungan sosial yang dinamis. Saat ini interaksi sosial semakin bersifat simbolik yang memiliki makna berbeda pada tiap penggunanya.

Loncatan teknologi yang super cepat melahirkan ide baru yang diterapkan dalam sistem persenjataan rahasia. Ini menjadikan masa depan peperangan laut modern menjadi unpredictable.

“Prediksi medan pertempuran rasional mungkin akan mengubah format menjadi medan tempur yang irasional dengan memanfaatkan teknologi mutakhir,” tukasnya.

Kecanggihan teknologi juga telah membuat medan tempur mengalami pergeseran area, modern, dan format. Sehingga ini berdampak pada perubahan strategi pertahanan yang juga berimplikasi pada peningkatan kualitas SDM dan kecanggihan alutsista.

“Standardisasi keterampilan militer adalah memiliki kemampuan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif berbasis teknologi informasi,” tambahnya.

Alutsista dan komputerisasi pada era Revolusi Industri 4.0 merupakan elemen utama dari arsitektur pertahanan militer. Ini berguna untuk mencegah jika ada lawan yang akan menyerang negara lain sebagai bagian dari strategi penangkalan.

Perubahan atau peningkatan alutsista berjalan sesuai dengan perubahan ancaman sehingga harus diantisipasi dengan memberikan perhatian khusus pada pengadaan alutsista dan komputerisasi.

Perang modern berciri asimetris dan nonlinier yang memanfaatkan seluruh sarana dan prasarana serta sistem senjata yang berbasis teknologi untuk menghancurkan lawan.

“Sedangkan komputerisasi telah dipakai sebagai media pengolahan data dan sebagai pengembangan mekanisme dari yang semula manual menjadi otomatis. Kapabilitas persenjataan militer dalam meningkat signifikan canggih, akurasi dan daya rusak besar. Karenanya faktor ptoteksi harus menjadi perhatian dalam mengembangkan alutsista,” ujarnya mengingatkan.

Revolusi Industri 4.0 juga melahirkan nilai baru di lingkungan TNI dengan keunggulan kompetitif. TNI AL harus melakukan perubahan dengan meningkatkan kualitas prajurit yang mampu mengelaborasi IPTEK dan melakukan penyesuaian perkembangan lingkungan strategis global.

"Selain itu TNI AL juga memerlukan pemimpin yang tangkas dan mampu berpikir serta bertindak cepat mengantisipasi perubahan dampak globalisasi. Serta diperlukan juga pemimpin yang memilikki motivasi kuat untuk belajar dan menguasai serta memanfaatkan system kerja organisasi TNI AL menuju Navy 4.0 yang efektif dan produktif,” tutupnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6978 seconds (0.1#10.140)