Pemerintah Kirim Sebanyak 1.000 Kader Desa ke Luar Negeri
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah bakal memberangkatkan 1.000 kepala desa, pegiat desa, dan pendamping desa untuk studi banding dan belajar ke sejumlah negara. Pemberangkatan kader desa ini sesuai dengan fokus pembangunan pada tahun ini berupa peningkatan sumber daya manusia (SDM).Di sisi lain adanya Dana Desa telah memberi pengaruh yang luar biasa pada kehidupan masyarakat desa.
Untuk menunjang pertumbuhan itu, wawasan dan kapasitas kader desa perlu ditingkatkan. “Oleh karena itu kami berencana mengirim 1.000 kader desa ke luar negeri untuk studi banding dan belajar,” kata Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo di Kantor Kemendes, Jakarta, pekan lalu.
Dia menjelaskan, pada Maret ini sudah dimulai pemberangkatan 40 kepala desa, pegiat, dan pendamping ke China dan Korea Selatan. Melalui kunjungan ke kedua negara itu diharapkan para kepala desa, pendamping desa, dan pegiat desa akan mempelajari pengelolaan desa, penataan pariwisata desa hingga melihat secara langsung pabrik-pabrik yang memproduksi alat pertanian di negara tujuan.
Dengan demikian pada saat pulang nanti mereka akan memiliki wawasan untuk mengubah lahan pertanian mereka menjadi lebih efektif. Eko mengatakan, hubungan baik antara kepala desa di China dan kepala desa dari Indonesia akan mempererat hubungan kedua negara. Menurutnya, menjaga hubungan baik antarkedua negara menjadi penting mengingat Indonesia dan China diprediksi akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi lima besar dunia.
“Duta Besar China telah mengonfirmasi bahwa 40 tahun lalu pendapatan per kapita masyarakat desa di China USD20 dan sekarang menjadi USD2.000. Itu pertumbuhan 100 kali lipat, sangat besar. Kita layak untuk meniru China,” ujarnya. Mendes PDTT mengatakan, rencana studi banding kepala desa, pendamping desa, dan pegiat desa ke China telah dibicarakan dengan Kedubes China sejak tahun lalu.
Adapun peserta studi banding tersebut adalah yang telah berhasil mengubah desanya dari tertinggal menjadi desa berkembang dan maju. Sementara itu Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian mengapresiasi pelaksanaan studi banding perwakilan Indonesia ke China. Menurutnya, studi banding perdesaan tersebut adalah yang pertama didelegasikan dari Indonesia ke China.
“Tahun lalu Menteri Desa mengusulkan kepada saya untuk mengadakan studi banding ke China dan mempelajari seperti apa desa-desa di sana. Saya rasa ini adalah usulan luar biasa bagus,” ujarnya. Melalui studi banding tersebut dia meyakini, delegasi Indonesia dapat merasakan langsung hasil pembangunan di China yang berhasil meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat perdesaan secara signifikan.
Menurutnya Indonesia dan China yang sama-sama merupakan negara yang terdiri atas perdesaan dapat menjalin komunikasi dan kerja sama dengan baik. “Setelah mendapat usulan studi banding tersebut, saya sampaikan dengan kementerian terkait di China. Respons kementerian di China positif. Kami sangat senang bisa menyambut delegasi dari Indonesia di China,” ujarnya.
Sementara itu Sekjen Kemendes Anwar Sanusi menyebutkan bahwa para peserta yang mengikuti studi banding ke China akan mempelajari revitalisasi pembangunan desa, kebijakan pengentasan masyarakat dari kemiskinan, pertanian modern, perikanan air tawar, dan diskusi dengan perani lokal di Negeri Tirai Bambu.
“Sedangkan yang ke negara Korea Selatan akan mempelajari pembangunan pemberdayaan masyarakat desa, mengunjungi pusat buah kering, dan mempelajari pendistribusiannya serta mengunjungi pabrik pengolahan ikan dan pasar-pasar perdesaan di Korea Selatan,” katanya.
Untuk menunjang pertumbuhan itu, wawasan dan kapasitas kader desa perlu ditingkatkan. “Oleh karena itu kami berencana mengirim 1.000 kader desa ke luar negeri untuk studi banding dan belajar,” kata Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo di Kantor Kemendes, Jakarta, pekan lalu.
Dia menjelaskan, pada Maret ini sudah dimulai pemberangkatan 40 kepala desa, pegiat, dan pendamping ke China dan Korea Selatan. Melalui kunjungan ke kedua negara itu diharapkan para kepala desa, pendamping desa, dan pegiat desa akan mempelajari pengelolaan desa, penataan pariwisata desa hingga melihat secara langsung pabrik-pabrik yang memproduksi alat pertanian di negara tujuan.
Dengan demikian pada saat pulang nanti mereka akan memiliki wawasan untuk mengubah lahan pertanian mereka menjadi lebih efektif. Eko mengatakan, hubungan baik antara kepala desa di China dan kepala desa dari Indonesia akan mempererat hubungan kedua negara. Menurutnya, menjaga hubungan baik antarkedua negara menjadi penting mengingat Indonesia dan China diprediksi akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi lima besar dunia.
“Duta Besar China telah mengonfirmasi bahwa 40 tahun lalu pendapatan per kapita masyarakat desa di China USD20 dan sekarang menjadi USD2.000. Itu pertumbuhan 100 kali lipat, sangat besar. Kita layak untuk meniru China,” ujarnya. Mendes PDTT mengatakan, rencana studi banding kepala desa, pendamping desa, dan pegiat desa ke China telah dibicarakan dengan Kedubes China sejak tahun lalu.
Adapun peserta studi banding tersebut adalah yang telah berhasil mengubah desanya dari tertinggal menjadi desa berkembang dan maju. Sementara itu Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian mengapresiasi pelaksanaan studi banding perwakilan Indonesia ke China. Menurutnya, studi banding perdesaan tersebut adalah yang pertama didelegasikan dari Indonesia ke China.
“Tahun lalu Menteri Desa mengusulkan kepada saya untuk mengadakan studi banding ke China dan mempelajari seperti apa desa-desa di sana. Saya rasa ini adalah usulan luar biasa bagus,” ujarnya. Melalui studi banding tersebut dia meyakini, delegasi Indonesia dapat merasakan langsung hasil pembangunan di China yang berhasil meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat perdesaan secara signifikan.
Menurutnya Indonesia dan China yang sama-sama merupakan negara yang terdiri atas perdesaan dapat menjalin komunikasi dan kerja sama dengan baik. “Setelah mendapat usulan studi banding tersebut, saya sampaikan dengan kementerian terkait di China. Respons kementerian di China positif. Kami sangat senang bisa menyambut delegasi dari Indonesia di China,” ujarnya.
Sementara itu Sekjen Kemendes Anwar Sanusi menyebutkan bahwa para peserta yang mengikuti studi banding ke China akan mempelajari revitalisasi pembangunan desa, kebijakan pengentasan masyarakat dari kemiskinan, pertanian modern, perikanan air tawar, dan diskusi dengan perani lokal di Negeri Tirai Bambu.
“Sedangkan yang ke negara Korea Selatan akan mempelajari pembangunan pemberdayaan masyarakat desa, mengunjungi pusat buah kering, dan mempelajari pendistribusiannya serta mengunjungi pabrik pengolahan ikan dan pasar-pasar perdesaan di Korea Selatan,” katanya.
(don)