Pemerintah Ingatkan Calon Jamaah Haji Agar Waspadai Heat Stroke
A
A
A
JAKARTA - Calon jamaah haji (calhaj) diminta untuk terus menjaga kesehatan sebelum berangkat ke Tanah Suci. Kondisi cuaca di Arab Saudi yang sangat panas membutuhkan fisik yang kuat agar tubuh tidak drop dan sakit.
Imbauan ini disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Farid Moeloek seusai memberikan pembekalan kepada petugas haji Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, kemarin. Menkes berharap fisik jamaah haji dalam keadaan prima saat berangkat ke Tanah Haram.
“Ini masih ada waktu beberapa bulan, kita harus jaga. Ibadah haji itu memang ibadah fisik, sa'i, thawaf, kemudian di Arafah, Mina. Jadi, fisiknya harus kita jaga,” katanya. Selain kelelahan, hal yang harus diwaspadai adalah risiko terkena heat stroke. Ini adalah kondisi ketika suhu tubuh meningkat akibat terpaan sinar matahari.
Suhu di Arab Saudi ketika siang hari bisa mencapai 40–50 derajat Celsius. Sangat berbeda dengan Indonesia yang hanya berkisar antara 30–35 derajat Celsius. Menurut Menkes, heat stroke cukup berbahaya bagi manusia. Jika tidak segera ditangani maka bisa menyebabkan kematian. Sebagai langkah antisipasi, Kemenkes memberikan botol semprot yang bisa diisi dengan air zamzam kepada setiap jamaah haji.
Air yang disemprotkan ke muka dan kepala dapat mengurangi paparan panas suhu matahari. “Kami sudah minta dan akan kami minta kembali kepada panitia haji agar air zamzam dalam botol semprotan dalam keadaan dingin. Jadi diberikan batu es di dalamnya agar lebih dingin agar (bisa cepat) menurunkan suhu tubuh kita,” tuturnya.
Kemenkes juga telah menyiapkan alat semacam kantong sebagai antisipasi jika nanti ada jamaah haji yang terkena heat stroke. Bagi yang mengalami kenaikan suhu tubuh drastis, jamaah akan dimasukkan ke dalam alat itu yang berisi air agar suhu tubuhnya cepat turun. Selain dengan menyemprotkan air ke muka dan kepala, untuk mengurangi risiko heat stroke juga bisa dengan minum yang cukup.
Namun, diakui Menkes, hal ini cukup sulit bagi orang tua atau yang menderita sakit ginjal. Mereka harus benar-benar mengukur berapa air yang harus diminum agar tidak malah sakit. “Namun, bagi jamaah haji yang biasa (tidak sakit ginjal) harus minum banyak karena berada di tengah suhu tinggi, penguapan juga tinggi," katanya.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Yusuf Singka menambahkan, untuk mengurangi risiko heat stroke juga bisa dilakukan menggunakan payung atau topi, sehingga sinar matahari tidak langsung mengenai kepala dan tubuh jemaah haji. “Cuaca (di Arab Saudi) akan panas seperti tahun sebelumnya, tapi kalau kita punya payung, semprotan air ya digunakan," katanya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Pare-Pare Novita Zawahir yang juga memberikan materi kepada petugas haji mengungkapkan bahwa jamaah haji Indonesia termasuk berisiko tinggi terkena heat stroke. Penyebabnya karena sebagian besar merupakan lanjut usia (lansia). Selain itu, juga karena memiliki riwayat sakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas (kegemukan).
Ada beberapa gejala yang bisa dilihat ketika seseorang terkena heat stroke, di antaranya suhu tubuh meningkat hingga 39 derajat Celsius, kulit kering dan memerah, sesak napas, mual serta pingsan. “Jika sudah demikian, pindahkan pasien ke tempat teduh, longgarkan pakaian, kompres seluruh tubuh dengan es, dan berikan minuman mengandung elektrolit. Setelah itu, cari petugas untuk penanganan lebih lanjut,” katanya.
Novita membagi tips agar terhindar dari heat stroke. Jamaah haji harus menghindari paparan langsung sinar matahari, jika keluar ruangan menggunakan alat pelindung seperti payung, sunblock, dan lainnya. Selain itu, yang paling penting yakni terus minum air putih meski tidak haus.
Imbauan ini disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Farid Moeloek seusai memberikan pembekalan kepada petugas haji Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, kemarin. Menkes berharap fisik jamaah haji dalam keadaan prima saat berangkat ke Tanah Haram.
“Ini masih ada waktu beberapa bulan, kita harus jaga. Ibadah haji itu memang ibadah fisik, sa'i, thawaf, kemudian di Arafah, Mina. Jadi, fisiknya harus kita jaga,” katanya. Selain kelelahan, hal yang harus diwaspadai adalah risiko terkena heat stroke. Ini adalah kondisi ketika suhu tubuh meningkat akibat terpaan sinar matahari.
Suhu di Arab Saudi ketika siang hari bisa mencapai 40–50 derajat Celsius. Sangat berbeda dengan Indonesia yang hanya berkisar antara 30–35 derajat Celsius. Menurut Menkes, heat stroke cukup berbahaya bagi manusia. Jika tidak segera ditangani maka bisa menyebabkan kematian. Sebagai langkah antisipasi, Kemenkes memberikan botol semprot yang bisa diisi dengan air zamzam kepada setiap jamaah haji.
Air yang disemprotkan ke muka dan kepala dapat mengurangi paparan panas suhu matahari. “Kami sudah minta dan akan kami minta kembali kepada panitia haji agar air zamzam dalam botol semprotan dalam keadaan dingin. Jadi diberikan batu es di dalamnya agar lebih dingin agar (bisa cepat) menurunkan suhu tubuh kita,” tuturnya.
Kemenkes juga telah menyiapkan alat semacam kantong sebagai antisipasi jika nanti ada jamaah haji yang terkena heat stroke. Bagi yang mengalami kenaikan suhu tubuh drastis, jamaah akan dimasukkan ke dalam alat itu yang berisi air agar suhu tubuhnya cepat turun. Selain dengan menyemprotkan air ke muka dan kepala, untuk mengurangi risiko heat stroke juga bisa dengan minum yang cukup.
Namun, diakui Menkes, hal ini cukup sulit bagi orang tua atau yang menderita sakit ginjal. Mereka harus benar-benar mengukur berapa air yang harus diminum agar tidak malah sakit. “Namun, bagi jamaah haji yang biasa (tidak sakit ginjal) harus minum banyak karena berada di tengah suhu tinggi, penguapan juga tinggi," katanya.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Yusuf Singka menambahkan, untuk mengurangi risiko heat stroke juga bisa dilakukan menggunakan payung atau topi, sehingga sinar matahari tidak langsung mengenai kepala dan tubuh jemaah haji. “Cuaca (di Arab Saudi) akan panas seperti tahun sebelumnya, tapi kalau kita punya payung, semprotan air ya digunakan," katanya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Pare-Pare Novita Zawahir yang juga memberikan materi kepada petugas haji mengungkapkan bahwa jamaah haji Indonesia termasuk berisiko tinggi terkena heat stroke. Penyebabnya karena sebagian besar merupakan lanjut usia (lansia). Selain itu, juga karena memiliki riwayat sakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas (kegemukan).
Ada beberapa gejala yang bisa dilihat ketika seseorang terkena heat stroke, di antaranya suhu tubuh meningkat hingga 39 derajat Celsius, kulit kering dan memerah, sesak napas, mual serta pingsan. “Jika sudah demikian, pindahkan pasien ke tempat teduh, longgarkan pakaian, kompres seluruh tubuh dengan es, dan berikan minuman mengandung elektrolit. Setelah itu, cari petugas untuk penanganan lebih lanjut,” katanya.
Novita membagi tips agar terhindar dari heat stroke. Jamaah haji harus menghindari paparan langsung sinar matahari, jika keluar ruangan menggunakan alat pelindung seperti payung, sunblock, dan lainnya. Selain itu, yang paling penting yakni terus minum air putih meski tidak haus.
(don)