KWI dan PGI Serukan Persatuan Bangsa Seusai Pemilu
A
A
A
JAKARTA - Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) menyerukan persatuan dan kesatuan bangsa setelah ajang pemungutan suara Pemilu 2019 usai. Ketegangan atas perbedaan pilihan di antara masyarakat harus segera diakhiri dengan memercayakan sepenuhnya tahapan pemilu berikutnya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Imbauan ini bertepatan dengan momen Paskah yang dirayakan umat kristiani. Ketua KWI Ignatius Suharyo meminta agar semua pihak menunggu hasil pemilu sesuai tahapan yang telah diatur oleh peraturan perundangan.
“Kita tunggu saja tahapan yang sudah ditetapkan. Tidak usah keluar dari yang disiapkan supaya negara kita tetap satu dan damai. Seperti bahasa Kristiani peristiwa yang memajukan kemerdekaan persatuan, kedaulatan, keadilan dan kemakmuran itu namanya Paskah,” katanya di Katedral Jakarta kemarin.
Suharyo mengatakan, sebagaimana sepak bola, pemilu merupakan sebuah kontestasi sehingga ada yang menang dan kalah. Menurutnya ada mekanisme yang bisa ditempuh jika ada konflik karena hasil tersebut. Apalagi mengurus 190 jutaan pemilih tidaklah mudah. “Konflik itu biasa, kekurangan itu wajar. Ini sudah diantisipasi dengan UU Pemilu dan peraturan macam-macam. Kalau ada konflik tinggal ikut apa yang sudah digariskan (dalam aturan),” tuturnya.
Menurutnya masyarakat harus taat terhadap UU dan azaz yang telah ditetapkan. Di sisi lain dia menilai masyarakat tidak perlu takut jika ada konflik. Sudah ada aparat negara yang bertugas melindungi masyarakat. “Sudah ada yang bertugas menjaga keamanan dan melindungi masyarakat. Dan ini sudah terbukti menjalankan tugasnya dengan baik saat pemilu,” ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa pelaksanaan pemilu lalu adalah hal yang patut disyukuri. Pasalnya pemilu berjalan dengan lancar dan aman. Dia melihat banyak masyarakat yang menggunakan hak pilihnya dengan gembira.
“Yang datang ke TPS kelihatan gembira. Petugas TPS dan aparat keamanan bekerja baik, profesional dan simpatik. Pencoblosan itu pesta demokrasi. Kita boleh dan harus bangga, banyak negara yang memuji pemilu 2019. Kalau orang lain saja memuji kita tentu saja bersyukur,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu Uskup Keuskupan Agung Jakarta itu pun mengungkapkan terima kasih kepada aparat keamanan yang menjaga jalannya ibadah Paskah. Menurutnya peringatan paskah kali ini berjalan lancar. Bahkan organisasi masyarakat lain seperti Banser dan Ansor juga turut melakukan pengamanan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sekretaris Umum PGI Gomar Gultom bahwa perayaan Paskah tahun ini berjalan baik dan tidak ada gangguan. Di momen yang bertepatan dengan gelaran pemilu ini Gomat meminta agar para kontestan bersabar menunggu penetapan hasil dari KPU.
“Meskipun ada saling klaim pemenang pemilu, semua harus bersabar menunggu dari KPU. Yang paling khsusus adalah meminta kontestan untuk tidak memprovokasi para pendukung sehingga menimbulkan kekurangpercayaan kepada penyelenggara pemilu,” ungkapnya.
Gomar menilai di tengah beragam kemungkinan adanya kelemahan, tidak ada pilihan selain percaya dengan hasil yang ditetapkan KPU. Dia mengatakan KPU merupakan lembaga independen sehingga jangan sampai didelegitimasi. “Jadi kalau delegitimasi KPU yang terjadi adalah chaos. Sekali lagi saya imbau, peserta menyerahkan saja kepada KPU pada bulan Mei nanti. Kita tunggu saja,” tuturnya.
Dia menilai akan lebih baik saat ini untuk tidak saling menciderai satu sama lain. Menurutnya setelah pemilu usai, sebagai bangsa harus fokus pada pembangunan. “Titik berat kita bagaimana membangun bangsa ini. Setelah terkoyak karena perbedaan pilihan sudah saatnya bersatu lagi,” sebutnya.
Imbauan ini bertepatan dengan momen Paskah yang dirayakan umat kristiani. Ketua KWI Ignatius Suharyo meminta agar semua pihak menunggu hasil pemilu sesuai tahapan yang telah diatur oleh peraturan perundangan.
“Kita tunggu saja tahapan yang sudah ditetapkan. Tidak usah keluar dari yang disiapkan supaya negara kita tetap satu dan damai. Seperti bahasa Kristiani peristiwa yang memajukan kemerdekaan persatuan, kedaulatan, keadilan dan kemakmuran itu namanya Paskah,” katanya di Katedral Jakarta kemarin.
Suharyo mengatakan, sebagaimana sepak bola, pemilu merupakan sebuah kontestasi sehingga ada yang menang dan kalah. Menurutnya ada mekanisme yang bisa ditempuh jika ada konflik karena hasil tersebut. Apalagi mengurus 190 jutaan pemilih tidaklah mudah. “Konflik itu biasa, kekurangan itu wajar. Ini sudah diantisipasi dengan UU Pemilu dan peraturan macam-macam. Kalau ada konflik tinggal ikut apa yang sudah digariskan (dalam aturan),” tuturnya.
Menurutnya masyarakat harus taat terhadap UU dan azaz yang telah ditetapkan. Di sisi lain dia menilai masyarakat tidak perlu takut jika ada konflik. Sudah ada aparat negara yang bertugas melindungi masyarakat. “Sudah ada yang bertugas menjaga keamanan dan melindungi masyarakat. Dan ini sudah terbukti menjalankan tugasnya dengan baik saat pemilu,” ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa pelaksanaan pemilu lalu adalah hal yang patut disyukuri. Pasalnya pemilu berjalan dengan lancar dan aman. Dia melihat banyak masyarakat yang menggunakan hak pilihnya dengan gembira.
“Yang datang ke TPS kelihatan gembira. Petugas TPS dan aparat keamanan bekerja baik, profesional dan simpatik. Pencoblosan itu pesta demokrasi. Kita boleh dan harus bangga, banyak negara yang memuji pemilu 2019. Kalau orang lain saja memuji kita tentu saja bersyukur,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu Uskup Keuskupan Agung Jakarta itu pun mengungkapkan terima kasih kepada aparat keamanan yang menjaga jalannya ibadah Paskah. Menurutnya peringatan paskah kali ini berjalan lancar. Bahkan organisasi masyarakat lain seperti Banser dan Ansor juga turut melakukan pengamanan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sekretaris Umum PGI Gomar Gultom bahwa perayaan Paskah tahun ini berjalan baik dan tidak ada gangguan. Di momen yang bertepatan dengan gelaran pemilu ini Gomat meminta agar para kontestan bersabar menunggu penetapan hasil dari KPU.
“Meskipun ada saling klaim pemenang pemilu, semua harus bersabar menunggu dari KPU. Yang paling khsusus adalah meminta kontestan untuk tidak memprovokasi para pendukung sehingga menimbulkan kekurangpercayaan kepada penyelenggara pemilu,” ungkapnya.
Gomar menilai di tengah beragam kemungkinan adanya kelemahan, tidak ada pilihan selain percaya dengan hasil yang ditetapkan KPU. Dia mengatakan KPU merupakan lembaga independen sehingga jangan sampai didelegitimasi. “Jadi kalau delegitimasi KPU yang terjadi adalah chaos. Sekali lagi saya imbau, peserta menyerahkan saja kepada KPU pada bulan Mei nanti. Kita tunggu saja,” tuturnya.
Dia menilai akan lebih baik saat ini untuk tidak saling menciderai satu sama lain. Menurutnya setelah pemilu usai, sebagai bangsa harus fokus pada pembangunan. “Titik berat kita bagaimana membangun bangsa ini. Setelah terkoyak karena perbedaan pilihan sudah saatnya bersatu lagi,” sebutnya.
(don)