Usai Pemilu, Persaudaraan dan Perdamaian Harus Diperkuat

Sabtu, 20 April 2019 - 11:45 WIB
Usai Pemilu, Persaudaraan...
Usai Pemilu, Persaudaraan dan Perdamaian Harus Diperkuat
A A A
JAKARTA - Pemilu 2019 yang digelar 17 April lalu adalah pesta demokrasi lima tahunan paling bersejarah di Indonesia.Pada pemilu kali ini, Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif dilaksanakan secara serentak.
Hal tersebut dinilai menunjukkan kematangan demokrasi negeri semakin meningkat.
Beberapa bulan sebelum pelaksanaan pemilu, masyarakat dibuat tegang dan bahkan terpecah akibat perbedaan pilihan.Guru Besar Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dede Rosyada mengimbau masyarakat tetap menjaga kerukunan dan perdamaian di negeri ini.

Menrut dia, menjaga kerukunan dan perdamaian merupakan bagian dari nilai-nilai luhur Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa

“Pemilu sudah dilaksanakan, kepada masyarakat luas, mari kita sama-sama untuk menjaga kerukunan, kedamaian dan menjaga rasa keadilan bagi semua orang. Karena itulah hakikatnya demokrasi Pancasila, yakni demokrasi yang memiliki nilai-nilai luhur kejujuran, yang bukan semata-mata menghantarkan kemenangan,” tutur Dede, di Jakarta, Jumat 19 April 2019.

Menurut Dede, masyarakat sejatinya melihat ajang pemilu sebagai proses demokrasi untuk memperkuat legitimasi bangsa.Bukan memanfaatkan pemilu untuk mendahulukan kepentingan seseorang atau sekelompok orang yang dapat memecah persatuan, tapi harus lebih mengutamakan kepentingan bangsa.
“Biarkan mereka yang mendapat dukungan masyarakat memimpin bangsa ini. Karena itu adalah mandat untuk membawa perubahan dalam rangka kemajuan bangsa. Setidaknya dalam aspek ekonomi, perdagangan, pemajuan sains dan teknologi yang akan membantu memperkaya barang-barang komoditas yang bisa dijual ke pasar global,” tuturnya.

Menurut dia, masyarakat juga harus bisa melihat pesta demokrasi adalah upaya untuk membangun bangsa demi memperkuat dan merawat persaudaraan sesuai demokrasi Pancasila.“Demokrasi dalam bidang politik ini diwujudkan dalam bentuk partisipasi dalam pemilihan umum lima tahunan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten atau kota,” tutur Dede.
Dia meyakini dalam konteks partisipasi politik, masyarakat berpandangan sama . Namun dalam konteks kontestasi, pasti masyarakat terbelah. Baik kalangan akademisi, birokrat, dan masyarakat profesional akan larut dalam berkompetisi.

“Namun setelah Pemilu mereka semua harus kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi bahwa semua anak bangsa adalah satu sebagai bangsa Indonesia yang diikat kesamaan cita-cita menuju masyarakat maju berkeadilan,” tuturnya.

Kendati demikian, kata dia, rasa persaudaraan sebangsa dan se-Tanah Air akan mengalahkan egoisme kepentingan politik masing-masing.Akan tetapi, bagi para pekerja partai dan para pekerja politik, emosi kemenangan dan kekalahan mereka bisa mengalahkan rasionalitasnya sendiri.
“Kita patut mengimbau agar mereka semua bisa kokoh dalam persaudaraan kebangsaan, jaga keutuhan bangsa, dan perkuat kesatuan demia masa depan bangsa Indonesia,” katanya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0897 seconds (0.1#10.140)