Revolusi Industri 4.0 Jadi Tantangan Media Perbaiki Kualitas Jurnalis
A
A
A
JAKARTA - Revolusi Industri 4.0 juga menjadi tantangan bagi industri media. Salah satunya mencetak wartawan yang memiliki kompentensi dan profesional.
"Ini bagaimana mengubah, bukan pembacanya tetapi pekerjanya, jurnalisnya, itu salah satu tantangan yang kita hadapi," kata Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Mardiana Pambudy saat mengikuti diskusi yang digekar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Jumat (1/3/3/2019).
Dari segi penulisan, menurut Ninuk, banyak berita di media online yang tidak memenuhi unsur 5w+1H (what, who, when, where,why + how)
Menurut dia, kondisi tersebut mengkhawatirkan. Selain bersaing dengan platform, media juga punya tantangan dalam hal penulisan berita.
"Banyak sekali berita-berita yang sudah tidak mengikuti 5W+1H, belum lagi nanti dia bikin judul yang klik bait jari ketika kita berhadapan pada situasi destruksi. Bukan hanya dari sisi platform tapi dari tradisi jurnalistiknya sendiri. Itu yang lebih mengkhawatirkan," kata Ninuk.
Di sisi lain, lanjut Ninuk, tulisan semacam itu banyak disukai masyarakat walaupun sumber beritanya tidak dikenali.
Kendati demikian, dia menegaskan masih banyak pembaca yang ingin mendapatkan informasi dari pemberitaan yang baik. Hal menjadi salah satu bagian yang menggembirakan bagi perusahaan media.
"Karena ada kesadaran berita yang disampaikan melalui digital banyak hoaksnya, jadi mereka (masyarakat-red) selalu mencari konfirmasi dari jurnalis yang dipercaya," tuturnya.
Ninuk optimistis dengan mengedepankan jurnalistik yang baik dan melahirkan gagasan baru akan dapat mempertahankan posisi media.
"Saya belum tahu arah ke depan kita bagaimana, yang jelas saya setuju bahwa apa yang menjadi dampak teknologi digital bagaimana cara kita berpikir untuk bisa menghasilkan gagasan baru inovasi baru, karena kita ditantang betul untuk bisa memanfaatkan teknologi," tuturnya.
"Ini bagaimana mengubah, bukan pembacanya tetapi pekerjanya, jurnalisnya, itu salah satu tantangan yang kita hadapi," kata Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Mardiana Pambudy saat mengikuti diskusi yang digekar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Jumat (1/3/3/2019).
Dari segi penulisan, menurut Ninuk, banyak berita di media online yang tidak memenuhi unsur 5w+1H (what, who, when, where,why + how)
Menurut dia, kondisi tersebut mengkhawatirkan. Selain bersaing dengan platform, media juga punya tantangan dalam hal penulisan berita.
"Banyak sekali berita-berita yang sudah tidak mengikuti 5W+1H, belum lagi nanti dia bikin judul yang klik bait jari ketika kita berhadapan pada situasi destruksi. Bukan hanya dari sisi platform tapi dari tradisi jurnalistiknya sendiri. Itu yang lebih mengkhawatirkan," kata Ninuk.
Di sisi lain, lanjut Ninuk, tulisan semacam itu banyak disukai masyarakat walaupun sumber beritanya tidak dikenali.
Kendati demikian, dia menegaskan masih banyak pembaca yang ingin mendapatkan informasi dari pemberitaan yang baik. Hal menjadi salah satu bagian yang menggembirakan bagi perusahaan media.
"Karena ada kesadaran berita yang disampaikan melalui digital banyak hoaksnya, jadi mereka (masyarakat-red) selalu mencari konfirmasi dari jurnalis yang dipercaya," tuturnya.
Ninuk optimistis dengan mengedepankan jurnalistik yang baik dan melahirkan gagasan baru akan dapat mempertahankan posisi media.
"Saya belum tahu arah ke depan kita bagaimana, yang jelas saya setuju bahwa apa yang menjadi dampak teknologi digital bagaimana cara kita berpikir untuk bisa menghasilkan gagasan baru inovasi baru, karena kita ditantang betul untuk bisa memanfaatkan teknologi," tuturnya.
(dam)