Presiden Perempuan di Indonesia Sangat Mungkin, Ini Penjelasannya

Jum'at, 03 Mei 2019 - 10:35 WIB
Presiden Perempuan di...
Presiden Perempuan di Indonesia Sangat Mungkin, Ini Penjelasannya
A A A
JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menegaskan, dalam sistem demokrasi Indonesia sekarang, perempuan bisa memungkinkan menjadi orang nomor satu di Indonesia. Pasalnya, Indonesia sudah tidak masalah soal gender.

Hal itu dibuktikan dalam sejarah Indonesia pernah memiliki presiden perempuan yakni Megawati Soekarnoputri yang menggantikan Presiden sebelumnya yakni Abdurahman Wahid atau biasa dikenal Gusdur.

"Itu menunjukkan bahwa negara kita tidak perlu lagi mengungkit masalah gender, jadi siapapun perempuan itu bisa jadi presiden," ucap Retno sebelum acara nonton bareng 'Longshot' di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (2/5/2019).

Perempuan pertama Menlu Indonesia itu merasa bersyukur tinggal di Indonesia, karena negara ini sangat terbuka soal kekuasaan perempuan dan tidak pernah dibatasi dalam masalah politik.

"Kita memiliki hak yang sama untuk berkarya. kalau tidak ada keberpihakan dari sisi policy, tidak ada keberpihakan masyarakat, dan keluarga, kita bisa berkarya sebisa mungkin," kata Retno lagi.

Hal senada juga disampaikan oleh Jurnalis profesional Nazwa Shihab. Menurutnya, di zaman keterbukaan ini, siapapun berhak dan mungkin untuk menjadi orang nomor 1 di Indonesia (Presiden RI). Ia melihat, di sejumlah daerah dari menjadi Bupati sampai Gubernur banyak yang dari kalangan perempuan tanpa memandang status.

"Yang awal mulanya apakah itu birokrat pengusaha atau yang dulu dianggap 'wah ga mungkin kalau jadi presiden nih' atau engga punya koneksi atau keluarga yang tidak punya kepentingan atau ga punya uang cukup banyak kalau menurut saya demokrasi kita memungkinkan siapapun dan untuk menduduki posisi apapun," terang mantan presenter Metro TV itu.

Nana sapaan akrabnya menilai, masalah perempuan untuk menduduki jabatan politik merupakan isu yang sangat lampau. Bagaimana tidak, karena kata dia, bangsa Indonesia sekarang sudah melihat tanpa memandang gender. Apalagi demokrasi negara ini sangat terbuka soal kedudukan jabatan politik.

"Jadi kalau ditanya apakah kemungkinan saya (perempuan) bisa jadi presiden, kenapa tidak?," tandasnya.

Berbeda dengan staf khusus Presiden, Andita Irawati, soal jabatan presiden dirinya mengaku tidak terpikirkan sampai sejauh itu, karena baginya yang terpenting adalah tanggung jawab perempuan terhadap suaminya.

"Terus terang saya engga punya target yang muluk-muluk, target kerja kita apa, jadi ga pernah kepikiran," tutur Andita.

Meski demikian, bukan tidak mungkin perempuan menjadi Presiden RI. Menurutnya, bila seseorang mengembangkan karir dengan sebaik-baiknya, maka semua itu akan mengalir dan pekerjaan itu akan datang dengan sendirinya.

"Pengembangan diri, peningkatan karir, perluasan pekerjaan itu akan datang sendiri karena kita fokus pada diri kita," pungkasnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1008 seconds (0.1#10.140)